Analisis Tingkat Pengangguran dan Jumlah Pekerja Generasi Z di Indonesia Berdasarkan Jurusan Menurut Data Statistik 

Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997-2012, kini menjadi sorotan utama dalam isu ketenagakerjaan Indonesia dengan tingkat pengangguran yang mencapai 9,37 persen atau sekitar 4,84 juta orang. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hampir 10 juta penduduk berusia 15-24 tahun atau biasa disebut generasi Z menganggur atau masuk kategori Not Employment, Education, or Training (NEET). Fenomena pengangguran di kalangan Gen Z menjadi perhatian karena meskipun generasi ini dikenal adaptif terhadap teknologi dan inovatif, data menunjukkan TPT mereka mencapai angka yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yang berada di 4,91 persen. Dari 44,47 juta penduduk berusia 15-24 tahun pada Agustus 2023, sekitar 22,5 persen atau 9,89 juta masuk dalam kategori NEET. Dominasi Generasi Z yang mencapai 74,93 juta jiwa atau 27,94 persen dari total populasi Indonesia membuat permasalahan pengangguran di kalangan mereka menjadi tantangan serius menuju bonus demografi Indonesia Emas 2045. 

Data statistik BPS 2024 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka berdasarkan jenjang pendidikan mengalami variasi yang signifikan. Lulusan SMK mendominasi angka pengangguran dengan tingkat 9,01 persen, diikuti oleh lulusan SMA sebesar 7,05 persen, dan lulusan D1/D2/D3 sebesar 4,83 persen. Tingkat pengangguran lulusan sarjana terapan (D4), S1, magister (S2), dan doktor (S3) mencapai 5,63 persen per Februari 2024, mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sebanyak 452.713 lulusan S1, S2, dan S3 berusia 15-24 tahun masuk dalam kategori NEET, sementara lulusan diploma berjumlah 108.464 orang. Data ini menunjukkan bahwa meskipun memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, lulusan perguruan tinggi masih menghadapi tantangan signifikan dalam mencari pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi mereka. 

Penelitian dari berbagai sumber menunjukkan bahwa beberapa jurusan tertentu memiliki tingkat pengangguran yang lebih tinggi dibandingkan jurusan lainnya. Berdasarkan data survei Hotcourse Indonesia periode 2014-2016, jurusan sejarah memiliki tingkat pengangguran mencapai 50,7 persen, disusul oleh jurusan broadcasting dengan 52,6 persen. Jurusan seni rupa dan desain juga menunjukkan tingkat pengangguran yang tinggi dengan 50,7 persen, sementara jurusan sastra asing, sosiologi, dan pariwisata mengalami kesulitan dalam penyerapan tenaga kerja. Di bidang media massa, sebanyak 6,3 persen lulusan perguruan tinggi jurusan Media Massa tidak memiliki pekerjaan karena perubahan signifikan dalam industri jurnalisme akibat meningkatnya penggunaan internet. Jurusan teknik dirgantara juga menghadapi tantangan dengan 7,8 persen lulusannya belum memiliki pekerjaan karena persyaratan khusus seperti izin keamanan dan terpusatnya industri pada sektor tertentu. 

Ketidakcocokan antara keahlian (skill) dan kebutuhan pasar kerja menjadi faktor utama tingginya angka pengangguran di kalangan Generasi Z menurut survei Kementerian Ketenagakerjaan. Penurunan lapangan pekerjaan di sektor formal menjadi tantangan serius, dimana selama periode 2009-2014 tercipta 15,6 juta lapangan kerja formal, menurun menjadi 8,5 juta pada 2014-2019, dan hanya 2 juta pada periode 2019-2024. Faktor lain yang menyebabkan tingginya angka pengangguran adalah turunnya lapangan pekerjaan di sektor formal dan tidak terjadi link and match antara pendidikan dan permintaan tenaga kerja. Sebagian besar penganggur Gen Z adalah laki-laki, dengan dominasi lulusan SMA/SMK yang mengalami kesenjangan keterampilan dibandingkan kebutuhan industri. Fenomena work-life balance dan budaya kerja baru juga mempengaruhi preferensi Generasi Z dalam memilih pekerjaan, dimana mereka cenderung lebih selektif dan mementingkan kesejahteraan holistik. 

