Permasalahan Pendidikan di Indonesia saat Pandemi Covid-19 dan Peran Pelajar dalam Mengatasinya

Sejak Oktober 2019, kota Wuhan dikejutkan dengan merebaknya Covid-19. Virus ini dalam waktu yang relatif singkat sudah menyebar ke seluruh dunia. Kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia muncul pada bulan Maret 2020. Walaupun sudah di era new normal, tetapi protokol Kesehatan tetap harus dilaksanakan secara ketat, masyarakat tetap harus membatasi kegiatan di luar rumah, memakai masker, jaga jarak, dan rajin mencuci tangan. Pandemi Covid-19 telah berdampak terhadap berbagai aspek yang diantaranya yaitu aspek pendidikan, ekonomi, sosial, politik, dll.

Di tengah pandemi yang terus melaju, pendidikan menjadi salah satu aspek yang terdampak secara masif. Pandemi Covid-19 telah berhasil mengubah sistem kegiatan belajar mengajar tatap muka menjadi jarak jauh atau daring. Akan tetapi, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diterapkan saat ini menjadi kesulitan tersendiri
bagi guru maupun siswa. Baik guru, siswa, maupun orang tua merasa gugup dan gagap melakukan model pembelajaran yang seperti ini. Hal inilah yang dinilai dapat menurunkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Situasi pendidikan di tengah pandemi ini menunjukkan bahwa masih kurangnya kesiapan dari institusi pendidikan terhadap perubahan yang tak terduga, ditambah lagi kurangya infrastruktur yang memadai serta sumber daya yang mumpuni untuk menghadapi masalah demikian. Perlu adanya sinergi dan kontribusi dari berbagai pihak untuk mengatasi masalah ini, semoga pendidikan Indonesia dapat lebih baik lagi di kemudian hari.

Berdasarkan Survei dari UNICEF pada awal Juni terhadap lebih dari 4000 responden di 34 provinsi, terdapat dua permasalahan utama dalam pelaksanaan PJJ yaitu 35% keterbatasan akses terhadap internet dan 38% keterbatasan kapabilitas tenaga pengajar. Sementara itu, masalah responden lain yaitu 7 % tidak punya gawai yang memadai, 3% kurangnya bimbingan orang tua, 4% tidak dapat mengakses aplikasi belajar online, dan 13% masalah-masalah lainnya.

Banyak wilayah di Indonesia yang memiliki sinyal internet yang tidak stabil, terutama di daerah pedesaan dan pegunungan. Tanpa koneksi yang stabil, pelajar akan kesulitan dalam mencerna materi secara lengkap dan proses pemahamannya pun akan terganggu. Dalam faktor ini juga terdapat ketimpangan antar kekuatan internet di pedesaan dan perkotaan. Hal ini berisiko meningkatkan pendidikan di Indonesia.

Selanjutnya, kurangnya bimbingan guru pada saat pelaksanaan PJJ. Banyak pelajar yang mengeluhkan bahwa tidak ada penjelasan dari guru mengenai materi yang diajarkan. Dalam hal ini, sebagian guru mungkin kurang melek terhadap teknologi ditambah lagi kurang nya arahan yang detail terhadap pelaksanaan PJJ
dari Kemendikbud.

Adanya pandemi Covid-19 ini juga membuat banyak pelajar mengalami gangguan psikologis. Psikiater Amerika Serikat Elizabeth Kubler-Ross menggambarkan kondisi ini sama seperti kondisi berduka. Menurutnya, ada lima
tahapan psikologisnya :

Tahap 1, penolakan terhadap situasi baru, yaitu dimana orang akan melibatkan penghindaran, kebingungan, goncangan, atau ketakutan. Kebanyakan pelajar akan merasa kaget saat adanya berita awal mengenai Covid-19 apalagi ditambah dengan adanya banyak berita hoaks mengerikan yang muncul di sosial media ataupun internet. Apalagi, hal ini merupakan hal yang tidak terduga oleh siapa pun sehingga akan lebih sulit bagi pelajar untuk mencerna mengenai situasi pandemi Covid-19 ini.

Tahap 2, dimana orang akan marah dengan apa yang terjadi. Tahap ini akan melibatkan perasaan frustrasi, iritasi, dan kecemasan. Kebanyakan pelajar pada awalnya setelah mencoba memproses situasi ini akan merasa tidak terima dengan peraturan bahwa mereka wajib melakukan segala aktivitas dan kegiatan belajar di rumah. Pada usianya yang masih muda,pelajar tentu sedang gemar-gemarnya menemukan jati diri dengan bermain dan berinteraksi di dunia luar rumah. Situasi yang mengharuskan mereka untuk dirumah akan membuat mereka tidak nyaman dan bisa menimbulkan pelajar menjadi mengeluh, tidak fokus, dan bermalas- malasan.

