Menilik Kisah Candi Borobudur, Aset Nusantara yang Sempat Sirna
Written By: Melisa
Siapa sih yang tidak mengenal Candi Borobudur? Kita tentu mengenal Candi Borobudur sebagai candi Buddha terbesar di dunia yang dinobatkan UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia karena kompleksitas arsitekturnya yang mengagumkan.
Namun, ternyata kemegahan candi yang berlokasi di Magelang, Jawa Tengah ini sempat sirna selama berabad-abad karena terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik sehingga menyerupai bukit. Kembalinya kemasyhuran Candi Borobudur terjadi ketika Thomas Stamford Raffles mendengar eksistensi sebuah bangunan besar tersembunyi jauh di dalam hutan dekat desa Bumisegoro. Tersiarnya kabar keberadaan Candi Borobudur tentu saja menarik perhatian dunia yang mengakibatkan Candi Borobudur menjadi objek penjarahan bagi pencuri, penjarah candi dan kolektor pemburu artefak yang menyebabkan banyaknya bagian candi yang hilang. Hingga pada akhir 1960-an, pemerintah Indonesia meminta bantuan kepada UNESCO untuk mengatasi permasalahan di Candi Borobudur dengan melakukan pemugaran besar-besaran demi melindungi monumen bersejarah ini.
Hingga saat ini, Candi Borobudur menjadi salah satu tempat ziarah umat Buddha di dunia sekaligus menjadi destinasi wisata liburan dan sejarah kebanggaan Indonesia. Adapun struktur dari candi ini berbentuk seperti punden berundak yang semakin ke atas semakin mengecil dengan empat buah tangga di setiap arah mata angin yang mana dalam filsafat Buddha, struktur ini merupakan tiruan alam semesta yang digambarkan dalam tiga tingkatan, yaitu:
- Kamadhatu (bagian bawah candi), menggambarkan perilaku manusia yang masih terikat nafsu duniawi.
- Rupadhatu (bagian tengah candi), menggambarkan perilaku manusia yang mulai meninggalkan nafsu duniawi, namun masih terikat dunia nyata.
- Arupadhatu (bagian atas candi), menggambarkan unsur tak berwujud dan sebagai tanda tingkatan yang telah meninggalkan nafsu duniawi.
Pada dinding candi di setiap tingkatan kecuali pada teras-teras pada Arupadhatu, terukir relief dengan bermacam-macam cerita. Cerita-cerita seperti karmawibhangga, lalitawistara, jataka dan awadana, serta gandawyuha terukir dengan jelas di dindin candi. Selain wujud Buddha dalam kosmologi Buddhis yang terukir di dinding, terdapat banyak arca Buddha duduk bersila dalam posisi teratai serta menampilkan mudra (sikap tangan simbolis tertentu) yang turut melengkapi keindahan monumen bersejarah ini.
Maka dari itulah, sudah seharusnya kita senantiasa menjaga kelestarian Candi Borobudur agar tidak tergerus dan punah.
Referensi: