Deforestasi di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah hutan terbesar di dunia. Beberapa daerah dengan luas hutan terbesar di Indonesia adalah Papua, Kalimantan, dan Riau. Pada tahun 2019, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat luas lahan berhutan di Indonesia adalah 94,1 juta hektar, yaitu 50,1% dari luas daratan Indonesia. Angka ini merupakan penurunan dari angka tahun lalu. Pada tahun 2018, KLHK mencatat luas lahan berhutan di Indonesia adalah 125,9 juta hektar, yaitu 63,7% dari luas daratan Indonesia.

Luasnya jumlah hutan di Indonesia berarti kawasan hutan di berbagai daerah tidak terhindar dari deforestasi. Sigit Hardwinarto, Direktur Jenderal PTKL, berkata bahwa deforestasi neto pada tahun 2018-2019 adalah 462,4 ribu hektar. Angka ini merupakan hasil pengurangan dari angka deforestasi bruto, yaitu 465,5 ribu hektar, dan angka reboisasi, yaitu 3,1 ribu hektar.

Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan, deforestasi adalah perubahan secara permanen dari area berhutan menjadi tidak berhutan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia. Deforestasi dapat disebabkan oleh banyak hal, beberapa di antaranya adalah

  1. Industri Kelapa Sawit
    Pada tahun 2011-2016, peneliti mencatat industri kelapa sawit menyebabkan 23% dari kerusakan hutan nasional, yaitu seluas 2,08 juta hektar. Hal ini membuat industri kelapa sawit menjadi penyumbang deforestasi terbesar di Indonesia. Deforestasi ini paling sering ditemukan di Kalimantan, Sumatera, dan Papua.
  2. Padang Rumput
    Sebagian besar hutan yang menjadi padang rumput atau semak belukar disebabkan oleh kebakaran hutan. Pada tahun 2011-2016, hal ini menyebabkan 20% dari kerusakan hutan nasional, yaitu seluas 1,84 juta hektar. Deforestasi ini paling sering ditemukan di Sumatera.
  3. Pertanian Berskala Kecil
    Hal ini merupakan penyebab dari 15% kerusakan hutan nasional, yaitu seluas 1,36 juta hektar. Walaupun luas lahannya kecil, namun lahan pertaniannya banyak dan tersebar. Deforestasi ini paling sering ditemukan di Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
  4. Penebangan Kayu
    Peneliti mencatat penebangan kayu menyebabkan 14% dari kerusakan hutan nasional, yaitu seluas 1,26 juta hektar. Hal ini paling sering terjadi pada tahun 2010-2012.
  5. Pertambangan
    Terdapat banyak daerah dengan tanah berlubang di kawasan hutan yang disebabkan oleh pertambangan. Hal ini menyebabkan 2% dari kerusakan hutan nasional, yaitu seluas 219 ribu hektar.

Hal-hal tersebut merupakan beberapa penyebab utama dari tingginya angka deforestasi. Namun, pada tahun 2019-2020, Indonesia tercatat telah menurunkan angka deforestasi menjadi 115,46 ribu hektar, yaitu sebesar 75,03%. Upaya yang dilakukan KLHK terbukti menunjukkan hasil yang signifikan. Contoh dari upaya tersebut adalah penerapan

  1. Inpres penghentian pemberian izin baru dan penyempurnaan tata kelola hutan alam primer dan lahan gambut
  2. Pengendalian kebakaran hutan dan lahan
  3. Pengendalian kerusakan gambut
  4. Pengendalian perubahan iklim
  5. Pembatasan perubahan alokasi kawasan hutan untuk sektor non kehutanan
  6. Penyelesaian penguasaan tanah dalam kawasan hutan
  7. Pengelolaan hutan lestari
  8. Perhutanan sosial
  9. Rehabilitasi hutan dan lahan

Walaupun pandemi Covid-19 sangat membantu menuruni angka deforestasi, namun sesungguhnya usaha manusialah yang harus ditingkatkan. Dengan begitu, tentu upaya pemerintah tidak akan sia-sia. Jika perusahaan dan pabrik memenuhi aturan yang berlaku serta warga setempat berkomitmen untuk menjaga hutan di daerah mereka, tentu masyarakat dapat berperan penting dalam menekan angka deforestasi.

Sumber:

  • https://tropis.co/2020/04/23/hasil-pemantauan-di-tahun-2019-luas-hutan-indonesia-941-juta-hektare/
  • https://www.sebuahutas.com/2020/10/ini-5-daerah-penghasil-hutan-terbesar.html
  • https://foresteract.com/deforestasi/
  • https://kbr.id/nasional/02-2019/10_penyebab_deforestasi_di_indonesia__dari_sawit_hingga_lapangan_golf/98797.html
  • https://www.menlhk.go.id/site/single_post/3645/laju-deforestasi-indonesia-turun-75-03
Amanda Gouw, Rico Tokanto, dan Natanael Haposan Jeby