Mengapa Gen-Z lebih senang berbisnis pakaian bekas (thrifting)?

Generasi Z, yang berasal dari pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, telah menunjukkan minat yang besar dalam industri pakaian bekas, atau yang lebih dikenal sebagai “thrifting.” Ini adalah bukti perubahan dalam perilaku konsumen dan prinsip-prinsip yang dipegang oleh generasi ini. Kita akan membahas berbagai alasan Gen Z untuk menyukai bisnis pakaian bekas, serta dampak sosial dan lingkungan dari tren ini.

  1. Kesadaran Lingkungan: Kesadaran lingkungan merupakan faktor utama yang mendorong Gen Z untuk berbisnis pakaian bekas. Generasi ini muncul di masa ketika dunia sedang berfokus pada masalah keberlanjutan dan perubahan iklim. Mereka menyadari bahwa industri fashion adalah salah satu penyebab terbesar polusi dan limbah tekstil. Dengan memilih untuk membeli pakaian bekas, Gen-Z membantu mengurangi limbah dan mendukung praktik berkelanjutan. Thrifting memungkinkan mereka untuk mendapatkan pakaian yang unik tanpa mengorbankan lingkungan dengan membuat pakaian baru.
  2. Ekonomi yang Lebih Hemat: Banyak orang, termasuk Gen Z, telah menjadi lebih berhati-hati saat mengeluarkan uang karena keadaan ekonomi yang tidak menentu, terutama selama pandemi COVID-19. Daya tarik utama adalah harga pakaian bekas yang lebih terjangkau; Gen Z dapat menemukan pakaian berkualitas tinggi dengan harga yang jauh lebih rendah daripada membeli barang baru. Ini membantu mereka tetap modis tanpa mengeluarkan banyak uang. Thrifting juga merupakan cara yang baik untuk memenuhi kebutuhan fashion mereka mengingat biaya hidup yang meningkat.
  3. Gen Z sangat menghargai gaya berpakaian unik dan berbeda. Thrifting menawarkan kesempatan untuk menemukan pakaian unik dan tidak biasa. Banyak dari mereka mencari barang vintage atau edisi terbatas yang tidak ada di toko mainstream. Gen Z dapat menjauh dari tren massal yang seringkali terlihat seragam dengan berbisnis pakaian bekas, yang memungkinkan mereka membuat gaya pribadi yang mencerminkan identitas mereka.
  4. Pengaruh Media Sosial: Media sosial telah memainkan peran penting dalam mempopulerkan thrifting di kalangan Gen Z. Situs seperti Instagram dan TikTok telah menjadi tempat di mana banyak orang berbagi pengalaman mereka berbelanja pakaian bekas. Orang-orang lebih tertarik untuk mencoba thrifting karena konten viral yang menampilkan “haul” pakaian bekas, nasihat gaya, dan cara mengubah pakaian bekas menjadi sesuatu yang baru. Gen Z mendapat inspirasi dari teman dan influencer yang menunjukkan bagaimana pakaian bekas dapat menjadi bagian dari gaya hidup yang berkelanjutan dan stylish.
  5. Peluang Bisnis yang Menjanjikan: Berbisnis pakaian bekas adalah hobi bagi banyak Gen Z dan peluang bisnis yang menjanjikan. Banyak orang yang memutuskan untuk membuka toko online atau menjual pakaian bekas mereka melalui platform e-commerce karena thrifting semakin populer. Mereka melihat kemungkinan mendapatkan keuntungan dengan menjual pakaian yang mereka temukan dengan harga rendah. Selain itu, bisnis pakaian bekas dapat dimulai dengan modal kecil, menjadikannya lebih mudah bagi generasi muda yang ingin menjadi pengusaha.
  6. Selain itu, orang-orang yang menyukai fashion dapat bergabung dalam komunitas dan membuat hubungan. Banyak Gen Z berpartisipasi dalam forum atau kelompok online di mana mereka dapat berbagi pengalaman, tips, dan saran tentang tempat terbaik untuk membeli pakaian bekas. Mereka yang ingin memulai bisnis pakaian bekas dapat memperoleh dukungan moral dari hubungan ini karena mereka meningkatkan rasa solidaritas. Mereka dapat belajar satu sama lain dan berkembang dalam sektor ini dengan bertukar pengetahuan dan pengalaman.
  7. Menggalakkan Kreativitas: Bisnis pakaian bekas juga memberi Gen Z ruang untuk bereksperimen. Banyak orang yang tidak hanya membeli pakaian bekas tetapi juga mengubahnya menjadi sesuatu yang baru. Mengubah pakaian bekas menjadi sesuatu yang unik dan menarik membuat mereka bahagia. Salah satu daya tarik utama Gen Z dalam bisnis pakaian bekas adalah kreatifitas mereka.
  8. Gen Z disebut sebagai generasi yang peduli dengan masalah sosial. Mereka dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keberlanjutan dan dampak negatif dari fast fashion dengan menjalankan bisnis pakaian bekas. Banyak orang yang menggunakan platform mereka untuk mengajak orang lain untuk berpartisipasi dalam thrifting dan memberi tahu orang lain tentang dampak industri fashion pada lingkungan. Mereka berkontribusi pada perubahan sosial yang lebih besar dengan cara ini, bukan hanya berbisnis.
  9. Fleksibilitas dalam Berbisnis: Berbisnis pakaian bekas memungkinkan Gen Z untuk mengatur waktu dan cara kerja mereka sendiri, yang penting bagi generasi yang menghargai keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Mereka dapat menjalankan bisnis dari mana saja dan kapan saja dengan menggunakan platform online. Karena fleksibilitas ini, bisnis mereka menarik dan dapat disesuaikan dengan gaya hidup mereka.
  10. Gen Z juga melihat bisnis pakaian bekas sebagai cara untuk membangun merek pribadi. Mereka dapat menarik pelanggan yang memiliki minat yang sama dengan membuat merek yang menunjukkan nilai-nilai mereka, seperti keberlanjutan dan unik. Mereka memiliki banyak peluang untuk bekerja sama dan bekerja sama di masa depan karena membangun merek pribadi ini.
  11. Menghadapi Tantangan Industri Fashion: Generasi Z merasa terdorong untuk menghadapi masalah ini karena perhatian semakin besar terhadap masalah seperti eksploitasi tenaga kerja dan efeknya terhadap lingkungan. Bisnis pakaian bekas dapat membantu mengurangi permintaan untuk produk baru, yang seringkali dibuat dengan cara yang tidak etis. Dalam berbelanja, mereka ingin menunjukkan bahwa ada pilihan yang lebih baik dan lebih bertanggung jawab.

