Peran Orang Tua terhadap Stres Akademik

Peran Orang Tua terhadap Stres Akademik

Halo, teman-teman! Bertemu lagi di artikel Psikopedia untuk bulan Oktober yang tentunya tidak kalah seru dan insightful dari artikel-artikel Psikopedia lainnya yang setiap bulannya membahas topik-topik seputar psikologi. Artikel ini akan membahas mengenai peran orang tua terhadap stres akademik yang dimiliki oleh siswa maupun mahasiswa. Bagaimana, teman-teman? Penasaran, tidak? Yuk, langsung saja simak baik-baik artikel di bawah ini!

Definisi stres akademik

Stres pada umumnya dapat didefinisikan sebagai respon psikologis individu ketika menghadapi tantangan hidup yang memberikan beban kepada hidup individu tersebut dan tidak memenuhi harapan atau ekspektasi mereka sehingga kesejahteraan hidupnya terganggu (Mumpuni & Wulandari, 2010).

Stres akademik adalah ketegangan yang dimiliki pelajar dikarenakan tuntutan akademik yang melampaui batas kemampuan pelajar (Wilks, 2008). 

Faktor-faktor yang mempengaruhi stres akademik

Secara umum, ada dua faktor besar yang mempengaruhi stres akademik, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Puspitasari, W. 2013; Gunawati, R., Hartati, S., & Listiara, A. 2010). Faktor internal yang mengakibatkan stres akademik meliputi pola pikir, kepribadian, dan keyakinan individu. Dalam sisi lain, faktor eksternal meliputi:

  • Pelajaran makin padat

Kompetisi atau persaingan semakin ketat karena meningkatnya standar sistem pendidikan.

  • Tekanan untuk memiliki prestasi yang tinggi

Pelajar merasa tertekan oleh orang-orang sekitar seperti orang tua, keluarga besar, teman, dan lain-lain untuk meraih prestasi yang tinggi.

  • Dorongan status sosial

Pencapaian di bidang pendidikan telah menjadi simbol status sosial, di mana mereka yang berpendidikan tinggi dipandang tinggi, sedangkan mereka yang tidak akan memiliki status sosial yang rendah.

  • Perlombaan antar orang tua

Pada era di mana persaingan pencapaian akademik maupun non akademik itu tinggi, orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi rentan menjadikan pencapaian anaknya menjadi suatu persaingan dengan pencapaian anak dari orang tua lainnya yang memiliki latar belakang yang sama.

Dampak tekanan akademik dari orang tua

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), 73,2 persen anak merasa terbebani oleh  tugas dan 77,8 persen anak merasa kelelahan mengerjakan tumpukan tugas yang diberikan guru untuk dikerjakan dalam waktu yang tergolong singkat. Menurut Jajak Pendapat PEKA I Unicef Indonesia x CIMSA Indonesia, 38% anak dengan rentang usia 15-19 tahun merasa tertekan oleh orang tua.

Karena orang tua merupakan sosok yang dapat dikatakan sebagai sosok terdekat dengan pelajar, perilaku orang tua akan memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan perilaku sosok yang tidak dekat. Maka dari itu, tuntutan untuk mendapatkan nilai yang bagus, tidak pernah memberikan apresiasi atas pencapaiannya, seringnya membandingkan anak dengan anak lain, dan kurangnya dukungan dari orang tua dapat menurunkan motivasi individu.

Keunggulan akademik memang dijunjung tinggi, terutama karena secara realita persaingan memang sangat ketat. Hal tersebut sudah menyebabkan tekanan bagi pelajar, ditambah dengan tekanan dari orang tua, tekanan tersebut dapat menyebabkan stres, kecemasan, bahkan depresi. Terutama pada era pandemi ini, di mana pelajar diharuskan untuk dapat beradaptasi dengan sistem pembelajaran yang mungkin masih asing bagi sebagian besar dari mereka. Maka dari itu, dukungan dari orang tua dalam menciptakan lingkungan rumah yang kondusif dapat membantu pembelajaran mereka.

Hal-hal yang dapat dilakukan orang tua

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan stres akademik di anak, antara lain:

  • Memberikan anak waktu untuk bermain dan kebebasan mengembangkan kreativitas dan keterampilan

Penting untuk anak meluangkan waktu untuk bermain, bersenang-senang, dan mengembangkan minat dan bakatnya tanpa paksaan dari orang tua. Anak perlu mencari sendiri apa yang diminati agar anak juga bisa belajar untuk bertanggung jawab atas pilihan sendiri.

  • Memberikan apresiasi dan dukungan

Apresiasi dan dukungan dari orang tua dapat meningkatkan motivasi anak untuk terus semangat belajar dan tidak merasa cemas bahwa mereka tidak membanggakan orang tua. Penting bagi anak untuk mendapatkan reward baik secara emosional maupun secara fisik ketika anak melakukan sesuatu yang positif. Selain itu, penting juga untuk meyakinkan anak agar tidak terdemotivasi ketika menghadapi kekalahan.

  • Membangun zona nyaman

Agar orang tua dapat mengenali anak lebih dalam, penting bagi orang tua untuk membangun lingkungan yang suportif, kondusif, dan nyaman agar anak tidak perlu khawatir bahwa mereka akan dihakimi ketika bercerita secara terbuka mengenai masalah-masalah yang dialami.

  • Meminta bantuan profesional

Jika orang tua melihat perubahan perilaku anak yang bersifat negatif atau mengkhawatirkan, orang tua dapat meminta bantuan profesional agar situasi dan masalah anak tertangani.

Bagaimana, teman-teman? Insightful, kan? Semoga teman-teman maupun orang tua yang membaca artikel ini menjadi lebih sadar mengenai stres akademik dan dampaknya terhadap pelajar-pelajar. Selain itu, semoga tips-tips di atas dapat membantu mengurangi atau menghindari stres akademik. See you di artikel selanjutnya, ya!

Referensi:

Barseli, M., & Ifdil, I. (2017). Konsep Stres Akademik Siswa. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 5(3), 143. https://doi.org/10.29210/119800 

Mulawarman, S. U. (2020). Stres Akademik, Peran Kuliah Daring hingga Tekanan Orang Tua. Sketsa Universitas Mulawarman. https://www.sketsaunmul.co/berita-kampus/stres-akademik-peran-kuliah-daring-hingga-tekanan-orang-tua/baca 

Putri, R. Q. D. & Wijaya, H. E. (2018). KESEHATAN SOSIAL−EMOSIONAL DAN STRES AKADEMIK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI SMA NEGERI 2 BALIKPAPAN. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Diakses dari https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/9539/08.%20naskah%20publikasi.pdf?sequence=20&isAllowed=y 

Santosa, L. W. (2020, July 24). Tekanan akademis salah satu alasan anak bisa kena gejala depresi. Antara News. https://www.antaranews.com/berita/1630270/tekanan-akademis-salah-satu-alasan-anak-bisa-kena-gejala-depresi 

Sinha, A. (2016, May 2). Parental pressure: A fine line between caring and caring too much. The Jakarta Post. https://www.thejakartapost.com/life/2016/05/02/parental-pressure-a-fine-line-between-caring-and-caring-too-much.html 

Tim. (2019, September 20). Tuntutan Akademik, Picu Stres Hingga Bunuh Diri Pada Remaja. CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190913104019-255-430148/tuntutan-akademik-picu-stres-hingga-bunuh-diri-pada-remaja 

Penulis: Talulla Salma

Talulla Salma