Artificial Intelligence pada Kanker

Written By : Arya S

            Seperti apa pelayanan kesehatan di masa depan nanti, di mana Artificial Intilligence (kecerdasan buatan) sudah sangat canggih? Dokter, ilmuan, dan banyak peneliti sudah lama mempertanyakan dan mencari jawaban untuk pertanyaan tersebut. Sejak tahun 1956 saat kata AI sudah mulai digunakan oleh John McCarthy, penggunaannya selalu berubah ubah sampai sekarang. Dari komputer generasi awal yang bila dilihat kembali, sangat berbeda dengan komputer yang sangat canggih di jaman sekarang, AI juga akan terus berevolusi secara terus menerus seiring berkembangnya ilmu teknologi.

            Salah satu aspek dari AI yang sangat penting di kehidupan sosial sekarang adalah pelayanan kesehatan. Posibilitas kemampuan AI dalam hal tersebut tidak terbatas, dari mengdiagnosa penyakit jantung secara akurat sampai memprediksi kapan operasi harus mulai dilakukan, yang menjadi fokus terbesar sampai sekarang adalah kanker.

            Bedasarkan cancer gov, kanker adalah sebutan untuk keabnormalan sel sel yang membelah diri tak terkontrol dan menyerang jaringan jaringan tisu terdekatnya. Sel kanker juga bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui aliran darah. Terdapat beberapa jenis kanker yang paling umum yaitu Carcinoma, Sarcoma, Lymphoma, Leukemia, dan Malignancy.

            Obat untuk kanker telah diteliti selama bertahun-tahun. Mulai dari penggunaan ramuan herbal, sampai Chemoteraphy, tetapi metode-metode tersebut masih dianggap kurang efektif dan memiliki dampak negatif terhadap kesehatan pasien itu sendiri. Sebagi solusi alternatif dari metode tersebut, ilmuan komputer mulai meneliti tentang implementasi AI untuk memecahkan masalah kanker.

            Namun, kurangnya pengetahuan tentang kanker membuat tingkat kesulitan dalam penelitian menggunakan AI terhambat. Untungnya beberapa penelitian telah mengemukakan bahwa AI dianggap bisa untuk mendeteksi kanker dan penyakit lainnya dengan lebih awal daripada metode diagnosa biasa, sehingga penggunaan AI dalam hal tersebut dapat mencegah terjadinya penyebaran penyakit yang lebih lanjut. Penelitian ini diperkuat oleh studi yang menggunakan AI sebagai pendeteksi kanker mendapatkan nilai akurasi sebesar 95%.

            Salau satu teknologi dalam penggunaan AI yaitu dengan mengimplementasikannya ke dalam alat yang disebut Nanobots. Nanobots merupakan sebuah lembaran DNA yang dilipat sedemikian rupa untuk menjalani fungsi-fungsi tertentu. Penggunaan Nanobots dalam pemusnahan sel kanker dapat dilakukan dengan cara menghentikan pendistribusian darah ke sel kanker sehingga membuat sel kanker tersebut mati dan berhenti berkembang.

            Penggunaan Nanobots ini disambut positif oleh para ilmuan sebagai alternatif pengganti Chemoteraphy yang memiliki begitu banyak efek samping dan bisa menyebabkan timbulnya kelainan baru pada pasien. Namun pada realisasinya penggunaan Nanobots masih belum ditemukan efek sampingnya. Belum lagi ukuran Nanobots yang sangat kecil di dalam tubuh tidak dapat diamati dengan menggunakan teknologi X-Ray maupun Ultrasonografi.

 

 

Sumber:

Alex Matthews-King Health Correspondent. (2018, February 12). Cancer-hunting ‘nanorobots’ able to shrink tumours by cutting off blood supply. Retrieved December 13, 2018, from https://www.independent.co.uk/news/health/cancer-hunt-nanorobots-tumours-shrink-cut-off-blood-supply-robots-treatment-a8206801.html

Er, O., Tanrikulu, A. Ç, & Abakay, A. (2015). Use of Artificial Intelligence Techniques for Diagnosis of Malignant Pleural Mesothelioma [Abstract]. Dicle Medical Journal / Dicle Tip Dergisi, 42(1). doi:10.5798/diclemedj.0921.2015.01.0520

NCI Dictionary of Cancer Terms. (n.d.). Retrieved December 13, 2018, from https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-terms/def/cancer