How Twitter Algorithms Shape Public Opinion Based on Statistics

Setiap hari, media sosial khususnya Twitter memiliki pengaruh besar pada opini publik dan bagaimana orang memandang dan bereaksi terhadap situasi kunci. Banyak temuan dari penelitian saat ini menunjukkan bagaimana algoritme Twitter dapat secara diam-diam memengaruhi opini publik, mempromosikan perdebatan tentang temuan tertentu, dan mendukung sudut pandang tertentu. Konten dapat menjadi lebih terlihat daripada konten lain berkat algoritme ini, yang dapat sangat meningkatkan dampak viralnya. Akibatnya, opini yang disuarakan dengan cepat mendapatkan daya tarik dan menarik minat publik. 

Studi terbaru menunjukkan betapa mudah dan cepatnya opini populer di Twitter berkembang menjadi pandangan yang kuat. Mengenai produk seperti “iPhone 4” dan “iPad 2”, tren ini terbukti karena pendapat yang awalnya meragukan mungkin dengan cepat menjadi fokus utama. Ini menyiratkan bahwa konsep yang memiliki hubungan awal yang kuat, baik itu kelompok atau individu, lebih mungkin berdampak negatif pada opini publik. Kemungkinan besar juga mereka yang berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dengan orang lain akan mempengaruhi opini publik dan pembicaraan arah. 

Selain itu, data menunjukkan betapa gigihnya minoritas. Terlepas dari kekuatan dominan narasi, pengguna merasa lebih menantang untuk mengubah persepsi awal mereka karena masih dapat digunakan dalam berbagai cara. Sebagian besar individu di lingkungan digital kita yang rumit memiliki pandangan yang sama. Akibatnya, platform media sosial seperti Twitter menawarkan platform untuk pandangan keberagaman, terlepas dari kenyataan bahwa sudut pandang yang disajikan di sana terkadang sulit dibedakan. 

Pemeriksaan statistik perilaku pengguna memberikan ringkasan singkat tentang kekurangan Twitter, terlepas dari kenyataan bahwa algoritme internalnya yang memengaruhi interaksi pengguna, rekomendasi, dan visibilitas konten bersifat rahasia dan tidak transparan. Temuan berikut telah ditemukan oleh penelitian yang menggunakan teknik canggih seperti model ARIMA dan analisis deret waktu yang terganggu: pengguna yang sangat aktif memiliki pengaruh yang lebih tinggi pada kursus, dan opini awal skala kecil dapat secara signifikan mengubah opini publik dalam jangka panjang. Temuan analisis menunjukkan bagaimana algoritme memiliki kekuatan untuk mengubah persepsi konsumen dengan cepat. 

Kampanye politik, strategi pemasaran, dan pertemuan sosial semuanya bergantung pada pemahaman pola-pola ini. Jika kelompok-kelompok ini memahami bagaimana dukungan orang-orang berpengaruh dan koneksi mereka dapat meningkatkan pandangan saat ini, mereka akan lebih efektif dalam mempengaruhi atau mengubah ruang publik digital. Informasi ini juga dapat digunakan untuk menginformasikan taktik komunikasi yang lebih efektif dan responsif tentang perubahan opini publik. Dengan demikian, kesadaran akan pola merupakan elemen strategis yang krusial. 

Pada titik ini, praktik algoritmik harus transparan. Meningkatkan transparansi di platform media sosial dan memperkenalkan redaman algoritmik dapat meningkatkan wacana publik dan mengubahnya menjadi ruang yang aman, ramah, dan instruktif. Keterbukaan algoritme akan membantu pengguna lebih memahami bagaimana platform membentuk dan menafsirkan pandangan mereka. Dalam percakapan media sosial, orang mungkin mengekspresikan sudut pandang yang lebih jujur dan terbuka jika ada keterbukaan yang lebih besar. 

 

Refrence: 

Velicer, W. F., & Fava, J. L. (2003). Time series analysis. In J. Schinka & W. F. Velicer (Eds.), Research methods in psychology (pp. 581–606). New York, NY: John Wiley & Sons. 

How Twitter shapes public opinion. (2014, March 11). Retrieved March 25, 2025, from https://phys.org/news/2014-03-twitter-opinion.html 

Xiong, F., & Liu, Y. (2014). Opinion formation on social media: An empirical approach. Chaos, 24(1), 013130. https://doi.org/10.1063/1.4866011 

Muhammad Indra Ferdinand