Waisak Puja Malang 2025
Waisak Puja Malang 2025
Penulis: Francessa Aurelia
Bulan Mei selalu memiliki makna istimewa bagi umat Buddha di seluruh dunia, karena di bulan inilah Hari Raya Tri Suci Waisak diperingati. Tahun ini, Waisak Puja 2025 membawa semangat kebersamaan dan perenungan mendalam akan ajaran agung Sang Buddha Gautama. Tema yang diusung dalam perayaan Waisak kali ini adalah “Damai dalam Dekapan Cahaya Dhamma,” sebuah seruan untuk menciptakan kedamaian dalam diri dan menyebarkannya kepada sesama.
Waisak, yang juga dikenal sebagai Vesak Day atau Tri Suci Waisak, memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddhartha Gautama: kelahiran, penerangan sempurna, dan parinibbana. Ketiga peristiwa ini menjadi landasan bagi umat Buddha untuk terus berpegang teguh pada cita-cita mulia Sang Buddha, yakni agar semua makhluk hidup berbahagia dan terbebas dari penderitaan.
Perayaan Waisak tahun ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk menanamkan pemahaman akan kedamaian yang berlandaskan Dhamma. Melalui tema “Damai dalam Dekapan Cahaya Dhamma”, diharapkan umat Buddha dapat menemukan ketenangan batin dan mengaplikasikan nilai-nilai luhur ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang masih acuh tak acuh terhadap hal tersebut, namun melalui kegiatan ini, umat akan diajak untuk berbagi dan memahami lebih dalam makna dari “Damai” tersebut pada masyarakat Buddha.
Salah satu rangkaian yang menjadi sorotan dalam perayaan ini adalah pradaksina dan fangsheng burung, dua kegiatan yang sarat makna spiritual. Pradaksina, dilakukan dengan berjalan mengelilingi stupa atau altar utama sebanyak tiga kali searah jarum jam, menjadi simbol penghormatan kepada Tiratana—Buddha, Dhamma, dan Sangha. Dalam perayaan kali ini, umat berkumpul dengan hati penuh devosi, melangkah perlahan sambil membawa pelita, bunga, dan dupa. Cahaya pelita melambangkan niat untuk menerangi hidup dengan kebijaksanaan, sedangkan langkah yang tenang mencerminkan perjalanan menuju pembebasan batin.
Sementara itu, fangsheng burung atau pelepasan burung ke alam bebas menjadi bentuk praktek cinta kasih universal (metta). Melalui kegiatan ini, umat belajar untuk mengembangkan welas asih dan menghargai kehidupan semua makhluk. Tindakan sederhana ini mengandung harapan besar: agar setiap makhluk terbebas dari penderitaan dan mencapai kedamaian sejati.
Dalam upaya memperdalam Dhamma dan memperkuat spiritualitas, perayaan ini juga menghadirkan sesi Dhammadesana yang sangat dinantikan. Para hadirin mendapatkan pencerahan langsung dari dua Samanera terkemuka: Samanera Vivekadharo dan Samanera Dhammacchando, yang membagikan kebijaksanaan dan pengalaman spiritual, membimbing umat memahami lebih dalam makna damai yang bersumber dari cahaya Dhamma.
Perayaan Waisak bukan hanya sekadar ritual keagamaan, melainkan juga wadah untuk mempererat tali persaudaraan sesama umat dan menjadi media penyebaran nilai-nilai kemanusiaan dalam ajaran Buddha. Semoga melalui perayaan Tri Suci Waisak ini, kedamaian sejati dapat bersemayam dalam hati setiap insan, membawa kebahagiaan bagi diri sendiri dan seluruh alam semesta.