Vaksin Covid-19 di Indonesia

Vaksinasi atau vaksin adalah imunisasi aktif buatan, yaitu antigen yang diberikan untuk menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit. Vaksin pertama kali ditemukan pada tahun 1796 oleh Edward Jenner, seorang dokter dari Inggris. Ia menemukan bahwa orang yang telah terkena cacar sapi menjadi lebih kebal terhadap penyakit tersebut. Ia akhirnya melakukan eksperimen dengan menginfeksi seorang anak dengan virus cacar sapi. Enam minggu setelah itu, ia menginfeksi anak tersebut dengan variola dan anak itu terlindungi dari virus tersebut. Pada tahun 1885, vaksin rabies ditemukan oleh Louis Pasteur. Pada tahun 1930, vaksin lain seperti vaksin tetanus, vaksin kolera, dan vaksin tifus ditemukan. Sejak saat itulah berbagai jenis vaksin mulai diciptakan dan dikembangkan.

Di Indonesia, sejarah vaksin dapat dikatakan dimulai pada tahun 1974. Cakupan imunisasi di Indonesia pada saat itu baru mencapai 5% sehingga pada tahun 1977, pemerintah melaksanakan PPI (Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) untuk mencapai komitmen internasional, yaitu UCI (Universal Child Immunization). Setiap tahunnya, setidaknya ada 750 ribu anak yang terhindar dari kecacatan dan ada 3 juta anak yang terhindar dari kematian. Komitmen tersebut dapat dikatakan tercapai pada tahun 1990 ketika cakupan imunisasi mencapai 90%.

Sejak tahun 2020, berbagai perusahaan dan lembaga kesehatan di seluruh dunia berlomba-lomba untuk menghasilkan vaksin Covid-19. Dengan adanya pandemi yang tidak kunjung mereda, pemerintah terus menggencarkan program vaksinasi untuk rakyat Indonesia. Vaksin Covid-19 yang disuntikkan ke dalam tubuh akan memicu sistem imun tubuh untuk memproduksi antibodi yang dapat melawan virus Covid-19. Berikut adalah beberapa jenis vaksin Covid-19 yang telah mendapatkan EUA (Emergency Use Authorization atau Izin Penggunaan Darurat) dari BPOM (Badan Penanganan Obat dan Makanan).

  1. Sinovac
    CoronaVac, atau Sinovac, merupakan vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech, yaitu perusahaan Cina yang berpusat di Beijing. Vaksin ini mengandung SARS-CoV-2 yang sudah tidak aktif. Sinovac disuntikkan sebanyak 2x dengan jarak waktu 28 hari dan dapat diberikan kepada orang yang sudah berusia 12 tahun.
  2. AstraZeneca
    AstraZeneca merupakan vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca, yaitu perusahaan Inggris-Swedia yang berpusat di Inggris. Vaksin ini mengandung adenovirus dari simpanse yang telah disisipi gen protein spike SARS-CoV-2. AstraZeneca disuntikkan sebanyak 2x dengan jarak waktu 12 minggu dan disarankan oleh pemerintah Inggris untuk diberikan kepada orang yang sudah berusia 40 tahun.
  3. Sinopharm
    BBIBP-Corv, atau Sinopharm, merupakan vaksin yang dikembangkan oleh China National Pharmaceutical Group, yaitu perusahaan farmasi milik pemerintah Cina. Seperti Sinovac, Sinopharm mengandung SARS-CoV-2 yang sudah tidak aktif. Vaksin ini disuntikkan sebanyak 2x dengan jarak waktu 21 hingga 28 hari dan dapat diberikan kepada orang yang sudah berusia 18 tahun.
  4. Moderna
    Moderna merupakan vaksin yang dikembangkan oleh Moderna Incorporation, yaitu perusahaan Amerika yang berpusat di Massachusetts. Vaksin ini mengandung komponen materi genetik yang membuat sistem imun tubuh memproduksi protein spike. Moderna disuntikkan sebanyak 2x dengan jarak waktu 28 hari dan dapat diberikan kepada orang yang sudah berusia 18 tahun.
  5. Pfizer-BioNTech (Pfizer)
    BNT162b2, atau Pfizer, merupakan vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer (Amerika) dan BioNTech (Jerman). Seperti Moderna, Pfizer mengandung genetik virus yang akan merangsang pembentukan antibodi. Vaksin ini disuntikkan sebanyak 2x dengan jarak waktu 21 hari dan dapat diberikan kepada orang yang sudah berusia 12 tahun.
  6. Novavax
    NVX-CoV2373, atau Novavax, merupakan vaksin yang dikembangkan oleh Novavax Incorporation, yaitu perusahaan Amerika yang berpusat di Maryland. Vaksin ini mengandung protein yang dibuat untuk menyerupai protein pada virus Covid-19. Novavax disuntikkan sebanyak 2x dengan jarak waktu 28 hari dan dapat diberikan kepada orang yang sudah berusia 18 tahun.

Berikut adalah grafik efektivitas vaksin-vaksin tersebut.

Sumber:
– https://klinikvaksinasi.com/sejarah-vaksin/
– https://pakdosen.co.id/pengertian-vaksin/
– https://www.suara.com/health/2021/07/16/211403/

Amanda Gouw dan Rico Tokanto