Program Study Abroad Kembali Berjalan!

Seperti yang telah kita ketahui, selama kurang lebih 2 tahun ini dunia dilanda oleh pandemi COVID-19 yang berpengaruh kepada banyak bidang. Salah satunya adalah edukasi. The International Association of Universities (IAU) melaporkan bahwa karenakan kebijakan menutup pintu perbatasan di berbagai negara, 89% institusi terdampak kegiatan study abroad. Namun dari angka tersebut hanya 33% institusi yang membatalkan semua kegiatan study abroad-nya.

Grafik 1: Laporan Survei Global IAU mengenai dampak COVID-19 terhadap perguruan tinggi.

Di tengah kondisi dunia yang saat ini sedang berada dalam proses pemulihan dari COVID-19, ada banyak institusi yang kembali membuka kembali program study abroad. Tentunya dalam jumlah yang lebih sedikit dan persyaratannya kerap berganti sesuai dengan keadaan kasus COVID-19 di negara institusi tersebut. Namun apakah semuanya dapat kembali seperti semula?

Sebuah studi yang dilaksanakan di China dan Hong Kong mengenai program study abroad menunjukkan bahwa dari 2739 responden, 84% mengatakan bahwa mereka tidak memiliki ketertarikan untuk mengikuti program study abroad setelah pandemi. Hal ini dapat mempengaruhi sumber daya ekonomi perguruan tinggi. Dimana sebelum pandemi, program study abroad merupakan salah satu cara utama bagi banyak institusi mendapatkan uang lebih. Karena mahasiswa/i internasional biasanya membayar biaya yang lebih besar dibandingan dengan mahasiswa/i domestik. Sehingga ada beberapa pihak yang bersuara bahwa dengan membuka program study abroad, institusi malah mengeluarkan uang, bukan mendapatkan.

Mengingat bahwa selama pandemi kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara virtual, dengan lebih dari 60% perguruan tinggi di dunia mengalami peningkatan dalam penggunaan platform virtual, apakah kedepannya program study abroad akan dilaksanakan secara virtual? Jawabannya adalah tidak. Karena program study abroad tidak hanya tentang “belajar” di negara lain, namun juga tentang “hidup” di negara lain. Kelas online tidak akan bisa menggantikan tujuan “klasik” dari program study abroad, yaitu: hidup dan beradaptasi di lingkungan baru, mengenal budaya lain, dan menjadi lebih mandiri. Selain itu, mahasiswa/i yang ingin mengikuti study abroad biasanya telah menyiapkan dirinya semaksimal mungkin untuk diterima, namun jika kegiatan study abroad tersebut dilaksanakan secara online, ada kemungkinan bahwa mereka akan merasa tidak puas dengan hasil yang didapatkan.

Sumber:

https://www.right-to-education.org/es/node/1368

https://www.universityworldnews.com/post.php?story=20220107151037200

https://www.highereducationdigest.com/impact-of-covid-on-student-exchange-programmes/

Diva Nabila Henryka