Toxic Masculinity: Ada apa sih dengan maskulinitas?

“Laki-laki ga boleh menangis”

“Laki-laki itu suaranya lantang dan harus kuat”

“Laki-laki itu harus tahan banting” 

Hai teman-teman Psikopedia, sering kali ya kita mendengar  kata-kata yang dilontarkan oleh sebagian orang-orang tentang norma gender laki-laki, ya seperti yang diatas tuh!!

Apakah kalian pernah merasakan toxic masculinity? Atau kalian malah gak tau apa itu toxic masculinity? Yuk, mari kita bahas bersama!  

Sudah tidak asing lagi bukan, maskulinitas sering terjadi di kalangan masyarakat di belahan dunia manapun yang masih menganggap bahwa laki-laki harus memiliki suara yang lantang, harus kerja di bidang-bidang yang macho, bisa jago berantem, nggak boleh nangis dan bahkan nggak boleh suka kpop! Hal ini sudah termasuk Toxic Masculinity loh!  

Pusing dan lelah gak sih? Maskulinitas ini buat para laki-laki nggak nyaman kan, ya.  

Jika laki-laki menangis atau curhat, pasti deh maskulinitasnya bakal di ragukan. Dianggap tidak macho lah. Hmm, ternyata banyak loh gais yang merasa terbebani karena norma gender laki-laki ini. Nah, menurut kalian perlu gak sih kita sudahi? Atau kita biarkan saja norma ini terus membuat laki-laki menanggung beban maskulinitas ini. 

Yuk, simak lebih lanjut mengenai maskulinitas!

Menurut Connel (1995), maskulinitas merupakan suatu keyakinan terhadap laki-laki yang bersifat deskriptif, preskriptif (bersifat menentukan) dan proskriptif (larangan). Konsep maskulinitas ini sendiri memiliki sifat yang fleksibel karena dapat berubah dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, setiap masyarakat dan budaya memiliki representasi maskulinitas tersendiri (Murray & Drummond, 2016).  Karakteristik dari stereotip laki memiliki fisik dan mental yang kuat. Dilihat dari sudut pandang laki-laki dan sudut pandang perempuan ternyata hal ini mengalami perbedaan yang cukup signifikan. Di sudut pandang laki-laki memang sangat dibutuhkan maskulinitas, sedangkan di sudut pandang perempuan maskulinitas itu tidak terlalu dibutuhkan sehingga hal ini akhirnya menyebabkan adanya toxic masculinity. 

Apa sih toxic masculinity itu?

Toxic masculinity merupakan suatu tekanan budaya bagi kaum laki-laki untuk berperilaku dan bersikap dengan cara tertentu. Pada dasarnya, maskulinitas menjadi suatu karakteristik yang baik. Akan tetapi, hal ini akan menjadi toxic apabila laki-laki  dituntut untuk menunjukkan sisi maskulinitas demi menghindari stigma “laki-laki lemah”. Padahal suatu hal yang normal apabila laki-laki memiliki sifat ramah atau sensitif serta gentle atau lembut. 

Budaya toxic masculinity

Budaya toxic masculinity ini memberikan dampak yang signifikan terhadap mental laki-laki. Dilansir dari jurnal mengenai toxic masculinity, terdapat satu hasil riset dari WHO yang menyebutkan bahwa 80% pria melakukan bunuh diri di Amerika atau 2,9% orang dari 100.000 orang melakukan bunuh diri disebabkan oleh rasa tidak mampunya laki-laki menjalani peran sosial sebagai pria yang dibebankan oleh masyarakat kepada mereka.  

Penyebab toxic masculinity  

Salah satu penyebab toxic masculinity selain karena adanya standar sosial dan budaya yang mempengaruhi juga karena adanya asosiasi perilaku yang dibentuk oleh usia, golongan, seks, dan agama yang membuat maskulinitas berkembang menjadi suatu aturan yang keras dan sempit.  

Dampak dari toxic masculinity

Dampak dari toxic masculinity ini tidak hanya dirasakan oleh laki-laki, tetapi juga dialami oleh perempuan. Misalnya, laki-laki yang menjadi korban dari kekerasan antar sesama jenis karena mereka harus mempertahankan standar maskulinitasnya. 

Bagaimana cara mengatasi toxic masculinity 

  1. Menanamkan bahwa setiap orang memiliki karakter masing-masing tanpa harus berada dalam toxic masculinity.
  2. Mengekspresikan diri.
  3. Menghindari perkataan yang merendahkan perempuan atau merendahkan sesama laki-laki.
  4. Menumbuhkan rasa empati yang baik.

Referensi 

Mutiara, Chantigi . 2022. Toxic Masculinity di Indonesia: Lelaki juga boleh menangis. 

Url:https://kumparan.com/chantigi-mutiara/toxic-masculinity-di-indonesia-lelaki-juga-boleh-menangis-1z3plFBxqOE/full

Kevin, Adrian. 2021. Toxic Masculinity , ini yang perlu kamu ketahui

Url: https://www.alodokter.com/toxic-masculinity-ini-yang-perlu-kamu-ketahui

Islamiyati, Widya. 2022. Apa Itu Toxic Masculinity ? dan Bagaimana ini cara mengatasinya. Url:https://lifestyle.bisnis.com/read/20220815/54/1567054/apa-itu-toxic-masculinity-dan-bagaimana-ini-cara-mengatasinya#:~:text=Penyebab%20toxic%20masculinity%20selain%20karena,aturan%20yang%20sempit%20juga%20keras.

Mahadewa, L.  K. 2021. Berkenalan dengan konsep maskulinitas: Laki atau Bukan?

Url: https://kampuspsikologi.com/maskulinitas/

Penulis: Rara Nur Rachmawati