Mengenal Samyojana

Written By: Lavia Thamrin

Halo teman-teman se-Dhamma! Sebagai penganut agama Buddha, kita pasti tidak asing lagi dengan istilah Samyojana, atau yang dalam bahasa Indonesianya disebut ‘belenggu’. Dalam agama Buddha, belenggu adalah segala sesuatu yang mengikat makhluk pada penderitaan dan Samsara, lahir-mati yang berkelanjutan.

Dalam Sutta Pitaka, terdapat sepuluh macam belenggu:

  1. Sakkayaditthi : pandangan salah mengenai aku.
  2. Vicikiccha : keragu-raguan terhadap ajaran Buddha.
  3. Silabbataparamasa : terikat pada kepercayaan takhayul atau ritual.
  4. Kamaraga : pemenuhan nafsu indra.
  5. Vyapada : benci.
  6. Ruparaga : ingin terlahir di alam bentuk.
  7. Aruparaga : ingin terlahir di alam non-bentuk.
  8. Mana : kesombongan.
  9. Uddhacca : kegelisahan.
  10. Avijja : kebodohan batin.

Lantas, bagaimana cara belenggu-belenggu ini mengikat kita pada penderitaan, pada lahir-mati? Sebuah ilustrasi: seorang wanita ingin membeli sebuah cincin berlian yang indah. Namun, karena pendapatan yang pas-pasan, ia tidak mampu membeli cincin ini. Timbul hawa nafsu: saking inginnya ia pada cincin ini, ia sampai lupa makan dan lupa tidur. Pada akhirnya, tidak menutup kemungkinan wanita ini mencuri cincin ini. Dari keinginan yang menggebu-gebu, berlanjut pada tindakan jahat, yang berujung pada karma buruk.

Teman-teman se-Dhamma, bukankah kita sering merasakan rasa tidak puas? Mungkin ketika kita melihat smartphone versi terbaru, lalu membandingkannya dengan smartphone yang kita punya. Atau mungkin ketika kita membandingkan diri sendiri dan orang lain, yang berujung pada rasa iri dan dengki? Sepuluh Samyojana sebetulnya mengikat kita pada roda Samsara. Selama masih ada sepuluh belenggu dalam diri kita, mustahil untuk keluar dari jalur reinkarnasi.

Sepuluh Samyojana ini dapat dihancurkan setahap demi setahap, dan untuk tiap tahap, kita dapat perlahan-lahan lepas dari roda Samsara:

  • Menjadi seorang “pemasuk-arus” (sotapanna) ketika berhasil memotong tiga belenggu pertama.
  • Menjadi seorang “kembali sekali” (sakadagami) ketika berhasil memotong tiga belenggu pertama dan melemahkan dua belenggu berikut.
  • Menjadi seorang “tidak-kembali” (anagami) ketika berhasil memotong lima belenggu pertama.
  • Menjadi seorang arahat ketika berhasil memotong seluruh sepuluh belenggu.

Teman-teman se-Dhamma, ayo kita belajar bersama-sama untuk melepas belenggu-belenggu ini, agar kita dapat bersama-sama terlepas dari roda Samsara.

Referensi:

https://archive.ph/20120707234429/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:2509.pali

http://p2k.unkris.ac.id/en3/3065-2962/Sepuluh-Belenggu_99182_p2k-unkris.html#cite_note-6

https://kemenag.go.id/read/memangkas-belenggu-penderitaan-pvekr

Lavia Thamrin