Melihat Penyebab Potensi Tenggelamnya Jakarta pada Tahun 2030

Jakarta merupakan tempat tinggal dari kurang lebih 10.56 juta orang. Sebagai pusat perekonomian Indonesia, Jakarta menyediakan berbagai lapangan pekerjaan dari berbagai bidang. Pembangunan nasional yang tidak merata juga mengakibatkan banyak orang berbondong-bondong bermigrasi ke Jakarta untuk mengadu nasib. Setiap tahunnya, ada ratusan ribu pendatang yang berharap mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Hal inilah akhirnya menyebabkan Jakarta menjadi kota terpadat di Indonesia. Namun, hal ini juga menimbulkan sejumlah permasalahan baru. Salah satunya adalah potensi tenggelamnya akibat penurunan muka tanah ibu kota kita tercinta ini.

Potensi tenggelamnya Jakarta ini berakar dari padatnya penduduk yang tinggal di sana. Semakin banyaknya pendatang dan semakin tingginya angka kelahiran menyebabkan meningkatnya eksploitasi air tanah berlebihan yang kemudian berdampak pada penurunan permukaan tanah. Dari sebuah hasil penelitian di tahun 2007 hingga 2011, tercatat daerah Pantai Mutiara mengalami penurunan hingga 40 cm. Di beberapa tempat lain, seperti Tanjung Priok dan daerah utara Jakarta lainnya tercatat penurunan tanah 1-15 cm per tahunnya. Penurunan tanah terbesar yang pernah tercatat adalah di kawasan Cengkareng dan Kalideres (Barat Laut Jakarta), dan kawasan Kemayoran-Sunter (Timur Laut Jakarta). 

Selain karena eksploitasi air tanah besar-besaran, penurunan tanah di Jakarta disebabkan oleh 2 hal lainnya, yaitu: Penurunan tanah secara alami (natural subsidence) dan beban bangunan (Settlement). Chaidir Anwar Makarim, guru besar geoteknik di Universitas Tarumanegara mengungkapkan bahwa faktor penyedotan air tanah, baik untuk keperluan konsumsi maupun pembangunan menjadi salah satu penyebab masalah penurunan tanah yang cukup mengkhawatirkan akhir-akhir ini. Namun sayangnya, hal ini tidak dapat kita hentikan karena merupakan proses alamiah.

Maka dari itu, pemerintah perlu membenahi permasalahan ini dengan melakukan pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia agar penduduk Jakarta tidak semakin membludak. Selain itu, pemerintah juga harus membatasi dan menyediakan alternatif pengganti air tanah baik untuk rumah tangga, maupun industri. Kemudian, menyusun strategi terpadu dalam pengelolaan air (hulu-hilir dan hilir-hilir), membangun sistem database dan monitoring yang memadai, serta mengintegrasikan aspek geoteknik dalam perencanaan dan desain bangunan dan infrastruktur.

 

Referensi:

https://www.sorgemagz.com/membaca-tanah-jakarta/

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210902195435-185-689062/dua-solusi-peneliti-untuk-cegah-jakarta-tenggelam-2050

Cyntia Angelica