Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi

Pengaruh Penggunaan Framework Design Thinking untuk Membangun User Experience yang Optimal

Pada era digital saat ini, User Experience (UX) menjadi pilar utama untuk memastikan bahwa sebuah produk atau layanan yang sedang dirancang dan dikembangkan dapat memberikan pengalaman yang baik bagi pengguna. Keberhasilan sebuah produk atau layanan tercerminkan melalui kepuasan pengguna selama masa penggunaannya. Saat ini, muncul berbagai pendekatan untuk meningkatkan pengalaman pengguna. Salah satu pendekatan yang telah terbukti efektif dalam mengoptimalkan User Experience adalah Design Thinking.

Design Thinking memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses membangun pengalaman yang baik bagi pengguna. Design Thinking adalah pendekatan yang berpusat pada pengguna dalam merancang, mengembangkan, dan menghasilkan produk atau layanan yang sesuai dengan target pengguna. Fokus dari pendekatan ini adalah untuk memahami kebutuhan dan preferensi pengguna, mengidentifikasi masalah, hingga mencari solusi inovatif. Design Thinking juga memanfaatkan iterasi berulang dalam setiap tahap, yang memungkinkan pengembangan dan perbaikan berkelanjutan.

Pendekatan Design Thinking terdiri dari lima tahap, yaitu Empathize, Define, Ideate, Prototype, dan Test

  1. Empati (Empathize)
    Proses Design Thinking diawali dengan mengembangkan perasaan empati yang mendalam terhadap pengguna. Tahap empati melibatkan proses pemahaman terhadap kehidupan pengguna, seperti detail pribadi, interaksi dengan lingkungan, serta motivasi maupun hambatan yang dialami ketika melakukan suatu aktivitas atau tindakan. Perasaan empati terhadap pengguna dapat memberikan petunjuk terhadap kebutuhan, preferensi, dan perilaku mereka. Tahap ini dapat dilakukan melalui observasi maupun wawancara.
  2. Definisi (Define)
    Setelah memahami pengguna, tahap selanjutnya adalah mendefinisikan permasalahan yang dialami pengguna. Informasi terkait pengguna yang didapatkan dari tahap empati akan disaring dan dianalisis untuk menemukan masalah utama yang harus dipecahkan. Tahapan ini membantu dalam menentukan fungsi produk atau layanan, yang dapat memberikan solusi terhadap masalah pengguna.
  3. Ideasi (Ideate)
    Ideasi merupakan tahap menghasilkan beragam ide kreatif untuk mengatasi masalah yang telah didefinisikan sebelumnya. Tahap ini umumnya dilakukan dengan mengadakan diskusi bersama anggota tim, yang bertujuan untuk mendorong adanya inovasi-inovasi yang luas dan beragam. Teknik kolaboratif yang dapat digunakan dalam tahap ideasi ini antara lain, seperti brainstorming, mind mapping, dan teknik lainnya dapat membantu dalam menghasilkan berbagai ide kreatif.
  4. Prototipe (Prototype)
    Tahap selanjutnya adalah pembuatan prototipe dari ide kreatif yang diusulkan. Prototipe merupakan model kasar secara nyata dari solusi yang diusulkan, baik berupa visual maupun fungsional. Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan seluruh ide untuk menghasilkan prototipe. Pada konteks UX, prototipe tersebut dapat berupa high atau low-fidelity prototype, seperti wireframe, mockup, atau bahkan prototipe interaktif. Prototipe membantu dalam memastikan bahwa produk atau layanan dapat memberikan solusi yang paling tepat terhadap pemenuhan kebutuhan pengguna. Setelah prototipe terbaik disetujui, prototipe tersebut selanjutnya dapat diuji.
  5. Uji (Test)
    Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengujian secara menyeluruh terhadap prototipe yang telah dibuat. Pengujian dilakukan untuk memastikan bahwa solusi yang diberikan dapat menjawab kebutuhan pengguna. Tahap ini dilakukan dengan mengamati interaksi antara pengguna dengan prototipe, yang bertujuan untuk mendapatkan umpan balik secara nyata. Hal ini memunculkan adanya kemungkinan kembali lagi ke tahap sebelumnya untuk melakukan perbaikan dan peningkatan terhadap produk atau layanan.

Pendekatan Design Thinking memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan User Experience. Setiap tahapan Design Thinking yakni berempati terhadap pengguna, menentukan permasalahan yang sering dialami, mengeksplorasi ide kreatif, merancang model, menguji secara berulang, dan mengembangkan produk secara berkelanjutan, dapat membantu dalam menciptakan produk atau layanan yang memenuhi kebutuhan pengguna. Prioritas terhadap kebutuhan pengguna dan fokus pada solusi inovatif memungkinkan perancangan dan pengembangan produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan pengguna.

Referensi: 

Pressbooks. (n.d.). The Design Thinking Method and Mindset. https://pressbooks.pub/innovationbydesign/chapter/introduction/ 

Oppliger, T. (2021, Juni 18). What Is Design Thinking In UX/UI Design? https://flatironschool.com/blog/what-is-design-thinking/ 

Dam, R. F. (2023, Juni 3). The 5 Stages in the Design Thinking Process. https://www.interaction-design.org/literature/article/5-stages-in-the-design-thinking-process 

Digitalskola. (2021, Oktober 7). Mengenal 5 Design Thinking Process dalam UI/UX. https://blog.digitalskola.com/home/design-thinking-process/

2602124215 - Audrey Angela Zora