Peran Artificial Intelligence dalam Bidang Kesehatan

Tidak bisa kita pungkiri, teknologi memegang peranan yang sangat besar dalam kelangsungan peradaban manusia zaman sekarang. Berawal dari revolusi industri di Inggris pada abad ke-19, teknologi telah mengubah bagaimana manusia melakukan pekerjaannya. Dari yang awalnya, semua pekerjaan murni dilakukan dengan tenaga dan memakan waktu yang lama, kini teknologi mengubah pekerjaan apapun menjadi lebih praktis dan efisien. Apapun dapat kita lakukan hanya dengan suara, sentuhan, atau gerakan. Salah satu inovasi jenius yang turun dari terciptanya teknologi adalah artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

Namun, tahukah Anda apa itu artificial intelligence atau AI? Haag dan Keen (dalam Amrizal dan Aini, 2013: 2) menjelaskan bahwa AI adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penangkapan, pemodelan, dan penyimpanan kecerdasan manusia dalam sebuah sistem teknologi informasi sehingga sistem tersebut dapat memfasilitasi proses pengambilan keputusan yang biasanya dilakukan oleh manusia. AI bukanlah suatu program, melainkan suatu bidang ilmu pengetahuan yang terdiri atas disiplin ilmu lainnya, yaitu machine learning, deep learning, neural network, cognitive computing, natural language processing, serta computer vision (CSU Global, 2021)

AI bekerja dengan mengumpulkan berbagai kumpulan data dengan cekatan melalui algoritma yang dijalankan secara berulang. AI nantinya akan menganalisa pola serta keunikan yang mungkin ada dalam kumpulan data tersebut. Setiap sistemnya memproses data, ia akan mengukur ketepatan hasil pekerjaannya agar mampu meningkatkan performanya seiring berjalannya waktu. Selain itu, kecerdasan buatan juga mampu untuk memproses jutaan data dalam sekejap mata sehingga dapat mempercepat pengambilan keputusan oleh manusia. 

Karena kemampuannya yang luar biasa itu, AI kerap diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan guna mempermudah pekerjaan manusia dan mengurangi waktu. Salah satu bidang yang telah dibantu dengan adanya AI adalah bidang kesehatan. Bahkan, menurut Gartner, 38% penyedia layanan kesehatan memanfaatkan teknologi AI sebagai penunjang diagnostik (Jovanovic, 2022). Menurut Bohr dan Memarzadeh (2020), penggunaan AI dalam bidang kesehatan di Amerika Serikat dapat memakan anggaran USD 150 miliar pada tahun 2026. Hal ini membuktikan betapa pentingnya peran AI dalam bidang kesehatan.

Dalam bidang kesehatan, seringkali para tenaga kesehatan dihadapi dengan tantangan untuk dapat menganalisis serta mengaplikasikan berbagai macam ilmu secara bersamaan. Hal ini diperlukan untuk dapat memecahkan masalah klinikal yang kompleks (Ramesh, Kambhampati, Monson, & Drew, 2004: 334). Dengan hadirnya AI di tengah-tengah bidang kesehatan, sistem pintarnya membantu nakes untuk membuat diagnosis serta memprediksi kemungkinan yang akan dihadapi. AI dalam pelayanan kesehatan didesain untuk membantu para nakes dalam pekerjaan yang mengharuskan mereka untuk memanipulasi data sekaligus menerapkan ilmu kesehatan. 

Selain itu, AI juga dapat meningkatkan performa bidang pelayanan kesehatan dengan mengutamakan pengobatan preventif dan memungkinkan ditemukannya substansi obat baru. Contoh lain dari peranan AI dalam bidang kesehatan adalah IBM Watson yang mampu menyarankan perawatan yang tepat bagi pasien kanker. Menurut Insider Intelligent (2022), para peneliti di University of North Carolina Lineberger Comprehensive Cancer Center menggunakan IBM Watson untuk mengidentifikasi perawatan bagi lebih dari 1,000 pasien kanker (Insider Intelligence, 2022). IBM Watson menggunakan big data analysis untuk menentukan pilihan perawatan bagi pasien kanker dengan abnormalitas genetik.

Contoh selanjutnya adalah Cloud Healthcare milik Google yang memungkinkan dokter untuk dapat memperdalam informasi tentang pasiennya. Hal ini tentu sangat memudahkan dokter untuk dapat menentukan perawatan yang terbaik bagi pasiennya. Google juga bekerja sama dengan University of California, Stanford University, dan University of Chicago untuk dapat menciptakan sistem kecerdasan buatan yang dapat memprediksi jumlah kunjungan rumah sakit (Insider Intelligence, 2022). Teknologi ini dapat mencegah kunjungan berulang atau remisi dan ditujukan untuk mempersingkat waktu penanganan pasien.

Namun, ternyata AI tidak hanya berguna dalam perawatan dan pengobatan pasien, lho! AI juga digunakan dalam administrasi rumah sakit. Menurut Insider Intelligence (2022), 30% anggaran untuk bidang kesehatan dialokasikan untuk tugas administrasi. Dengan adanya AI, tugas-tugas administrasi seperti otorisasi asuransi kesehatan, menindaklanjuti tagihan yang belum dibayar, mencatat riwayat pasien dapat dilakukan secara otomatis. Jadi, anggaran dapat dialokasikan ke divisi lainnya dan beban kerja para nakes akan berkurang.

Referensi:

https://www.istockphoto.com/id/foto/data-grafik-bisnis-kesehatan-dan-pertumbuhan-insurance-healthcare-dokter-menganalisis-gm1327568875-411889554

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44538/2/naskah%20kecerdasan%20buatan.pdf

https://csuglobal.edu/blog/how-does-artificial-intelligence-actually-work#:~:text=AI%20systems%20work%20by%20combining,performance%20and%20develops%20additional%20expertise.

https://dataprot.net/statistics/ai-statistics/

https://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/B9780128184387000022?token=5F26B9A04E089B6B5D512E1F87C309D029A411E2C61E31E4550D34AB5E971EA6BF9A6E32FAB1D7D4AA06F55A3D2D98BE&originRegion=eu-west-1&originCreation=20220516193615

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1964229/pdf/15333167.pdf

https://www.insiderintelligence.com/insights/artificial-intelligence-healthcare/

Cyntia Angelica