Menjadi Perfeksionis, Baik Gak Sih? 

Menjadi Perfeksionis, Baik Gak Sih? 

Halo, teman-teman! Apa kabar? Semoga dalam keadaan yang baik yaa! Pernah gak kalian ngerasain “kok ngerjain tugas gak selesai-selesai ya?” atau “aduh jelek banget sih hasilnya, padahal udah ngerjain sebagus mungkin”? Nah, hal kayak gini yang biasanya dialami oleh mahasiswa yang ada di Indonesia. Di Psikopedia kali ini, kita akan membahas tentang perfeksionisme. Yuk, kita simak tentang perfeksionisme! 

Perfeksionisme adalah sebuah sifat yang dialami oleh seorang yang perfeksionis. Seperti namanya, seseorang yang perfeksionis harus menjadi sempurna dalam segala aspek. Seorang perfeksionis, harus mengerjakan sesuatu dengan sempurna. Jika tidak, ia akan marah dan kesal kepada dirinya sendiri. Sifat perfeksionisme ini akan membuat seseorang untuk menempatkan pencapaian yang tidak realistik. Jika pencapaian tidak realistik tersebut tidak tercapai, seseorang akan mengalami kecemasan, kurang percaya diri hingga stress. Tetapi, menjadi seorang yang perfeksionis tidak semua buruk loh! Profesor psikologi bernama Don Hamachek menjelaskan bahwa seorang perfeksionis terbagi ke dalam dua jenis, yaitu perfeksionis adaptif dan perfeksionis maladaptif. 

  • Perfeksionis Adaptif. 

Jenis perfeksionis ini adalah seseorang yang perfeksionis, tetapi ia masih merasa puas akan pencapaiannya walau ia mempunyai target yang tinggi. Seorang yang mengalami jenis perfeksionis ini tidak mudah patah semangat untuk mencapai tujuannya. Perfeksionis adaptif merupakan sifat perfeksionis yang positif karena seseorang bisa bahagia dan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. 

  • Perfeksionis Maladaptif 

Jenis perfeksionis ini adalah kebalikan dari adaptif, dimana seseorang yang mengalami jenis perfeksionis maladaptif akan menentukan standar tinggi yang tidak realistik pada diri sendiri. Jika ia tidak mencapai target tersebut, ia akan merasa khawatir dan akan takut jika mereka mengecewakan diri sendiri dan orang lain. Ia juga berusaha agar tidak melakukan kesalahan pada pekerjaannya. Jenis perfeksionis maladaptif ini dapat menimbulkan dampak negatif. 

Lalu, gimana sih agar menjadi perfeksionis yang positif? 

Terdapat beberapa tips yang bisa digunakan nih. 

1.Tentukan target yang realistik. 

Ini penting banget loh! Kita harus tau batasan apa yang bisa kita lakukan ketika mencapai suatu tujuan. 

2.Menghargai proses daripada hasil. 

Perlu diingat, proses dan usaha yang sudah kita lakukan lebih penting daripada hasil yang didapatkan. Jadi, jangan lupa untuk menghargai prosesnya juga ya! 

3.Menghargai diri sendiri. 

Merasa kesal pada diri sendiri itu akan berdampak pada kesehatan mental. Dengan demikian, penting untuk mengapresiasi dan menghargai diri sendiri ketika kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain juga termasuk menghargai diri sendiri loh! 

Gimana? Setelah kita mengetahui apa itu sikap perfeksionisme, apakah kalian termasuk orang yang perfeksionis? Jangan lupa untuk menjadi perfeksionis yang positif ya! Ingat, bahwa tidak ada seorang yang benar-benar sempurna. Sampai ketemu lagi di artikel selanjutnya ya, teman-teman!

Referensi: 

Brandt, A. (2019). The Dangers of Perfectionism. Psychology Today. Retrieved 18 December 2021, from https://www.psychologytoday.com/us/blog/mindful-anger/201904/the-dangers-perfectionism

Chua, C. How To Overcome Perfectionism: Your Complete Guide – Personal Excellence. Personal Excellence. Retrieved 18 December 2021, from https://personalexcellence.co/blog/overcome-perfectionism/#cb1816622873

Rice, K. G., & Lapsley, D. K. (2001). Perfectionism, coping, and emotional adjustment. Journal of College Student Development42(2), 157-168.

Penulis: Andini Titis Galih Utami

Andini Titis Galih Utami