Menyingkap Mitos: “Gagal karena Malas”

Halo semuanya, Namo Buddhaya. Dalam hidup pasti ada yang namanya kegagalan dan kesuksesan, terkadang di bawah ataupun di atas. Kegagalan sering kali dianggap sebagai hasil dari kurangnya usaha atau ketidaktertarikan seseorang terhadap tujuan mereka. Namun, realitanya jauh lebih kompleks dari pada itu. Meskipun kemalasan bisa menjadi salah satu faktor yang berkontribusi, penyebab kegagalan seringkali lebih dari sekadar kurangnya motivasi. Menelusuri akar penyebab kegagalan dapat membuka pandangan yang lebih baik tentang dinamika yang mendasari kegagalan, termasuk faktor internal dan eksternal yang seringkali terlewatkan.

Kegagalan merupakan hasil dari interaksi berbagai faktor seperti: dukungan sosial, kondisi lingkungan, kesempatan, dan keahlian individu. Seseorang mungkin sangat berusaha, tetapi jika beberapa faktor tersebut tidak dipenuhi maka kesuksesan dapat sulit dicapai. Contohnya, menurut Iksan (2013) kontribusi dukungan sosial secara langsung mempengaruhi pencapaian prestasi anak SMP sebesar 86% dan SMA sebesar 81,6%. Ini menunjukkan bahwa kegagalan tidak selalu merupakan cerminan dari kurangnya usaha, tetapi seringkali akibat dari berbagai faktor yang tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh individu.

Kondisi lingkungan juga memainkan peran penting dalam menentukan kesuksesan atau kegagalan. Faktor seperti akses terhadap pendidikan yang berkualitas dapat memiliki dampak signifikan terhadap potensi seseorang untuk meraih tujuan mereka. Kebiasaan dari lingkungan yang baik juga akan sangat membantu pembentukan karakter demi mencapai kesuksesan, dan bahkan mampu meningkatkan kinerja hingga 20% (Lestary & Harmon, 2018). Kebiasaan lingkungan seperti rajin belajar, bersosialisasi, dan cara mengisi waktu luang secara langsung akan mempengaruhi anggota di dalamnya untuk melakukan hal yang sama.

Berbicara mengenai akses pendidikan, hal tersebut juga tidak jauh dari faktor kesempatan atau privilege (hak istimewa). Tidak semua orang bisa mendapatkan hal tersebut dan bahkan jika bisa, hak pada setiap orang selalu berbeda atau tidak sama rata. Contohnya banyak orang mampu dengan mudahnya mengakses suatu ilmu baru dari internet, namun banyak juga yang harus berjuang keras bertahun-tahun demi mendapatkan ilmu yang sama. Oleh karena itu, mengatributkan kegagalan semata-mata pada kemalasan seringkali merupakan penyederhanaan yang tidak adil terhadap kompleksitas situasi individu.

Kegagalan seringkali dianggap sebagai sesuatu yang negatif, namun sebenarnya dapat menjadi peluang untuk belajar dan bertumbuh. Mempelajari penyebab kegagalan dapat membantu seseorang memperbaiki strategi mereka, mengetahui kelemahan, dan mengembangkan mental untuk menghadapi rintangan di masa depan. Dengan demikian, seseorang dapat lebih baik memahami dan merespons terhadap kegagalan dengan cara yang lebih efisien. Hal yang lebih penting daripada kegagalan adalah respons seseorang terhadapnya. Maka dari itu, tetap semangat ya! Terima kasih, Namo Buddhaya.

Referensi:

Iksan, M. (2013). Dukungan Sosial Pada Prestasi Dan Faktor penyebab Kegagalan Siswa SMP Dan Sma. Psikoislamika : Jurnal Psikologi Dan Psikologi Islam, 10(1). https://doi.org/10.18860/psi.v10i1.6361

Lestary, L., & Chaniago, H. (2018). Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Riset Bisnis Dan Investasi, 3(2), 94–103. https://doi.org/10.35313/jrbi.v3i2.937

Winsen Olando