Sikap Umat Buddha Terhadap Perubahan Zaman

Sikap umat Buddha zaman sekarang ini bukanlah menutup diri, melainkan yang paling tepat adalah membuka diri. Keterbukaan diri bukan berarti umat Buddha dengan begitu saja menerima segala sesuatu yang ditawarkan. Keterbukaan diri tersebut tentunya harus memerlukan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan zaman yang terjadi sekarang ini agar dapat mewujudkan kehidupan yang diharapkan.

Buddha Gautama mengutarakan dalam Aṅguttara Nikāya III, 127 perihal lima ajaran yang perlu dikembangkan dalam diri kita masing-masing, terutama dalam kaitannya untuk menimbulkan kemampuan diri sendiri yang berkualitas. Lima ajaran Buddha Gautama itu dikenal dengan sebutan Lima Vesarajjakammatthana, yang terdiri dari:

  1. Saddhā (Keyakinan)

Keyakinan tidak boleh diabaikan, bahkan ditinggalkan begitu saja. Kurangnya keyakinan merupakan wujud dari penyempitan dan pemiskinan wawasan agama seseorang. Keyakinan Dhamma dapat diperoleh melalui jalur pengertian (pariyatti), pengamalan (paṭipatti), dan penembusan/hasil praktik (paṭivedha) Dhamma itu sendiri. Oleh karena itu, setiap umat Buddha hendaknya memacu dirinya sendiri untuk lebih banyak menekuni tiga jalur tersebut. Kiranya perlu diperhatikan juga oleh umat Buddha bahwa Dhamma tidak berada di luar wilayah kehidupan kita. Janganlah umat Buddha memiliki pandangan bahwa Dhamma berada di luar bentuk aktivitas kehidupan kita, atau Dhamma itu hanya terdapat dalam vihara / tempat ibadah saja, melainkan harus diamalkan setiap harinya dan dimanapun kita berada.

  1. Sīla (Etika atau Pengendalian Diri)

Umat Buddha hendaknya berlatih mengendalikan diri sesuai dengan Dhamma, karena latihan itu merupakan wujud identitas kehidupan ajaran Buddha. Banyak orang lupa diri dan tidak waspada sehingga ia sulit untuk mengendalikan dirinya sendiri. Pengendalian diri tidak hanya berlaku pada Sang Buddha. Pada sepanjang hidup manusia, pengendalian diri sesuai dengan norma kebenaran sebenarnya merupakan upaya manusia untuk meraih suatu kehidupan yang bernilai tinggi. Demikian pula kehidupan manusia zaman modern seperti sekarang ini, akan mempunyai nilai tinggi apabila ia mampu mengendalikan diri sesuai dengan norma kebenaran. Sebaliknya, kemajuan IPTEK akan menghancurkan hidup manusia apabila manusia tidak lagi peduli dengan pengendalian dirinya.

  1. Bāhusacca (Berpengetahuan Luas)

Kehidupan zaman sekarang menuntut pengenalan dan pengetahuan yang lebih luas, bahkan mendalam mengenai berbagai ilmu. Makin luas pengetahuan yang diperoleh, makin siap diri seseorang dalam mengikuti perkembangan zaman. Umat Buddha tentunya tidak boleh tertinggal dalam mendalami IPTEK, karena pengetahuan terhadap hal-hal itu akan memperkaya diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan baik fisik maupun sosial yang tak bisa dihindari.

  1. Viryārambha (Rajin dan Semangat)

Kemajuan perkembangan dunia modern menuntut sikap tepat waktu, efisien dan efektif dalam penggunaan, berani bersaing dan berkorban, semua hal ini memerlukan sikap rajin dan bersemangat. Umat Buddha yang rajin dan bersemangat akan sadar bahwa karakter diri seperti itu merupakan syarat-syarat yang diperlukan bagi seseorang untuk tumbuh dan berkembang. Beberapa hal positif tersebut merupakan hal yang diperlukan untuk perkembangan dunia modern.

  1. Paññā (Pengertian dan Pikiran Benar)

Kehidupan manusia modern dapat memicu timbulnya pengertian dan pikiran yang tidak sesuai dengan ajaran Buddha. Pemujaan terhadap kekuasaan materi yang berlebihan akan menjadikan pandangan/prinsip hidup seseorang tidak lagi memanusiakan manusia. Manusia  diubah statusnya dari makhluk hidup menjadi materi hidup. Umat Buddha diharapkan jangan sampai terperosok ke dalam pandangan yang salah dan kehidupan pada saat masuk dalam era globalisasi. Pengertian dan pikiran tentang hidup sebagaimana apa adanya pada hidup itu merupakan sikap yang paling tepat dalam hal ini.

Pemahaman apa adanya mengungkapkan keberadaan dari segala sesuatu yang terdapat dalam hidup itu sendiri, yang selalu berubah (anicca), tidak memuaskan (dukkha), dan tanpa substansi/inti kekal (anatta) merupakan sikap diri yang benar untuk memperoleh kebebasan diri dan kebahagiaan hidup.

Kemajuan dunia modern menuntut wawasan yang lebih luas, lebih lengkap, dan lebih dewasa tanpa harus kehilangan identitas/jati diri kita. Perlindungan kepada Dhamma merupakan ’Sahabat Sejati’ bagi kehidupan umat Buddha dalam era globalisasi yang diwarnai perubahan dari berbagai hal, baik segi fisik, sosial, maupun ideal. Dhamma hendaknya dijadikan tolak ukur penyesuaian diri yang benar-benar dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Buddha Dhamma memuat ajaran ’Jalan Tengah’ dalam hal meraih kemajuan di tengah-tengah kehidupan kita sehari-hari. ajaran itu menekankan perkembangan kemajuan segi fisik maupun mental, sehingga kemajuan materi jangan sampai menomorduakan kemajuan batin. Oleh karena itu, manusia ideal hendaknya memperhatikan empat macam kemajuan yaitu fisik, sosial, mental, dan intelektual secara seimbang.