Kesimpulan: Generasi Z memiliki banyak alasan untuk menyukai bisnis pakaian bekas. Faktor-faktor seperti ekonomi yang lebih hemat, kesadaran lingkungan, dan pengaruh media sosial menyebabkan tren thrifting yang semakin populer di kalangan Gen Z. Dengan memanfaatkan peluang bisnis saat ini, Gen Z tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan fashion mereka tetapi juga berkontribusi pada perubahan positif dalam industri fashion. Mereka menunjukkan melalui kreativitas, komunitas, dan kesadaran sosial bahwa bisnis pakaian bekas bukan hanya sekadar tren tetapi juga sebuah gerakan yang memiliki dampak yang lebih besar.

Sumber :

  1. https://img.idxchannel.com/media/700/images/idx/2022/02/14/thrifting.jpg
  2. https://pmb.unjani.ac.id/dari-thrift-shop-ke-runway-peluang-bisnis-fashion-vintage-di-era-gen-z/#:~:text=Harga%20Terjangkau%3A%20Bagi%20sebagian%20besar,dengan%20harga%20yang%20lebih%20murah.
  3. https://www.kompas.id/baca/internasional/2024/01/29/milenial-dan-gen-z-makin-gemari-pakaian-bekas

 

Aliya Rizqan Karima