Lie with Statistics (How to Lie with Statistics by Darrell Huff)

Buku How to Lie with Statistics yang ditulis oleh Darrell Huff ini cukup membuat saya tertarik dan penasaran. Statistik yang digunakan hampir di seluruh bidang dapat digunakan untuk berbohong? Di mana letak kebohongannya? Buku ini membahas bagaimana angka dalam statistika bisa dimanipulasi dan tidak menginformasikan data secara utuh. Melalui buku ini, Darrell ingin membuat kita untuk melihat statistik dengan lebih cermat dari sudut pandang orang yang mempelajari statistik atau bahkan orang yang masih awam mengenai dunia statistik. Tujuannya supaya kita terhindar dari manipulasi data, informasi yang kurang tepat, kebohongan data, atau informasi yang kurang utuh. 

Benjamin Disraeli (1804–1881) mengatakan: “There are three kinds of lies: lies, damned lies, and statistics”. Sebagian pihak menggunakan statistik demi kepentingan pribadi atau kelompoknya. Angka-angka statistik dimanfaatkan demi sensasi. Statistik juga sering digunakan untuk membuat fakta terlihat berbeda dengan tujuan untuk mengelabui. Sering kali ketika kita melihat suatu berita maupun iklan, seperti 90% dokter gigi merekomendasikan pasta gigi merek tertentu, mungkin kita akan percaya. Dan itu sah-sah saja. Sering kali kita menemui statistik dan menerima angkanya sebagai suatu hal yang benar karena bersumber dari para ahli, tetapi kenyataannya statistik tidak pernah sesederhana itu. Oleh karena itu, statistik tidak pernah 100% akurat. 

Jadi, bagaimana caranya berbohong dengan statistik? Masih ingat pemilu yang terjadi pada tahun 2014? Berdasarkan hasil perhitungan quick count, sebanyak 4 dari 12 lembaga survei menyatakan bahwa pasangan Prabowo-Hatta unggul. Hasil lainnya menunjukkan Jokowi-Kalla yang menang. Selisih perbedaannya mencapai 1-5% dan KPU mengumumkan bahwa pasangan Jokowi-Kalla yang resmi terpilih pada saat itu. Mengapa hasil surveinya bisa berbeda? Ada hal yang harus dipahami terhadap pemilihan sampel dalam hasil survei. Sampel yang digunakan harus representatif agar setiap statistik mampu memberikan hasil yang akurat. Perlu ditekankan bahwa semua itu tergantung pada metode pengambilan sampel yang digunakan. Apakah sampel yang digunakan representatif atau tidak? Atau apakah sampel responden berada di lokasi mayoritas pendukung salah satu calon? Hasil statistik yang akurat memang butuh biaya, waktu, dan tenaga yang besar. 

Salah satu hal menarik yang dibahas dalam buku ini adalah kritis dalam melihat statistik. Darrell memberikan beberapa tip untuk melihat statistik dengan lebih kritis. Pertama, siapa yang memproduksi riset itu? Hal ini penting agar kita lihat, apakah lembaga yang mengeluarkan riset itu independen atau tidak? Kedua, bagaimana cara statistik ini dibuat? Apakah jumlah sampelnya cukup banyak? Apakah lokasi penyebaran kuesioner merupakan lokasi yang menguntungkan salah satu pihak? Semua pertanyaan ini bertujuan agar kita memahami statistik bukan hanya hasil akhirnya saja, tetapi kita juga harus melihat prosesnya. Ketiga, apakah subjek risetnya berubah? Ada contoh yang menarik terkait hal ini. “Populasi” dari salah satu wilayah yang luas di Tiongkok adalah 28 juta penduduk. Lima tahun kemudian, jumlahnya menjadi 105 juta penduduk. Mengapa dalam lima tahun jumlah penduduknya meningkat tajam? Ternyata ada perbedaan dari jenis sensus yang dilakukan. Sensus pertama bertujuan untuk pajak dan militer, yang kedua adalah untuk bantuan kelaparan. Tujuan riset yang berbeda bisa menghasilkan hasil statistik yang berbeda. 

Kita hidup pada era di mana penerapan statistik sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan, statistik juga selalu berada di sekitar kita dan memengaruhi persepsi dalam pengambilan keputusan. Jadi, kita perlu kritis melihat statistik agar mampu membuat pilihan yang lebih baik. Hal terpenting yang harus ditanamkan dan diingat adalah bahwa statistik tidak pernah berbohong, tetapi manusia lah yang bisa memutarbalikkan fakta tersebut. 

Referensi :

Si Kutu Buku. BONGKAR Kebohongan Statistik | How to Lie with Statistics. Retrieved from https://www.youtube.com/watch?v=Xvpn-9xDyjg

Linawati, M. (2014, July 13). Mengapa Hasil Quick Count Pilpres Berbeda?. Retrieved from https://www.liputan6.com/quickcount/read/2077018/mengapa-hasil-quick-count-pilpres-berbeda

Rakiman, H. (2016, August 23). Jangan Percaya Sepenuhnya Pada Data. Retrieved from https://www.kompasiana.com/mashar67/57bc41950ab0bd2b1a660352/jangan-percaya-sepenuhnya-pada-data

Permatasari, D. (2021, August 15). Sesat Pikir akibat Manipulasi Statistik. Retrieved from https://www.kompas.id/baca/buku/2021/08/15/sesat-pikir-akibat-manipulasi-statistik

Bella Nadya Aurelia