Pesan Buddha Kepada Muridnya Sebelum Parinibbāna
Written By: Eugene Tjandraputri
Pangeran Siddhata dilahirkan pada tahun 632 SM di Taman Lumbini, ia lahir dalam keadaan bersih tanpa noda, berdiri tegak dan langsung dapat berjalan sebanyak tujuh langkah ke arah utara dan tempat yang dipijakinya ditumbuhi bunga teratai. Para pertapa di bawah pimpinan Asita Kaladewala meramalkan bahwa Pangeran Siddhata kelak akan menjadi seorang Buddha apabila Pangeran melihat empat macam peristiwa yaitu, orang tua, orang sakit, orang mati, dan seorang pertapa. Saat Pangeran Siddhata berusia 29 tahun, ia memutuskan untuk meninggalkan istana dan melakukan Pelepasan Agung dengan menjalani hidup suci sebagai pertapa. Pangeran Siddhata pergi berguru mencari ilmu sejati yang dapat membebaskan manusia dari usia tua, sakit, dan mati. Bulan Purnama Siddhi di bulan Waisak ketika ia berusia 35 tahun, Pertapa Gotama telah mencapai Pencerahan Sempurna di Bodhgaya. Selama 45 tahun lamanya, Buddha Gotama membabarkan Dhamma hingga akhirnya mencapai usia ke 80 tahun, Buddha Gotama mencapai Parinibbāna terbaring di antara dua pohon sala di Kusinagara. Ada kutipan di dalam Mahāparinibbāna Sutta yang menjelaskan tentang empat tempat untuk berziarah : DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. “Ānanda, ada empat tempat yang pemandangannya dapat membangkitkan semangat bagi mereka yang berkeyakinan. Apakah empat tempat itu? “Tempat kelahiran Sang Tathāgata” adalah yang pertama. “Tempat Sang Tathāgata mencapai penerangan sempurna” adalah yang ke dua. “Tempat Sang Tathāgata memutar Roda Dhamma” adalah yang ke tiga. “Tempat Sang Tathāgata mencapai unsur-Nibbāna tanpa sisa” adalah yang ke empat. Dan, Ānanda, para bhikkhu, bhikhhunī, umat-awam laki-laki dan perempuan yang berkeyakinan sebaiknya mengunjungi tempat-tempat tersebut. Dan siapapun yang meninggal dunia saat mengunjungi tempat-tempat tersebut dengan penuh ketulusan hati maka saat hancurnya jasmani, akan terlahir kembali di alam surga.
Pesan yang dapat kita ambil, jika kita memiliki kesempatan untuk pergi ke empat tempat untuk berziarah maka ambilah kesempatan itu, renungkan dan tanam kebajikan.
Dīgha Nikāya 16 : Mahāparinibbāna Sutta (diterjemahkan dari pāli oleh Maurice Walshe)