Apa yang Terjadi Jika Biodiversitas Menurun?

Kita semua tentu tahu bahwa biodiversitas di dunia, terutama di Indonesia sangatlah banyak. Jika hanya menghitung biodiversitas di daratan, Indonesia berada di peringkat dua setelah Brazil. Namun, jika disatukan dengan biodiversitas lautan, maka Indonesia menjadi negara peringkat satu terkaya di dunia. Bayangkan saja, di Indonesia sudah ada puluhan ribu spesies, lalu bagaimana dengan biodiversitas yang ada di dunia? Pasti akan jauh lebih banyak biodiversitas dan beraneka ragam.  Sayangnya, Indonesia juga menjadi negara keenam dengan kepunahan bidoversitas alam terbanyak. Tidak hanya di Indonesia, di negara lain juga mengalami penurunan biodiversitas.

Biodiversitas dan keanekaragaman flora dan fauna sangat bermanfaat bagi manusia, terutama dalam pangan dan pertanian. Menurut PBB, keanekaragaman flora dan  fauna dalam pangan dan pertanian sangat diperlukan untuk ketahanan pangan dan pembangunan berkelanjutan. Dalam beberapa tahun terakhir keanekaragaman flora dan fauna pada tingkat genetik, spesies dan ekosistem semuanya telah menurun. Penurunan ini membuat produksi pangan menurun. Dengan demikian kemampuan sistem pangan dan pertanian mulai berkurang secara keseluruhan. Ditambah lagi dengan tekanan perubahan iklim yang menyebabkan penurunan biodiversitas dan keanekaragaman flora dan fauna. PBB menyebut ini sebagai konsekuensi dari perusakan dan degradasi habitat, eksploitasi berlebihan, polusi, dan perbuatan lainnya.

Sebuah laporan yang dikeluarkan dalam jurnal Biological Conservation memperingatkan lebih dari 40 persen spesies serangga dapat punah dalam beberapa dekade mendatang. Menurut para ilmuwan, hal itu merupakan sebuah peristiwa yang dapat memiliki efek bencana pada planet ini. Bahkan hewan yang lebih besar juga berisiko, PBB mencatat lebih dari 25 persen dari ternak lokal beresiko punah. Hanya 7 persen yang dianggap tidak berisiko apa pun, dengan masa depan bagi sebagian besar ternak lainnya tidak jelas.

Persentase keanekaragaman hayati yang dilindungi meningkat dari 33,1 persen pada tahun 2000 menjadi 46,1 persen pada tahun 2018 untuk daerah terestrial, dari 30,5 persen pada tahun 2000 menjadi 43,2 persen pada tahun 2018 untuk daerah air tawar, dan dari 32,9 persen pada tahun 2000 menjadi 44,7 persen pada tahun 2018 untuk daerah pegunungan.

Penurunan biodiversitas ini disebabkan oleh sejumlah tren global utama, termasuk perubahan iklim, pasar internasional, dan demografi. Laporan itu menjelaskan bahwa fenomena ini menimbulkan tantangan lain seperti perubahan penggunaan lahan, polusi, penggunaan berlebihan, penanaman berlebihan, dan proliferasi spesies invasive. Interaksi antara tren ini juga sering kali dapat memperburuk efeknya. Selain itu, PBB memperingatkan bahwa penilaian dan pemantauan status dan tren keanekaragaman flora dan fauna di tingkat nasional dan global tidak merata dan sering terbatas. Artinya masalahnya bisa lebih buruk daripada yang dipresdiksi saat ini. Laporan tersebut menyerukan penelitian lebih lanjut di bidang ini dan peningkatan kebijakan harus dibuat untuk bisa mendukung penggunaan berkelanjutan dan konservasi.

Melihat kondisi penurunan biodiversitas dan keanekaragaman flora dan fauna, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penurunan biodiversitas dan keanekaragaman flora dan fauna lebih lanjut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengedukasi masyarakat, khususnya mengenai hewan atau tumbuhan yang dilindungi dan hampir punah. Dengan mengedukasi langsung ke masyarakat, diharapkan pencegahan penurunan biodiversitas dan keanekaragaman flora dan fauna akan lebih cepat terealisasikan. Jika masyarakat secara umum telah mengetahui mana hewan yang dilindungi dan hampir punah, maka mereka pun diharapkan dapat terlibat dalam mencegah perburuan liar dan jual beli satwa ilegal. Tidak hanya mengedukasi masyarakat, kita juga harus berusaha untuk melakukan perkembangbiakan pada hewan dan tumbuhan dengan tidak melakukan perusakan lingkungan dan perburuan liar.

Para peneliti telah melakukan penelitian bagaimana caranya agar bisa mencegah dan melestarikan biodiversitas dan keanekaragaman flora dan fauna. Namun, terkadang para peneliti juga terkendala untuk melakukan penelitian dan pelestarian karena adanya aturan yang melarang satwa dilindungi untuk diteliti atau dikembangbiakan. Peraturan-peraturan semacam ini, harus diperbaharui karena penelitian tersebut sangat penting untuk menentukan tindakan selanjutnya dalam pencegahan penurunan biodiversitas dan keanekaragaman flora dan fauna.

 

Naafiansyah Nugraha Nasution

Sheila Gracia Angelina

Source :

  1. https://nationalgeographic.grid.id/amp/131833161/kepunahan-biodiversitas-tertinggi-indonesia-peringkat-ke-6
  2. https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/pbb-penurunan-keanekaragaman-hayati-ancam-pasokan-pangan-global-dhS
  3. https://sustainabledevelopment.un.org/sdg15
  4. traiding-sdm.com (gambar1)
  5. co.id (gambar2)