HTTP vs HTTPS

Introduction
Internet sudah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, mulai dari belanja online, mengakses media sosial, bekerja jarak jauh, hingga melakukan transaksi perbankan. Setiap kali kita membuka sebuah website, ada protokol yang bekerja di balik layar untuk menghubungkan perangkat dengan server, yaitu HTTP dan HTTPS. Sekilas, keduanya tampak hanya berbeda satu huruf, tetapi perbedaan kecil itu memiliki dampak yang besar, terutama dalam hal keamanan, privasi, dan kepercayaan pengguna. Banyak orang mungkin tidak menyadari bahwa memilih website dengan atau tanpa “S” di akhir bisa menentukan seberapa aman data pribadi mereka ketika berselancar di internet. Untuk memahami lebih jelas, mari kita kenali lebih dulu apa itu HTTP dan HTTPS.
What is HTTP
Pernah perhatikan kalau kamu membuka sebuah website, di awal alamatnya selalu ada tulisan “http://” atau “https://”? Huruf-huruf itu bukan sekadar hiasan, melainkan bagian penting dari cara internet bekerja. HTTP adalah singkatan dari HyperText Transfer Protocol, yaitu protokol yang mengatur bagaimana data dikirim dan diterima antara browser seperti Chrome atau Firefox dengan server tempat website berada.
Bayangkan kamu sedang memesan makanan di restoran. Browser berperan sebagai pelayan yang menyampaikan pesananmu ke dapur, lalu membawa kembali makanan yang kamu pesan. HTTP berfungsi seperti aturan komunikasi antara pelayan dan dapur tersebut agar pesananmu bisa sampai dan dikembalikan dengan benar.
Dengan HTTP, kamu bisa membuka halaman web, membaca artikel, menonton video, atau berbelanja online dengan mudah. Namun, di balik kemudahannya, ada satu kelemahan besar. HTTP tidak mengenkripsi data yang dikirim, sehingga semua informasi yang kamu sampaikan, seperti username, password, atau nomor kartu kredit, dapat dilihat oleh pihak yang berhasil menyadap koneksi tersebut.
Karena itulah HTTP dianggap tidak aman untuk aktivitas yang melibatkan data sensitif. Kekurangan ini akhirnya melahirkan versi yang lebih aman, yaitu HTTPS, yang menambahkan lapisan perlindungan menggunakan enkripsi SSL/TLS agar data tidak bisa disadap atau dimodifikasi selama proses transmisi.
What is HTTPS
Kalau HTTP adalah protokol dasar untuk menghubungkan browser dan server, maka HTTPS bisa dibilang versi yang lebih aman dari HTTP. HTTPS merupakan singkatan dari HyperText Transfer Protocol Secure. Perbedaan utamanya terletak pada satu kata tambahan, yaitu “Secure”, yang berarti setiap data yang dikirim antara pengguna dan server akan dienkripsi agar tidak mudah disadap atau diubah oleh pihak ketiga.
HTTPS menggunakan teknologi enkripsi yang disebut SSL atau Secure Sockets Layer, yang kemudian dikembangkan menjadi TLS atau Transport Layer Security. Teknologi ini membuat semua data seperti password, informasi kartu kredit, atau detail login menjadi tidak bisa dibaca oleh siapapun selain penerima yang sah. Jadi, meskipun data tersebut berhasil dicegat, isinya akan tetap terlindungi karena sudah terenkripsi.
Selain menjaga keamanan data, HTTPS juga berfungsi untuk memastikan keaslian website. Saat sebuah situs menggunakan HTTPS, berarti situs tersebut memiliki sertifikat digital atau SSL certificate yang diverifikasi oleh lembaga terpercaya. Sertifikat ini membantu pengguna memastikan bahwa mereka benar-benar terhubung ke situs resmi, bukan situs palsu yang dibuat untuk menipu.
HTTPS juga memberikan rasa aman dan kepercayaan lebih kepada pengguna. Situs dengan HTTPS biasanya ditandai dengan ikon gembok di address bar browser. Google dan mesin pencari lainnya bahkan memberikan peringkat lebih tinggi pada situs yang menggunakan HTTPS karena dianggap lebih kredibel dan aman.