Distribusi geografis menunjukkan bahwa jumlah NEET di perkotaan lebih tinggi yakni 5,23 juta orang dibandingkan di pedesaan sebanyak 4,65 juta orang. Berdasarkan jenis kelamin, pengangguran Generasi Z didominasi oleh perempuan sebanyak 5,72 juta orang dan laki-laki sebanyak 4,16 juta orang. Daerah urban seperti Jawa Barat dan DKI Jakarta memiliki tingkat pengangguran tertinggi, sedangkan provinsi seperti Papua Barat dan Gorontalo mencatat angka yang lebih rendah. Persebaran pengangguran Gen Z berdasarkan kelompok umur didominasi oleh rentang usia 20-24 tahun yang mencapai 2.497.979 orang (48,14 persen), diikuti usia 15-19 tahun sebanyak 1.431.960 orang (27,60 persen) dan usia 25-29 tahun sebanyak 1.258.842 orang (24,26 persen). Dari total pengangguran Generasi Z, 78,60 persen berstatus sedang aktif mencari pekerjaan, sementara 17,60 persen merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan. 

Tingginya angka pengangguran di kalangan Generasi Z memerlukan strategi komprehensif yang melibatkan berbagai stakeholder untuk mengatasi kesenjangan keterampilan dan menciptakan lapangan kerja yang berkualitas. Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang dilaksanakan oleh Kemendikbudristek diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran melalui program magang yang mempersiapkan mahasiswa siap kerja sebelum lulus. Pelatihan kerja berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan perkembangan pasar kerja yang prospektif perlu diprioritaskan, terutama untuk kalangan Generasi Z. Data menunjukkan perlunya kebijakan yang lebih efektif dalam memfasilitasi transisi Gen Z ke dunia kerja melalui pelatihan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri 4.0. Transformasi ekonomi digital dan kemajuan teknologi artificial intelligence memerlukan adaptasi kurikulum pendidikan yang lebih responsif terhadap perubahan pasar kerja masa depan, sehingga dapat mengurangi mismatch antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan industri. 

Source:  

Badan Pusat Statistik. (2024). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,91 persen dan rata-rata upah buruh sebesar 3,27 juta rupiah per bulan. Retrieved from https://www.bps.go.id/en/pressrelease/2024/11/05/2373/ 

CNN Indonesia. (2024, Mei 29). 9,89 Juta Gen Z di Indonesia Menganggur. Retrieved from https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20240529103105-532-1103213/989-juta-gen-z-di-indonesia-menganggur 

Kompas. (2024, Mei 24). Nyaris 10 Juta Gen Z Pengangguran, Ternyata Ini Akar Masalahnya. Retrieved from https://money.kompas.com/read/2024/05/24/193945726/nyaris-10-juta-gen-z-pengangguran-ternyata-ini-akar-masalahnya 

LPEM FEB UI. (2024, Oktober 1). Potret Gen Z yang Menganggur: Mengungkap Realita di Balik Angka. Labor Market Brief Edisi September 2024. Retrieved from https://lpem.org/potret-gen-z-yang-menganggur-mengungkap-realita-di-balik-angka-labor-market-brief-edisi-september-2024/ 

Tempo. (2024). 10 Jurusan Kuliah yang Paling Sulit Cari Kerja 2024, Banyak dari Soshum. Retrieved from https://www.tempo.co/politik/10-jurusan-kuliah-yang-paling-sulit-cari-kerja-2024-banyak-dari-soshum-25968 

 

Muhammad Indra Ferdinand