Pentingnya Mengetahui Statistika yang Buruk

Menurut Wikipedia, statistika merupakan ilmu yang bersangkutan dengan data, mulai dari mengumpulkan, menganalisis, dan mempresentasikan data. Statistika memiliki berbagai macam kegunaan, contohnya merumuskan informasi dan membantu pengambilan keputusan dari data. Ilmu statistika ini sangatlah bermanfaat dalam kehidupan sehari – hari, terlebih lagi kita hidup di dunia informasi. Statistika menjadi sangat penting karena dengan statistika kita dapat menentukan berbagai informasi secara matematis. Akan tetapi, tahukah kalian bahwa statistika yang buruk dapat menimbulkan spekulasi yang menyesatkan?

Menurut Wikipedia, penyalahgunaan statistika terjadi ketika kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja terdapat pada salah satu dari tiga aspek penelitian, mulai dari mengumpulkan, menganalisis, dan mempresentasikan data. Kesalahan ini dapat berupa menggunakan sampel kecil untuk proyeksi jumlah besar yang memiliki sedikit signifikansi statistik, menghilangkan temuan yang bertentangan dengan poin pembuktian, dan memanipulasi visual data. Kesalahan – kesalahan seperti ini merupakan contoh dari statistika yang buruk.

Dalam TED Talks mengenai “How to spot bad statistics”, pembicara Mona Chalabi memberikan 3 pertanyaan yang dapat membantu kita menemukan statitika yang buruk.

  1. Dapatkah kita melihat ketidakpastian?
    Polling adalah salah satu contoh ketidakpastian yang dimaksud. Polling memiliki beberapa kekurangan, seperti banyak orang yang enggan menanggapi dan berbohong dalam survey, lalu makin beragam masyarakat, makin kurang tepat rincian yang didapat. Banyak dari lembaga survey menggunakan grafik, visualisasi data, untuk menutupi ketidakpastian data. Dengan menggunakan visualisasi data, ketidakpastian data akan terlihat seperti prediksi yang objektif.
  1. Dapatkah kita melihat diri kita sendiri dalam data?
    Banyak orang yang merasa bingung dengan statistika karena visualisasi datanya tidak berhubungan dengan pengalaman pribadi mereka. Statistika yang baik memiliki visualisasi data yang masuk akal bagi sebanyak mungkin orang. Lalu, skala sumbu grafik pada visualisasi data juga sangat penting. Kita bisa saja mendapatkan informasi yang berbeda dengan mengubah skalanya.
  1. Bagaimana data dikumpulkan?
    Pada tahun 2015, terdapat sebuah survey yang menyatakan 41% muslim di AS mendukung jihad. Akan tetapi, tidak disebutkan bagaimana mereka mendefinisikan jihad. Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata, kebanyakan dari para responden mendefinisikan jihad sebagai upaya untuk menjadi lebih religius dan hanya 16% yang mendefinisikannya sebagai perang suci terhadap non-muslim. Selain itu, survey dilakukan secara online sehingga siapa saja dapat mengisi survey bahkan yang non-muslim.

Kita tidak bisa menerima informasi dari statistika tanpa melihat latar belakang datanya. Pertayaan pertama dan kedua, yang diberikan Mona Chalabi, membantu kita mengetahui bagaimana sebuah data dikomunikasikan. Lalu, pertanyaan ketiga membantu kita mengetahui metode yang digunakan dalam pengumpulan data. Kita tidak boleh mempercayai sebuah data statistika sepenuhnya. Oleh karena itu, kita harus dapat mengetahui seperti apa statistika yang buruk.

Sumber:

Jasons Januard Bongtari