Kemiskinan Ekstrem

Meskipun populasi dunia yang hidup dalam kemiskinan ekstrem turun menjadi 10 persen di tahun 2015, dari 16 persen di tahun 2010, dan 36 persen di tahun 1990. Tetapi, tingkat kecepatan dari penurunan populasi dunia yang hidup dalam kemiskinan menurun dangan 8.6 persen di tahun 2018. Bahkan diprediksikan bahwa  6 persen poplasi dunia masih akan hidup dalam kemiskinan ekstrem di tahun 2030 dan mengakibatkan target untuk mengakhiri kemiskinan tidak tercapai. Jadi apa saja strategi yang dapat dilakukan untuk membantu memberantas poplasi kemiskinan ekstrem di dunia, sehingga target untuk memberantas kemiskinan ekstrem di populasi dunia pada tahun 2030 dapat tercapai.

Sebelum mencari solusi untuk memberantas kemiskinan ekstrem, kita harus tahu pengertian dari kemiskinan ekstrem itu sendiri  Kemiskinan dapat dilihat dari dua kategori, yaitu kemiskinan relatif dan kemiskinan ekstrem. Kemiskinan mengacu kepada kepemilikan materi yang berkaitan dengan ketidaklayakan keadaan hidup seseorang atau sekeluarga yang disebabkan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Yang membedakan kemiskinan relatif dengan kemiskinan ekstrem adalah, kemiskinan relatif merupakan kategori kemiskinan menurut perbandingan relatif tingkat kesejahteraan suatu wilayah yang seringkali disebabkan oleh kebijakan pembangunan yang belum merata sehingga menyebabkan ketidakseimbangan distribusi pendapatan. Jadi ukuran kemiskinan relatif bergantung pada distribusi pendapatan penduduk. Sedangkan kemiskinan ekstrem adalah suatu kondisi dimana adanya suatu kekurangan parah dari kebutuhan dasar manuia termasuk makanan, air minum yang aman, fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi.

Kemiskinan ekstrem  dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Macam – macam penyebab kemiskinan ekstrem yaitu :

  1. Tingkat pendidikan yang rendah, hal ini mengakibatkan seseorang kurang memiliki keterampilan, pengetahuan, dan wawasan yang memadai untuk berkarir dalam dunia industri.
  2. Terbatasnya lapangan pekerjaan, hal ini menyebabkan seseorang tidak mendapatkan penghasilan sehingga ia tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya
  3. Rasa malas untuk bekerja, hal ini sering kali mempengaruhi seseorang tidak ingin maju dan beranggapan bahwa kemiskinan merupakan hal yang tidak dapat diubah.
  4. Beban hidup keluarga. Semakin banyak tanggungan seseorang, semakin banyak pula kebutuhan pokok seseorang. Hal ini mengharuskan seseorang meningkatkan pendapatannya sesuai dengan jumlah tanggungannya.
  5. Keterbatasan sumber daya ( Alam maupun modal ). Ketika sumber daya alam tidak dapat lagi diolah karena bencana alam, hal tersebut meyebabkan semua potensi alam, infrastrktur, dan keadaan psikologis seseorang mengalami kerusakan. Hal tersebut menyebabkan kemiskinan. Selain itu, keterbatasan modal juga mengakibatkan seseorang mengalami keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang mengakibatkan tingkat pendidikan yang rendah.

Jadi beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menghentikan kemiskinan ekstrem adalah :

  • Mengikis nilai budaya negatif yang dapat menghambat proses penanggulangan kemiskinan seperti apatis, apolitis, fatalistik, ketidakberdayaan, dan sebagainya
  • Meningkatkan kemampuan dasar dan produktivitas untuk meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan kesehatan dan pendidikan, peningkatan keterampilan usaha, teknologi, perluasan jaringan kerja, serta informasi pasar.
  • Melakukan pemberdayaan kepada populasi miskin karena masyarakat miskin mampu membangun dirinya sendiri jika diberi kebebasan untuk mengatur dirinya.

Berdasarkan makalah yang berjudul Gasoline, Guns, and Giveaways yang diterbitkan oleh Center for Global Development, Andy Sumner dan Chris Hoy mengajukan pertanyaan yang relatif lugas. Kami menemukan pertanyaan yang menarik diantaranya adalah :

IBP: Adakah perbedaan antar negara di tingkat pendapatan yang berbeda? Apakah negara berpenghasilan menengah lebih mampu mengatasi kemiskinan ekstrim dibanding negara berpenghasilan rendah?

Chris Hoy: Tentu saja. Sebagian besar negara berpenghasilan menengah mampu memberantas kemiskinan ekstrim dengan cara distribusi ulang lebih besar melalui pajak baru atau mengalihkan pengeluaran publik. Kami menunjukkan bahwa hampir semua negara dengan pendapatan per kapita lebih dari USD$2.000 (pendapatan nasional bruto Metode Atlas) mampu mengakhiri kemiskinan ekstrim hanya dengan meningkatkan pajak “orang kaya”. Jika pengeluaran publik dialihkan dari subsidi bahan bakar fosil berbahaya menjadi pendanaan transfer tunai kepada rakyat miskin, cara ini dapat mengatasi kira-kia dua pertiga dari kemiskinan ekstrim, sebagian besar di negara berpenghasilan menengah. Selanjutnya, negara berpenghasilan menengah memiliki lingkup lebih luas untuk distribusi ulang untuk memberantas kemiskinan ekstrim (penghasilan maksimal $1,90 per hari) sekaligus kemiskinan di kalangan masyarakat berpenghasilan $2,50 per hari dan $5 per hari saja.

Umumnya, negara berpenghasilan rendah (NBR) tidak dapat mengandalkan distribusi ulang untuk mengakhiri kemiskinan ekstrim. Namun ada beberapa pengecualian. Di sejumlah NBR seperti Ethiopia, Mozambik, Tanzania, dan Uganda, mengalihkan subsidi bahan bakar fosil menjadi program transfer tunai akan mencakup sepertiga sampai setengah dari jumlah total kemiskinan ekstrim.

Gambar Diatas menunjukkan peringkat angka kemiskinan di negara ASEAN.

Berdasarkan pendapat dari kelompok kami, sebaiknya pemerintah Indonesia harus lebih memperhatikan masyarakat miskin yang ada di Indonesia, walaupun negara kita setiap tahunnya mengalami penurunan,pemerintah tetep hatrus menjaga itu jangan sampai kejadian pada tahun 1998 terulang lagi. Negara Indonesia kita yang tercinta ini haruslah Makmur. Kekayaan sumber daya alam di negara kita sangatlah melimpah jangan sampai negara lain mengambil hak itu dari kita.

Disusun oleh :

  1. Ricardo Ardhyatirta
  2. Patrice Agustin

Source:

https://media.neliti.com/

https://www.dictio.id/

https://sustainabledevelopment.un.org/

https://m.liputan6.com/

https://www.internationalbudget.org/2017/01/mengakhiri-kemiskinan-ekstrim-dengan-sumber-daya-domestik/