Tahap 3, tawar-menawar. Orang akan tawar-menawar atau berjuang untuk menemukan makna dari apa yang terjadi. Dalam tahap ini, terdapat keharusan membuat kesepakatan untuk menyelesaikan rasa penyesalan atau rasa bersalah.Setelah melewati beberapa waktu, kebanyakan pelajar akan berusaha untuk menerima kenyataan bahwa mereka harus dirumahkan dan membatasi diri dalam beraktivitas di luar rumah, mereka akan berusaha mencari makna positif dari situasi ini.Ini adalah tahap yang paling sulit.

Tahap 4, depresi. Tahap ini dapat menimbulkan perasaan kewalahan, tidak berdaya, atau terisolasi; Setelah melewati waktu yang lebih lama lagi, Kebanyakan pelajar saat ini sedang berada di tahap 4. Banyak dari mereka yang merasa susah untuk menerima kenyataan dan malah makin tertekan dengan keadaan Covid-19 ini,bahkan ada beberapa dari mereka ada yang melanggar aturan dengan pergi keluar rumah, meremehkan protokol kesehatan dan bahkan sudah tidak percayadengan adanya Covid-19. Ada juga beberapa dari mereka yang sudah berani keluarumah tetapi tetap menaati protokol yang ada.

Tahap 5, penerimaan. Seseorang akan mencapai perasaan tenang dan menerima keadaan. Selain itu, penerimaan terhadap keadaan juga membuat pikiran mulai bekerja dan mencari tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya untuk beradaptasi dengan keadaan. Tidak sedikit pelajar yang masih belum mencapai tahap ini dan
kondisi inilah yang harus diwaspadai.

Pada intinya, kurangnya interaksi dengan teman sebaya dan aktivitas di luar rumah dapat menyebabkan pelajar menjadi stress atau bahkan depresi. Stress dan depresi dapat menyebabkan pelajar tidak fokus dalam melakukan aktivitas sekolah, kegiatan belajar mengajar pun jadi hanya sekadar formalitas dan tidak efektif bagi
kebanyakan pelajar, mereka pun menjadi tidak stabil emosinya dan cenderung menjadi pemarah.

Tak hanya masalah yang berkaitan dengan teknis pelaksanaan dan psikologis, masalah ekonomi dari tiap keluarga juga perlu dipertimbangkan. Pandemi yang berdampak pada seluruh sektor memungkinan terjadinya penurunan pendapatan orang tua murid. Hal ini bisa memicu masalah ketika orang tua mengesampingkan pendidikan sang anak demi bisa hidup sehari-hari. Oleh karena itu, peningkatan angka putus sekolah juga perlu diwaspadai.

Dirjen Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam menyebut bahwa pandemi tidak boleh menghambat pembelajaran bagi siswa di Indonesia. Masalah-masalah pendidikan di era pandemi Covid-19 dapat setidaknya diminimalkan dengan melibatkan peran pelajar. Lantas, peran seperti apa yang hendaknya dapat dilakukan pelajar?

Pelajar yang memang memiliki akses PJJ yang memadai dapat mendaftarkan diri
sebagai relawan mengajar. Lowongan relawan ini telah banyak disediakan di berbagai platform khususnya di media sosial, saat ini banyak sekali organisasi non- profit yang dapat dijadikan sebagai sarana dalam mengatasi permasalahan bagi pelajar yang tidak mendapatkan akses pendidikan.Pelajar juga dapat mendonasikan buku-buku baik buku yang baru maupun buku bekas layak pakai, alat tulis, maupun barang lainnya serta bisa juga berupa uang tunai melalui platform yang juga banyak tersedia di media sosial, tentunya harus pandai dalam memilih tempat berdonasi, pastikan tempat tersebut terpercaya. Banyak sekali organisasi non profit juga yang akan mengurus uang donasi untuk melancarkan kegiatan PJJ di daerah-daerah yang sulit mendapatkan akses
pendidikan.

Selain itu, hal lain yang bisa dilakukan yaitu pelajar hendaknya melaksanakan kegiatan PJJ dengan baik dan benar serta saling mendukung sesama pelajar satu sama lain untuk tetap bertahan di situasi pandemi seperti ini, tebarkanlah hal-hal yang positif, bukan hal-hal yang dapat menjatuhkan satu sama lain. Hendaknya
pelajar juga mencari kegiatan positif seperti contohnya olahraga, memasak, bermain alat musik, melukis , dan masih banyak lagi aktivitas yang bisa dilakukan dirumah sera menjaga pola hidup yang sehat seperti tidak begadang, makan yang sehat dan teratur.Diharapkan pandemi Covid-19 ini dapat segera selesai agar semua
dapat kembali normal seperti biasanya.

Daftar Pustaka :

https://www.csis.or.id/download/279-post-2020-06-05-DMRU_079_ID_Santosa.pdf

https://indonesia.ureport.in/opinion/4283/

Dampak Pandemi Covid-19, Terjadi Penurunan Kualitas Pendidikan Indonesia

Tantangan Dunia Pendidikan di Masa Pandemi