Gak Bisa Tidur Belum Tentu Mengalami Insomnia

Gak Bisa Tidur Belum Tentu Mengalami Insomnia

            Halo teman-teman apa kabarnya? Semoga tetap dalam keadaan baik dan sehat ya! Ngomong-ngomong, gimana nih pola tidur kalian selama masa pandemi ini? Masih tetap teratur atau udah acak-acakan? Nah, bicara soal pola tidur, kali ini kita akan membahas salah satu sleep disorder yang pastinya sangat familiar untuk didengar oleh kalian nih, yaitu insomnia. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai hal seputar insomnia, yuk kita simak bareng-bareng.

            Teman-teman sering dengar atau pernah ga nih ngalamin kalau sekalinya ga bisa tidur, pasti mikir kalau kalian ini lagi insomnia karena ga bisa tidur pada saat itu? Nah, hal-hal seperti ini pasti sering banget terjadi pada kita maupun lingkungan di sekitar kita. Menariknya, kebanyakan orang sering berpikiran bahwa mereka insomnia ketika tidak dapat tidur, karena insomnia merupakan salah satu sleep disorder yang biasanya dapat didiagnosis sendiri (self-diagnosable) tanpa bantuan ahli. Self-diagnose seperti ini harus selalu kita hindarkan ya teman-teman, karena self-diagnose itu merupakan hal yang berbahaya. Dalam mendiagnosis sesuatu, tentunya kita butuh seseorang yang profesional dalam bidang tersebut untuk memvalidasi permasalahan yang terjadi.

            Sekarang balik lagi nih teman-teman, kita membahas soal insomnia. Kira-kira insomnia sendiri tuh apa sih? Nah, insomnia merupakan salah satu jenis gangguan tidur dimana seseorang yang mengalami insomnia merasa sulit untuk tidur, tetap tidur, atau keduanya. Salah satu jenis gangguan tidur ini sangat erat hubungannya dengan kecemasan sosial dan gejala depresi. Orang dengan insomnia sering merasa tidak segar saat bangun tidur, yang dapat mengarahkan pada kelelahan dan gejala lainnya. Insomnia itu sendiri dapat mengakibatkan kerusakan pada fungsi kognitif serta fisik, dan dikaitkan dengan berbagai gangguan fungsi pada kehidupan sehari-hari dalam aspek emosional, sosial, dan fisik. Selain itu, orang dengan insomnia mungkin juga mengalami kelemahan dalam hal coping, kesulitan memperhatikan dan berkonsentrasi terhadap sesuatu, masalah memori, bahkan merasa kesulitan dalam melakukan hal-hal rutin. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa insomnia memiliki dampak negatif yang signifikan pada pekerjaan, fisik, dan kinerja sosial seseorang serta dalam hal kualitas hidup secara keseluruhan nih teman-teman.

            Insomnia terbagi menjadi 2 tipe utama nih teman-teman, yaitu short-term insomnia dan chronic insomnia. Short-term insomnia atau yang dapat disebut sebagai acute insomnia adalah sebuah episode singkat dari kesulitan tidur. Nah, short-term insomnia ini biasanya terjadi akibat peristiwa kehidupan yang dapat membuat stres. Insomnia jenis ini berlangsung selama kurang dari tiga bulan, dan gejala yang muncul dapat menghilang seiring berjalannya waktu. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa short-term insomnia dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan menjadi chronic insomnia. Sementara, chronic insomnia terjadi jika seseorang mengalami kesulitan tidur atau tetap tidur setidaknya tiga malam per minggu selama tiga bulan atau lebih. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab dari terjadinya insomnia kronis ini, yaitu situasi stres, jadwal tidur yang tidak teratur, sleep hygiene yang buruk, mimpi buruk terus menerus, gangguan kesehatan mental, masalah fisik atau neurologis, obat-obatan, dan gangguan tidur lainnya.

