TRADE WAR #2: SOUTH KOREA – JAPAN

Perang Dagang yang sedang tengah memanas antara Amerika Serikat dan China ternyata juga dialami oleh dua negara lainnya baru-baru ini, yakni antara negara Jepang dengan Korea Selatan.

Perang dagang antar kedua negara ini dimulai sejak bulan Juli lalu, saat Jepang membuat pernyataan akan mengontrol dan membuat regulasi yang lebih ketat mengenai ekspor tiga bahan kimia yakni; fluorinated polyimides, photoresists, dan hydrogen fluoride yang sangat dibutuhkan untuk memproduksi semikonduktor bagi perusahaan-perusahaan besar Korea Selatan. Dalam regulasi baru ini, Jepang mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk memiliki lisensi untuk setiap bahan kimia yang akan diimpor ke Korea Selatan dan dapat memakan waktu kurang lebih 90 hari proses.

Semikonduktor dikenal sebagai bahan penting dalam urusan peralatan elektronik, yaitu sebagai salah satu material bahan penghantar listrik dalam sistem mekanis elektronik. Tentu saja Korea Selatan, sebagaimana dikenal sebagai negara produsen peralatan elektronik besar di dunia dengan banyak merek terkenal yang lahir di negaranya (Samsung, LG, Hyundai, dll) akan terbebani dengan regulasi baru ini.

Hubungan ini kemudian kembali memanas akibat dari keputusan Jepang untuk memutuskan menghapus Korea Selatan dari daftar “whitelist” atau daftar mitra dagang terpercaya-nya. Hal ini kemudian dibalas dengan hal yang sama oleh Korea Selatan, dengan juga menghapus Jepang dari daftar negara mitra dagang kepercayaan-nya.

Tentu saja setelah menyaksikan keputusan-keputusan Jepang yang berpotensi merugikan situasi ekonomi dan perdagangan Korea Selatan, baik masyarakat maupun pemerintah Korea Selatan mengambil langkah tegas dalam merespon keputusan dari Jepang ini.

Pemerintah Korea Selatan merespon keputusan dari Jepang ini melalui pernyataan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in yang mengatakan “Kami tidak akan pernah lagi kalah dari Jepang”.

Setelah diumumkannya berita tersebut, masyarakat Korea Selatan kemudian membentuk demonstrasi dan gerakan kampanye yang telah cukup ramai dan populer dengan judul “No No Japan” yang berupa ajakan kepada masyarakat Korea Selatan untuk memboikot produk-produk dari Jepang yang ada di negara tersebut.

Dari beberapa pendapat masyarakat Korea Selatan, masalah yang dihadapi ini berkembang akibat hasil dari permasalahan yang lebih dalam antara Korea Selatan dengan Jepang disamping perubahan regulasi dagang. Hal ini dicurigai akibat dari respon Jepang yang tidak meminta maaf akibat dari pengalaman buruk masa lalu Korea Selatan dengan Jepang, yakni ketika Jepang menggunakan banyak perempuan di Korea Selatan sebagai “comfort woman” atau pemuas nafsu para tentara Jepang secara paksa di masa Perang Dunia II.

Lalu apakah perang dagang antar kedua negara ini mempunyai efek terhadap ekonomi di Indonesia? Apabila hal ini akan terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama, ekonomi Indonesia dapat terdampak langsung. Di mana Indonesia memiliki banyak transaksi impor-ekspor yang cukup besar dengan Jepang dan Korea Selatan, apabila ekonomi dari salah satu negara turun maka jumlah ekspor-impor dengan negara tersebut juga akan berubah yang kemudian merubah jumlah keuntungan Indonesia dari negara tersebut.

Source: Vox