Doa dan Meditasi dalam Agama Buddha

Ditulis oleh Lavia Tamrin

Halo teman-teman se-Dhamma! Dalam artikel kali ini, kita akan membahas mengenai doa dan meditasi dalam agama Buddha.

Doa adalah suatu aktivitas berkomunikasi dengan sosok yang dianggap transenden (seperti Tuhan, Dewa, Buddha, dan sebagainya) sesuai dengan kepercayaan masing-masing individu yang berdoa dengan kepercayaan bahwa sosok transenden tersebut dapat mendengar, berkomunikasi, menolong, dan mengabulkan permohonan.

Sebaliknya, meditasi menurut KBBI adalah pemusatan pikiran untuk mencapai sesuatu. Bagi umat Buddha, meditasi bukan merupakan aktivitas yang asing lagi. Meditasi dalam bahasa Pali disebut juga Bhavana, yang berarti pengembangan. Meditasi yang benar berarti pemusatan pikiran pada obyek yang benar, yang ditujukan untuk menghilangkan kekotoran batin.

Dalam agama Buddha sendiri, tidak memiliki doa utama. Doa dalam agama Buddha berbeda dengan doa agama lain, dimana doa dalam agama Buddha tidak bertujuan untuk meminta atau memohon sesuatu, tetapi untuk mengembangkan diri. Pelafalan sutra, pengulangan mantra, dan pencitraan para dewa bertujuan untuk mengembangkan batin dan spiritual kita, agar kita dapat menyelesaikan masalah kita sendiri.

Jika dibandingkan dengan pengertian doa yang tertulis di atas, jelas bahwa doa dalam agama Buddha tidak bertujuan untuk meminta sosok transenden untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan, dalam konteks meditasi, umat Buddha mempraktekkan meditasi untuk pelatihan batin dan pengembangan spiritual untuk mencapai Nibanna. Ini karena untuk mencapai Nibanna, tidak cukup dengan perbuatan baik saja. Namun, juga diperlukan batin yang murni, yang dapat dilatih melalui meditasi.

Jika dibandingkan dari penjelasan di atas, doa dan meditasi dalam agama Buddha memiliki tujuan yang sama, yaitu pengembangan batin dan spiritual untuk menjadi individu yang lebih baik. Karena itu, dapat terlihat bahwa berdoa dan bermeditasi dapat dilakukan oleh umat Buddha secara bersamaan. Selain umat Buddha, umat agama lain pun dapat melakukan doa dan meditasi juga, karena meditasi tidak dibatasi oleh agama. Dengan menggabungkan doa dan meditasi, kita dapat mendapatkan manfaat dari keduanya. Semakin bermeditasi, kita dapat belajar untuk menumbuhkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan ini dapat menuntun kita untuk tidak menggunakan doa sebagai ajang memohon dan meminta sesuatu, melainkan bersyukur atas apa yang telah kita miliki. Sehingga, doa dikabulkan dan doa tidak dikabulkan bukan lagi menjadi suatu masalah yang berarti.

 

Referensi:

Lavia Tamrin