Orang-orang dengan insomnia, biasanya mengalami satu dari beberapa gejala, seperti:

  • Kesulitan untuk tidur di malam hari
  • Bangun di malam hari
  • Bangun terlalu pagi
  • Tidak merasa cukup istirahat setelah tidur malam
  • Kelelahan atau kantuk di siang hari
  • Iritabilitas, depresi, atau kecemasan
  • Kesulitan dalam memperhatikan, fokus, dan mengingat
  • Meningkatnya kesalahan atau kecelakaan
  • Kekhawatiran terus menerus mengenai tidur

            Maka dari itu, jika teman-teman mempunyai gejala seperti di atas dalam jangka waktu yang panjang dan berturut-turut, ada baiknya teman-teman segera temui tenaga ahli untuk ditangani lebih lanjut ya. Namun, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menghindari insomnia nih teman-teman, yaitu dengan membentuk kebiasaan tidur yang baik:

  • Menjaga waktu tidur dan bangun agar tetap konsisten dari hari ke hari, termasuk pada hari libur
  • Tetap aktif dalam melakukan aktivitas teratur untuk membantu meningkatkan kualitas tidur di malam hari
  • Periksa obat-obatan yang sedang dikonsumsi, apakah obat-obatan tersebut dapat menyebabkan insomnia
  • Hindari atau batasi tidur siang
  • Hindari atau batasi konsumsi kafein dan alkohol, serta jangan menggunakan nikotin
  • Hindari makan dan minum besar sebelum tidur
  • Membuat kamar tidur senyaman mungkin

            Nah teman-teman, terdapat 2 cara yang biasanya digunakan oleh profesional nih untuk treatment pada seseorang dengan chronic insomnia. Cara pertama adalah dengan melakukan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yang dikhususkan untuk insomnia. CBT-i ini dilakukan oleh psikolog yang sudah mempunyai lisensi khusus CBT-i. Treatmentini berfokus untuk menunjukkan dengan tepat kecemasan yang sering dialami oleh orang dengan insomnia dan kemudian mengubah kecemasan tersebut dengan keyakinan dan sikap yang lebih sehat. Selanjutnya, treatment lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan obat-obatan untuk insomnia. Treatment menggunakan obat ini sering dijadikan sebagai pilihan terakhir setelah pengendalian stimulus, teknik relaksasi, dan metode CBT-i lainnya belum efektif untuk meningkatkan kualitas tidur orang dengan insomnia. Dalam penggunaan obat untuk insomnia, kita tidak boleh sembarang mengkonsumsi ya teman-teman, dan harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter agar tidak terjadi kesalahan penggunaan obat.

            Itu dia teman-teman pembahasan kita kali ini mengenai insomnia. Gimana nih teman-teman, udah mulai kebayang dan bisa membedakan belum antara orang yang ga bisa tidur biasa dengan orang-orang yang mengalami insomnia? Nah semoga pembahasan ini dapat berguna untuk teman-teman dan juga menambah informasi teman-teman mengenai insomnia ya!

 

Referensi:

Buckner, J. D., Bernert, R. A., Cromer, K. R., Joiner, T. E., & Schmidt, N. B. (2008). Social anxiety and insomnia: The mediating role of depressive symptoms. Depression and Anxiety, 25(2), 124-130. doi: 10.1002/da.20282

Drake, C. L., Roehrs, T., & Roth, T. (2003). Insomnia causes, consequences, and therapeutics: An overview. Depression and Anxiety, 18(4), 153-176. doi: 10.1002/da.10151

Fry, A. (2020, 18 September). Treatments for insomnia. Sleep Foundation. https://www.sleepfoundation.org/insomnia/treatment

Lamoreux, K. (2020, 27 Juli). Everything you need to know about insomnia. Healthline.https://www.healthline.com/health/insomnia

Mayo Clinic. (2016, 15 Oktober). Insomnia. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/insomnia/symptoms-causes/syc-20355167

Psychology Today. (n.d.). Insomnia. https://www.psychologytoday.com/intl/basics/insomnia

Roth, T. (2007). Insomnia: Definition, prevalence, etiology, and consequences. Journal of Clinical Sleep Medicine, 3(5), 7-10.

Suni, E. (2020, 21 Agustus). What are the different types of insomnia? Sleep Foundation. https://www.sleepfoundation.org/insomnia/types-of-insomnia

Penulis : Feidora

Feidora