Dengan kata lain, HTTPS bukan hanya soal keamanan teknis, tetapi juga tentang membangun kepercayaan antara pengguna dan website. Inilah alasan mengapa hampir semua website modern sekarang sudah beralih ke HTTPS agar pengguna dapat berselancar dengan tenang dan data mereka tetap terlindungi.
Key Differences Between HTTP and HTTPS
Meskipun HTTP dan HTTPS sama-sama digunakan untuk menghubungkan pengguna dengan website, keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam hal keamanan, kecepatan, dan kepercayaan pengguna. HTTP adalah versi lama yang bekerja tanpa enkripsi, sedangkan HTTPS merupakan versi yang lebih baru dan aman karena sudah dilengkapi dengan teknologi SSL/TLS.
Perbedaan ini tidak hanya berpengaruh pada cara data dikirim dan diterima, tetapi juga pada bagaimana browser dan pengguna memandang keandalan suatu situs. Website yang menggunakan HTTPS biasanya dianggap lebih profesional dan terpercaya, sedangkan situs yang masih menggunakan HTTP sering kali ditandai sebagai “Not Secure”.
Untuk lebih jelasnya, berikut perbandingan antara HTTP dan HTTPS dalam beberapa aspek penting:
| Aspek | HTTP | HTTPS |
| Nama Penuh | HyperText Transfer Protocol | HyperText Transfer Protocol Secure |
| Port Default | Port 80 | Port 443 |
| Enkripsi / Keamanan | Tidak ada enkripsi, data dikirim dalam plain text | Menggunakan enkripsi SSL/TLS, data aman dari penyadapan |
| Keaslian / Verifikasi Situs | Tidak ada verifikasi; rentan situs palsu | Memakai sertifikat digital yang diverifikasi lembaga terpercaya |
| Indikator di Browser | Biasanya muncul tulisan “Not Secure” atau tanpa ikon gembok | Memunculkan ikon gembok, alamat diawali “https://” |
| Lapisan OSI / TCP/IP | Bekerja di lapisan aplikasi | Bekerja di lapisan transport (ditambah enkripsi) |
| Kecepatan / Overhead | Lebih cepat karena tidak ada overhead enkripsi | Sedikit lebih lambat karena proses handshake enkripsi, tapi perbedaan kini minimal |
| Integritas Data | Tidak ada proteksi terhadap perubahan data | Menjamin bahwa data tidak bisa diubah selama transmisi |
| Kegunaan Ideal | Untuk konten umum yang tidak sensitif | Untuk transaksi, login, komunikasi data sensitif |
| Penerapan Umum | Situs statis, blog sederhana | Situs e-commerce, perbankan, dashboard pengguna |
Dari tabel di atas, bisa dilihat bahwa HTTPS bukan hanya sekadar versi “ber-S” dari HTTP. Ia membawa peningkatan besar dalam hal keamanan, integritas data, dan kepercayaan pengguna. Dengan enkripsi SSL/TLS dan verifikasi sertifikat digital, HTTPS memastikan komunikasi antara pengguna dan server tetap rahasia dan tidak dapat dimanipulasi.
Karena itulah, di era digital saat ini, hampir semua website modern sudah beralih ke HTTPS untuk melindungi data penggunanya. Lalu, bagaimana sebenarnya HTTPS bisa memberikan perlindungan tambahan itu? Mari kita bahas lebih dalam di bagian berikutnya.
Why HTTPS is More Secure
Kalau HTTP diibaratkan jalan raya tanpa pagar pembatas, maka HTTPS adalah jalan yang sama tetapi sudah dilengkapi pagar, kamera pengawas, dan penjaga keamanan di setiap gerbangnya. HTTPS melindungi data yang kamu kirim dan terima menggunakan teknologi enkripsi bernama SSL (Secure Sockets Layer) atau versi modern nya, TLS (Transport Layer Security).
