Mengenal Tentang FOMO yang Merajalela di Kalangan Remaja Indonesia

Halo, teman-teman! Bagaimana kabar kalian hari ini? Aku harap baik-baik saja ya! Sebelum kita memulai topik yang akan dibahas, kita harus mengenal terlebih dahulu tentang fenomena yang terjadi di sekitar kita. Pernahkah kalian merasa tertinggal jika kalian tidak mengikuti informasi yang sedang marak akhir-akhir ini? Atau ketika kita sedang membuka media sosial, kalian melihat orang lain menunjukkan pencapaian mereka dan tiba-tiba kita merasa cemas, sehingga mulai berpikir, Wah, kenapa hanya aku yang belum tau ya?” “Aduh, kayaknya aku ketinggalan jaman banget deh!” “Duh, mengapa ya aku seperti tertinggal dibelakang mereka?Perasaan dan pikiran tersebut tentunya sangat mengganggu untuk diri kita. Sehingga, kita harus terus mengikuti hal atau informasi yang ada disekitar kita, agar kita tidak merasa tertinggal. Pastinya, fenomena ini tampak familiar, fenomena tersebut dapat kita katakan sebagai FOMO. 

FOMO (Fear of Missing Out) adalah ketika seseorang mengalami rasa takut jika tertinggal informasi yang sedang terjadi terutama yang berkaitan dengan apa orang atau kelompok lain sedang lakukan (Marlina, 2017).  Menurut Dewi et al. (2021). bagi seseorang yang mengalami FOMO biasanya ditandai dengan perasaan khawatir atau cemas jika tidak bisa mengikuti atau mengetahui aktivitas orang lain atau orang yang diikuti. FOMO biasanya tidak terlepas dari media sosial dikarenakan pada zaman sekarang, kita dapat dengan mudah mendapatkan segala informasi yang berada di media sosial dan seperti yang kita ketahui bahwa rata-rata pengguna media sosial adalah remaja. Hal ini didukung berdasarkan riset dari APJII (2022) yang menemukan bahwa terdapat 905 responden dari kelompok usia 13-18 tahun dan terdapat 1.124 responden dari pelajar mahasiswa.  

Berdasarkan pengertian mengenai FOMO dan remaja adalah rata-rata yang menggunakan media sosial seperti yang telah disinggung pada paragraf sebelumnya, FOMO biasanya mereka sering membuka media sosial dengan tujuan untuk mengurangi rasa khawatir atau cemas (Dewi et al., 2021). Saat kita mulai merasa cemas atau takut karena merasa tidak terlibat dan mengeimbangi mereka. Terkadang, kita mulai merasa bahwa hal tersebut sebagai sebuah keharusan untuk diikuti. Akibatnya, kita menjadi sering membuka sosial media atau mulai memaksa diri kita untuk melakukan hal yang serupa dengan mereka. 

Tentunya, FOMO dapat mengarah kepada perilaku yang problematik seperti rasa cemas, depresi, dan neurotik (Ocklenburg, 2021). Ada suatu kasus FOMO di Indonesia yang dikutip oleh Kompasiana, yaitu seorang remaja di Bekasi berusia 13 tahun dengan inisial FA tewas karena melakukan sebuah tantangan yang sedang tren di TikTok yang dikenal sebagai ‘Challenge malaikat maut.’ Tren tersebut dilakukan dengan cara melompat kedepan untuk menghadang truk yang melaju dengan kecepatan tinggi, dengan harapan supir truk dapat melakukan rem mendadak dan membelokkan truk. Kasus tersebut telah menggambarkan betapa negatifnya FOMO karena orang-orang harus menghadapi resiko yang buruk hanya untuk dianggap keren dan kekinian tanpa memikirkannya terlebih dahulu. 

Setelah dijelaskan tentang FOMO beserta kasusnya, mari kita lanjutkan dengan membahas tentang cara mengatasinya! Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh teman-teman, yaitu: 

  • Fokus dengan apa yang kamu miliki: Kamu bisa mulai mencoba menyadari kemampuan dan kapasitas yang kamu miliki. Apabila kamu bermain media sosial, kamu bisa gunakan fitur ‘hide’ untuk menyembunyikan akun-akun yang mungkin dapat memicu rasa cemas, sehingga kamu tidak merasa terganggu.
  • Journaling: Membuat journaling tentang pengalamanmu sekaligus menuangkan rasa syukur dapat membantu dalam mengalihkan fokus dari public approval dan validasi dari orang lain serta merasa puas dengan kondisimu saat ini.
  • Perbanyak koneksi: Memperbanyak relasi dengan orang-orang secara tatap muka dapat membangun interaksi yang positif dan kuat sehingga mempermudah diri kita untuk meminimalisir FOMO.

Referensi:

APJII. (2022). Profil Internet Indonesia 2022 [PowerPoint slides]. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia https://apjii.or.id/ 

Brush, K. (2019, July 8). FOMO (fear of missing out). WhatIs.Com. https://www.techtarget.com/whatis/definition/FOMO-fear-of-missing-out

Dewi, N. K., Hambali, I., & Wahyuni, F. (2021). Analisis intensitas penggunaan media sosial dan social environment terhadap perilaku fear of missing out (FoMO). Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 5(1), 11–20.

Marlina, R. D. (2017). HUBUNGAN ANTARA FEAR OFMISSING OUT (FoMO) DENGAN KECENDERUNGAN KECANDUAN INTERNET PADA EMERGING ADULTHOOD [Thesis, Universitas Mercu Buana Yogyakarta]. UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/id/eprint/129

Ocklenburg, S. (2021, June 13). FOMO and Social Media. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-asymmetric-brain/202106/fomo-and-social-media

Putra, A. P. (2022, June 13). FOMO (Fear of Missing Out) di Kalangan Remaja Halaman. KOMPASIANA. https://www.kompasiana.com/aryaduta/62a739b4fdcdb445407665f4/fomo-fear-of-missing-out-di-kalangan-remaja

Penulis: Natasha Shafa Nabila