Workshop Pembinaan Kebugaran Jasmani Pada Perguruan Tinggi

Direktorat Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia bekerja sama dengan Badan Pembina Olahraga Mahasiswa (BAPOMI) Provinsi DKI Jakarta mengadakan workshop pada 4 Maret 2022. 

Kegiatan webinar yang digelar secara daring ini mengangkat tema kebugaran jasmani bagi perguruan tinggi. Tujuan dari kegiatan ini tentunya untuk meningkatkan pengetahuan akan pentingnya kebugaran jasmani pada mahasiswa.

Menurut Ketua BAPOMI DKI Jakarta, Dr. Abdul Syukur, S.Pd., M.Si., kebugaran jasmani  maknanya adalah kesanggupan kemampuan fisik tanpa melibatkan kelelahan yang berlebihan.

Beliau prihatin akan keadaan mahasiswa dan masyarakat yang melakukan kegiatan kebugaran jasmani dengan tidak terstruktur, dan bisa menyebabkan keadaan fisik yang semakin lemah.

“Kebugaran jasmani sangat penting untuk dijaga agar bisa melakukan aktivitas dan diperlukan latihan secara rutin, terukur dan terstruktur”, ujarnya.

Kasus Kebugaran Jasmani

Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia, drg. Kartini R. M.Kes. mengatakan kasus hipertensi, diabetes, dan obesitas sudah merambah di usia muda. Beliau menekankan bahwa kasus tersebut ada karena dipacu oleh perubahan pola hidup dan makan yang semakin tidak sehat.

Selain itu, beliau juga menyinggung suatu penelitian perguruan tinggi yang hasilnya sangat memprihatinkan.

“Lulusan perguruan tinggi ketika melamar pekerjaan, didapatkan hampir 100% lulus tes kemampuan, dan hampir 50% tidak lulus ujian kesehatan”, ujarnya.

Berdasarkan penelitian tersebut, beliau mengajak semua mahasiswa dan masyarakat untuk memulai hidup yang sehat.

“Beberapa universitas yang sudah memulai konsep mahasiswa yang sehat mempunyai kelulusan yang lebih cepat”, tambahnya.

Kemudian, Dr. Fida Dewi juga menambahkan penyakit menular dan tidak menular yang dimiliki oleh generasi penerus bangsa menjadi masalah utama negeri ini. 

“Penyakit tidak menular meningkat dari tahun 2013 ke 2018 dengan faktor terbesarnya disebabkan oleh kurangnya makan sayur dan buah”. Beliau juga mengatakan bahwa penyakit tidak menular ini tentunya akan sangat merugikan, mengingat kondisi komorbid pada pandemi COVID-19.

Membangun Budaya Aktivitas Fisik

Mahasiswa dan pelajar, memiliki sebutan dengan istilah “Gen Z”. Istilah ini bermakna bahwa para pelajar dari SD sampai mahasiswa di universitas merupakan generasi penerus bangsa. Dengan ini, generasi Z harus menjaga kebugaran jasmani agar bangsa kita bisa terus maju dengan rakyat yang sehat.

Seperti yang kita tahu, pola hidup mager atau malas gerak sudah menjadi ciri generasi muda. 

Dr. Johansyah Lubis M.Pd., selaku wakil ketua BAPOMI menyatakan bahwa aktivitas fisik sangat dibutuhkan sebagai upaya preventif terhadap risiko ketidakaktifan fisik (PI) khususnya pada usia dewasa muda. Oleh karena itu, beliau merekomendasikan usia dewasa muda untuk melakukan setidaknya 150-300 menit/minggu aerobik dengan intensitas sedang, dan setidaknya 75-150 menit/minggu aktivitas bersifat aerobik dengan intensitas tinggi.

Dalam lingkup perguruan tinggi, dr. Johansyah menggarisbawahi agar setiap perguruan tinggi memiliki indeks kesehatan jasmani dalam kelulusan mahasiswa. Tentunya, hal ini harus ditunjang dengan adanya mata kuliah kesehatan jasmani dalam universitas. Tambahnya, “Untuk menambah mata kuliah ini masih tidak bisa dilakukan karena faktor SKS mahasiswa yang akan bertambah”.

Beliau juga menambahkan upaya yang sangat mungkin untuk dilakukan adalah dengan sering mengadakan kegiatan seperti festival maupun kompetisi olahraga dan meningkatkan fasilitas dan sarana olahraga untuk mahasiswa.

Secara pribadi, saya sangat setuju dengan upaya kegiatan olahraga ini, karena selain mahasiswa bisa meningkatkan kesehatan fisiknya, hubungan solidaritas antar jurusan di universitas juga akan semakin erat.

Selanjutnya, dr. Elsye sebagai Spesialis Kesehatan Olahraga juga ikut mensosialisasikan kebugaran jasmani untuk para generasi Z.

“Prevalensi obesitas generasi Z bertambah 3 kali lipat dari generasi X”, ujarnya. Beliau mengaitkan tingkat obesitas yang besar ini disebabkan oleh turunnya tingkat aktivitas fisik yang dilakukan. 

Seperti yang dikatakan oleh Dr. Johansyah Lubis, generasi Z harus konsisten melakukan latihan fisik seperti aerobik, latihan beban dan latihan penguatan tulang.

Beliau juga memberikan solusi agar para generasi Z termotivasi untuk melakukan latihan fisik.

Upaya Peningkatan Kebugaran Jasmani

Sesi terakhir menyorot narasumber yang mensosialisasikan upaya pembinaan kebugaran jasmani untuk mahasiswa dan masyarakat. Bisa kita ketahui sebelumnya, bahwa pada era modern ini, semua aktivitas dalam meningkatkan produktivitas sudah bisa didapatkan dengan mudah melalui aplikasi, web dan sebagainya.

Pada sesi ini, narasumber memberikan solusi mudah untuk mengukur kebugaran jasmani kita. SIPGAR merupakan sebuah aplikasi dan website yang digunakan untuk pencatatan pemeriksaan kondisi fisik seseorang yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu. 

Aplikasi SIPGAR telah dikembangkan sejak tahun 2020 dengan metode Rockport. Aplikasi ini mencatat Indeks Massa Tubuh dan hasil pemeriksaan faktor risiko PTM. Penggunaan SIPGAR sudah sering digunakan oleh pemerintah dan calon jemaah haji. Tentunya, aplikasi ini bisa digunakan oleh semua kalangan dalam rentang usia 10-95 tahun.

Cara penggunaan aplikasi SIPGAR juga dibahas pada workshop ini. Seperti apa saja yang harus dimasukkan dalam aplikasi, tahap apa yang harus dilakukan dan hasil apa yang akan didapatkan pengguna.

Setelah sosialisasi berakhir, narasumber dari workshop ini mengajak peserta untuk berpartisipasi untuk mengunduh dan menggunakan aplikasi SIPGAR untuk memantau kesehatan dan kebugaran jasmani.

Webinar workshop ini diakhiri dengan sesi dokumentasi dan pengambilan foto bersama. Dengan berakhirnya webinar ini, diharapkan peserta webinar dan pembaca agar lebih termotivasi untuk melakukan aktivitas fisik dan memiliki pengetahuan mengenai kebugaran jasmani seperti yang telah disinggung diatas.

Sekar Azalea