Enkripsi ini bekerja dengan cara mengacak data menjadi kode yang hanya bisa dibaca oleh pihak yang berhak, yaitu server tujuan. Jadi, meskipun ada pihak ketiga yang berhasil mencegat koneksi, mereka tidak akan bisa memahami isi datanya. Proses ini dikenal sebagai end-to-end encryption, yang memastikan informasi pribadi seperti password, nomor kartu kredit, atau data login tidak jatuh ke tangan yang salah.
Selain menjaga kerahasiaan, HTTPS juga menjamin integritas data. Artinya, data yang dikirim dari browser ke server (dan sebaliknya) tidak dapat diubah tanpa terdeteksi. Jika seseorang mencoba memodifikasi isi data di tengah perjalanan, sistem akan langsung memutus koneksi karena dianggap tidak aman.
Keunggulan lainnya adalah autentikasi. HTTPS menggunakan sertifikat digital yang dikeluarkan oleh lembaga terpercaya atau Certificate Authority (CA) untuk memastikan bahwa situs yang kamu kunjungi benar-benar asli. Ini membantu mencegah serangan seperti phishing atau man-in-the-middle attack, di mana penyerang berpura-pura menjadi situs resmi untuk mencuri data pengguna. Karena kombinasi dari enkripsi, integritas, dan autentikasi inilah HTTPS dianggap jauh lebih aman dibandingkan HTTP. Tidak heran jika browser modern kini secara otomatis memperingatkan pengguna saat mereka mencoba mengunjungi situs tanpa HTTPS.
Real-Life Case Examples
- Firesheep – Session Hijacking di WiFi Publik
Firesheep adalah ekstensi Firefox yang dirilis pada Oktober 2010 untuk mendemonstrasikan bagaimana sesi (session cookies) pengguna dapat “direbut” (hijack) bila situs masih menggunakan HTTP dan berada di jaringan WiFi publik. Ekstensi ini melakukan packet sniffer untuk membaca cookie yang dikirim tanpa enkripsi, lalu mengambil alih sesi pengguna dan masuk ke akun mereka. - Kebocoran Data British Airways (2018)
British Airways pada pertengahan 2018 mengalami pencurian data pelanggan, termasuk nama, alamat, dan detail pembayaran. Penyerang menginjeksi skrip jahat ke situs mereka untuk mencuri data pelanggan di halaman pembayaran. Meskipun serangan tidak semata-mata karena HTTP vs HTTPS, insiden ini menunjukkan bahwa keamanan situs (termasuk konfigurasi enkripsi dan proteksi data input) sangat krusial.
How to Check if a Website Uses HTTPS
Mengetahui apakah sebuah website sudah menggunakan HTTPS sebenarnya sangat mudah. Browser modern seperti Chrome, Edge, Firefox, maupun Safari sudah memberikan tanda-tanda visual yang bisa langsung kamu lihat di address bar. Coba perhatikan bagian kiri alamat situs. Kalau kamu melihat ikon gembok kecil sebelum URL, itu artinya koneksi website tersebut sudah menggunakan HTTPS dan data yang dikirimkan terenkripsi dengan aman. Sebaliknya, jika kamu melihat tulisan “Not Secure” atau tidak ada ikon gembok sama sekali, berarti situs itu masih memakai HTTP biasa, yang tidak memiliki perlindungan enkripsi.
Selain dari ikon gembok, kamu juga bisa mengeceknya lewat alamat situs itu sendiri. Situs yang aman selalu diawali dengan https://, sedangkan situs lama atau belum aman biasanya hanya menampilkan http://. Huruf “S” di akhir menunjukkan kata “Secure”, yang berarti koneksi kamu dengan situs tersebut dilindungi oleh SSL/TLS. Kalau ingin memastikan lebih jauh, kamu bisa klik ikon gembok tersebut. Browser akan menampilkan informasi sertifikat SSL, termasuk siapa penerbitnya, untuk siapa sertifikat itu dibuat, dan kapan masa berlakunya. Dari sana, kamu bisa tahu apakah situs itu benar-benar terverifikasi oleh lembaga terpercaya atau tidak.
