Membina Diri dengan Membina Pikiran
Ditulis oleh: Leaane Pingkan
Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat tiga aspek dalam bertindak, yaitu: perilaku (jasmani), ucapan (mulut), dan pikiran. Artikel ini akan membahas tentang aspek pikiran secara lebih mendalam.
Secara singkat, bagaimana pikiran bekerja?
Pikiran dapat mempengaruhi hati dalam berkehendak, di mana kehendak ini akan membentuk niat akan sesuatu, entah itu baik atau buruk. Pikiran mendahului ucapan dan perbuatan jasmani. Sebagaimana yang disebutkan di Dhammapada, Yamaka Vagga syair 2: pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pembentuk. Dengan pikiran murni dalam bertindak maka kebahagiaan akan menyertainya.
Dan sebagaimana banyak penekanan dalam khotbah Sang Buddha, untuk lepas dari ikatan-ikatan dan mencapai kebahagiaan adalah dengan menjaga pikiran. Di mana pikiran sesat, seseorang menjadi sesat; dan karena pikiran yang murni, seseorang menjadi murni pula. Pikiran baik dan buruk sendiri dikategorikan dalam ajaran Buddha. Tiga jenis pikiran buruk adalah pikiran nafsu, kebencian, dan kejam. Sedangkan tiga jenis pikiran baik adalah pikiran untuk melepas keduniawian, tidak membenci, dan tidak kejam.
Mengapa kita harus membina pikiran?
Dengan membina pikiran kita, maka kita dapat menjadi lebih bijaksana dalam berpikir, bertindak, dan berucap. Kita menjadi lebih mudah dalam mengintrospeksi diri untuk membina diri. Pembinaan pikiran melengkapi pembinaan diri, di mana pembinaan pikiran melatih tekad pikiran dan pembinaan diri melatih karakter dan sifat diri. Dengan menjadi bijaksana setelah berhasil membina pikiran, kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dengan perilaku yang lebih baik pula. Selain itu kita juga dapat meningkatkan kesadaran spiritual kita dalam melangkah di Jalan Benar dalam Dhamma. Dengan membina diri, kita mengembangkan sifat kebuddhaan sehingga kita menjadi tersadarkan atau mawas diri dan memperoleh suatu bentuk kebebasan, baik secara mental atau spiritual; untuk memotong kemelakatan, melepaskan belenggu, dan mengakhiri penderitaan.
Banyak dari kita yang masih berfokus pada akibat, bukan sebab dari akibat. Misalnya, orang yang sudah masuk penjara baru mengerti dan menyesal kalau dia tidak melakukan hal buruk ini maka tidak akan masuk penjara. Atau ketika pasangan setelah bercerai, baru memahami dan menyesal mengapa ia tidak memperlakukan pasangannya dengan baik dari dulu. Dengan membina pikiran kita, kita dapat lebih terbuka terhadap hal ini dan menghindari sebab-akibat yang menyertai dalam bertindak.
Bagaimana cara untuk membina pikiran?
Kita membina pikiran dengan menjaga sila dan konsentrasi untuk menjernihkan pikiran, mengembangkan kebijaksanaan, dan menemukan sifat kebuddhaan. Sang Buddha juga mengenalkan Lima Rintangan, yang terdiri dari: nafsu-indriawi, kehendak-jahat, kelambanan dan kemalasan, keresahan dan kekwatiran, dan keraguan. Dalam menyikapi rintangan ini, kita harus memiliki keteguhan dalam membina pikiran agar tidak terpengaruh oleh faktor eksternal seperti perkataan orang lain atau situasi kondisi tidak nyaman.
Pula dari faktor internal dalam diri kita adalah jangan cemas berlebihan yang membuat pikiran-pikiran mengganggu dan jangan berkecil hati, malas, dan egois dalam menghadapi situasi sulit. Contoh kasus faktor internal ini nyata adanya dan dapat kalian lihat dalam cerita Malunkyaputta yang terganggu karena tidak memiliki jawaban pasti akan pertanyaan-pertanyaan metafisika. Yang mana lalu Buddha menegurnya karena menyia-nyiakan waktunya untuk memikirkan pertanyaan yang menganggu ketenangan pikirannya, padahal jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu bukan syarat mutlak untuk menuntut penghidupan suci atau mengakhiri Dukkha.
Ketika muncul pikiran buruk atau mengganggu ketenangan kita, yang pertama adalah kita harus menyadarinya. Berhenti sejenak untuk mengontrol pikiran buruk kita ini. Dalam membina pikiran dan perilaku, kesadaran itu diperlukan. Terkadang dalam membina diri, kita juga menghadapi tantangan dalam diri sendiri seperti rasa malas atau tidak percaya yang dapat menyebabkan pengenduran atau kemunduran dalam pembinaan diri. Untuk mengatasi ini, kita harus menjaga niat awal kita yang tulus dalam memulai pembinaan kita. Selain itu, kita dapat secara rutin membaca hal-hal yang dapat mendorong tekad kita, bergaul dengan orang yang rajin dan tekun sehingga kita dapat mengikuti sifat positif mereka ini, serta melawan perilaku buruk diri sendiri seperti kemalasan dan kebencian.
Kita juga harus senantiasa berhati-hati dalam membina diri. Bagaikan melangkah di atas es yang tipis, dalam membina diri kita harus berhati-hati karena menyimpang atau berbuat kesalahan sedikit saja kita dapat terjerumus ke jalan yang salah. Kita harus bijak dalam menganggapi pikiran kita sendiri dan bertindak, seperti menjaga ucapan dan tindakan.
Referensi:
- Bagaimana memahami dengan benar tentang membina pikiran?Bagaimana cara membina pikiran?如何正确理解修心?如何修心呢? – INDONESIA XIN LING FA MEN BUDDHA INSTITUTE (xinlingfamenindonesia.org)
- Berhati–hati dalam Pembinaan Pikiran 修心如履薄冰 – INDONESIA XIN LING FA MEN BUDDHA INSTITUTE (xinlingfamenindonesia.org)
- Mengapa harus Membina Pikiran? Bagaimana Cara Pembinaannya? 为什么要修心?怎么修呢? – INDONESIA XIN LING FA MEN BUDDHA INSTITUTE (xinlingfamenindonesia.org)
- (Jilid 1) Bab 3 Tujuan Membina Pikiran dalam Ajaran Buddha Dharma – (1) – INDONESIA XIN LING FA MEN BUDDHA INSTITUTE (xinlingfamenindonesia.org)
- https://www.dhammacakka.org/index.php/zqycrnli-181/9516cjzqdi-rzhic/ymqaxhpg9701/?channel=ceramah&mode=detailbd&id=340
- https://www.dhammacakka.org/index.php/melangkah-di-jalan-dhamma/images/icon/images/kegiatan/?channel=ceramah&mode=detailbd&id=258
- https://www.dhammacakka.org/?channel=ceramah&mode=detailbd&id=193
- https://www.dhammacakka.org/?channel=ceramah&mode=detailbd&id=1014
- https://www.dhammacakka.org/?channel=ceramah&mode=detailbd&id=258
- https://www.dhammacakka.org/?channel=ceramah&mode=detailbd&id=296
- https://www.dhammacakka.org/?channel=ceramah&mode=detailbd&id=540
https://www.dhammacakka.org/?channel=ceramah&mode=detailbd&id=310
https://www.dhammacakka.org/index.php/fapzhiodcr119/?channel=ceramah&mode=detailbd&id=772
https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/bab-ii-pandangan-agama-buddha-tentang-pikiran/
https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/kesadaran-sejati-dan-pemusatan-pikiran-sejati/