Langkah sederhana ini penting dilakukan terutama saat kamu akan mengirim data pribadi atau melakukan transaksi online. Pastikan situsnya sudah menggunakan HTTPS agar informasi kamu tidak bocor di tengah jalan.
Why Do Some Websites Still Use HTTP?
Walaupun HTTPS kini sudah jadi standar keamanan di internet, masih banyak website yang bertahan menggunakan HTTP. Ada beberapa alasan kenapa hal ini masih terjadi:
- Website lama yang belum diperbarui
Banyak situs dibuat sebelum HTTPS populer. Pemiliknya mungkin belum sempat memperbarui sistem atau tidak punya sumber daya teknis untuk melakukan migrasi ke HTTPS. - Kurangnya pengetahuan teknis
Beberapa pengelola website tidak memahami pentingnya enkripsi dan sertifikat SSL. Akibatnya, mereka menganggap HTTP sudah cukup untuk kebutuhan dasar, padahal sebenarnya tidak. - Persepsi bahwa HTTPS hanya untuk situs besar
Masih banyak yang berpikir bahwa HTTPS hanya diperlukan untuk situs e-commerce, bank, atau layanan login. Padahal, semua situs sebaiknya menggunakan HTTPS karena setiap koneksi internet tetap berisiko disadap. - Kekhawatiran soal biaya
Dulu, sertifikat SSL memang berbayar dan cukup mahal. Sekarang sudah banyak penyedia sertifikat gratis seperti Let’s Encrypt, tapi tidak semua orang tahu hal ini. - Ketakutan terhadap proses migrasi
Beberapa pemilik situs khawatir perubahan ke HTTPS bisa mengganggu struktur website atau menurunkan peringkat SEO. Padahal, jika dilakukan dengan benar, efeknya justru positif bagi keamanan dan visibilitas situs. - Kurangnya kesadaran keamanan digital
Sebagian pemilik website merasa situs mereka tidak penting bagi hacker. Padahal, serangan siber bisa menimpa siapa saja, dan situs kecil justru sering dijadikan target karena keamanannya lemah.
Dengan kata lain, alasan-alasan ini lebih banyak berkaitan dengan kebiasaan lama dan kurangnya kesadaran, bukan karena HTTPS sulit digunakan. Sekarang, dengan kemudahan sertifikat gratis dan panduan migrasi yang banyak tersedia, hampir tidak ada alasan lagi untuk tetap memakai HTTP.
Conclusion
Perbedaan antara HTTP dan HTTPS bukan hanya soal satu huruf tambahan, tetapi soal keamanan dan kepercayaan pengguna. HTTP bekerja tanpa enkripsi sehingga data yang dikirim dapat disadap dan dimodifikasi oleh pihak ketiga, sementara HTTPS melindungi komunikasi dengan lapisan enkripsi SSL/TLS yang memastikan data tetap aman, autentik, dan tidak dapat diubah selama proses transmisi.
Dalam dunia digital yang semakin terhubung, keamanan data menjadi hal yang tidak bisa diabaikan. Penggunaan HTTPS kini bukan lagi sekadar opsi, melainkan kebutuhan penting bagi setiap website untuk melindungi penggunanya dari ancaman seperti pencurian data dan serangan siber. Dengan kemudahan sertifikat SSL yang tersedia gratis dan dukungan luas dari berbagai platform, sudah saatnya semua situs beralih ke HTTPS demi menciptakan internet yang lebih aman dan terpercaya.
Sources:
–https://aws.amazon.com/id/compare/the-difference-between-https-and-http/
–https://www.cloudflare.com/learning/ssl/why-is-http-not-secure/
–https://www.geeksforgeeks.org/computer-networks/difference-between-http-and-https/
–https://www.sectigo.com/resource-library/http-vs-https
–https://bse.telkomuniversity.ac.id/perbedaan-https-dengan-http-pengertian-dan-fungsi/
–https://www.infoq.com/news/2018/11/british-airways-data-breach/
–https://www.zscaler.com/blogs/security-research/detecting-firesheep