Populasi Pejuang Kecil Bersayap Rupawan Patut Diprihatinkan

Keanekaragaman serangga di Indonesia sangat tinggi dan berdasarkan laporan Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA), Indonesia merupakan rumah bagi 20% dari populasi serangga yang ada di dunia. Akan tetapi, Populasi serangga mengalami penurunan lebih cepat dibandingkan organisme lainnya. Menurut jurnal Biological Conservation 40% jenis serangga di dunia akan punah dalam satu abad atau 2,5% total massa turun setiap tahunnya.

Salah satu ordo yang mengalami degradasi adalah Leptidoptera yang mencakup kupu-kupu serta ngengat. Perbedaan signifikan antara kupu-kupu dan ngengat adalah cara mereka beristirahat dan warna. Kupu-kupu menegakkan sayap cerah sedangkan ngengat membentangkan sayap yang biasanya berwarna gelap. Sekitar 1900 spesies kupu‐kupu hidup di Indonesia atau 10% dari jumlah spesies kupu-kupu di dunia. Pulau Sumatera menurut (Whitten dkk., 1999) memiliki 1000 jenis Leptidotera. Jenis kupu-kupu bervariasi di Indonesia dan dua familinya yaitu Papilionidae dan Lycaenidae memiliki jumlah spesies tertinggi. Kupu-kupu dengan sayap yang besar bahkan dapat ditemukan di bagian timur Indonesia, diantaranya Goliath Birdwing (Ornithoptera goliatha) dan Queen Alexandra’s Birdwing (Ornithoptera alexandrae), yang memiliki rentangan sayap sekitar 20 cm.

Sebagai bioindikator lingkungan, tingkat kecerahan sayap kupu-kupu mengindikasikan kesehatan tempat tinggal mereka. Lingkungan yang bersih mengakibatkan warna sayap cerah. Begitu pula sebaliknya, tercemarnya suatu lingkungan mengakibatkan sayap kupu-kupu gelap karena menyesuaikan dengan kondisi sekitar. Kupu-kupu juga merupakan polinator atau agen penyerbukan yang membantu tumbuhan dalam siklus reproduksi. Selain itu, pejuang kecil ini menjadi inspirasi terutama dibidang tekstil dan penciptaan panel surya, dimana sisik sayap mereka dijadikan ide dalam rancangan struktur kaca panel tersebut.

Ancaman utama kupu-kupu adalah alih fungsi lahan karena bergantung pada pengelolaan wilayah. Keanekaragaman tinggi kupu-kupu lebih tinggi di daerah yang dilindungi dibandingkan daerah yang telah diambil alih. Aktivitas manusia yang meningkatkan produksi karbon monoksida ke atmosfer seperti pabrik, kendaraan, dan pembakaran energi fosil menyebabkan iklim tidak menentu. Perubahan iklim juga berdampak kepada hutan Indonesia karena peningkatan karbon monoksida mengakibatkan suhu bumi naik. Apabila dibandingkan dengan zaman sebelumnya, perubahan iklim pada saat ini sulit untuk diprediksi.

Faktor lain yang mempengaruhi populasi hewan bersayap rupawan ini adalah ketersediaan pakan dan luas kawasan hutan. Penyebab penurunan populasi disebabkan oleh pembakaran dan penebangan hutan yang merupakan tempat bagi vegetasi penting serta tumbuhan inang untuk keberlangsungan hidup. Berdasarkan penelitian Rahayu & Basukriadi (2012) yang diadakan di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi, habitat hutan karet mempunyai tingkat spesies kupu-kupu yang tinggi dibandingkan tiga tipe habitat lainnya yaitu taman, pinggir kolam, dan hutan campuran. Hal ini dikarenakan berlimpahnya sumber pakan serta vegetasi yang menutupi lantai hutan.

Beragam upaya perlu dilaksanakan untuk mencegah penurunan populasi kupu-kupu seperti menggunakan energi terbarukan, meminimalisir pemakaian insektisida, dan memperluas ruang lingkup hijau contohnya daerah dilindungi, taman, juga hutan kota. Tentunya penting bagi kita melindungi dan sadar akan kehidupan fauna dan flora, baik kupu-kupu maupun organisme lainnya, sebagai aksi yang dapat dilakukan untuk menjaga alam Indonesia.

Penulis:
Raihan Ariq Hermawan (2201836854)

Referensi
Sumber website:

Perhimpunan Etomologi Indonesia. 2018. Pei-Pusat. Wow, Dominasi Manusia Ternyata Masih Kalah oleh 4 Kelompok Mahluk Ini!. https://pei-pusat.org/berita/105/wow-dominasi-manusia-ternyata-masih-kalah-oleh-4-kelompok-mahluk-ini.html, diakses Rabu 18 September 2019 pukul 20.00 WIB.

Setiawan Hayyan. 2014. Ilmuhutan. Keanekaragaman Hewan Berdasarkan Jenisnya di Indonesia. https://ilmuhutan.com/keanekaragaman-hewan-berdasarkan-jenisnya-di-indonesia/, diakses Rabu 18 September 2019 pukul 20.00 WIB.

Yasmini Desi. 2019. Mediaindonesia. Satu Abad Lagi Serangga Punah. https://mediaindonesia.com/read/detail/218749-satu-abad-lagi-serangga-punah, diakses Rabu 18 September 2019 pukul 20.00 WIB.

Republika. 2007. Lipi. Populasi Jenis Kupu-kupu Menurun. http://lipi.go.id/berita/populasi-jenis-kupu-kupu-menurun/813, diakses Rabu 18 September 2019 pukul 20.00 WIB.

Main Douglas. 2019. Nationalgeographic. Why insect populations are plummeting—and why it matters. https://www.nationalgeographic.com/animals/2019/02/why-insect-populations-are-plummeting-and-why-it-matters/, diakses Kamis 19 September 2019 pukul 21.30 WIB.

Budi Arifina. 2016. Goodnewsfromindonesia. Kupu-kupu Terbesar di Dunia Ada di Indonesia. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2016/09/02/kupu-kupu-terbesar-di-dunia-ada-di-indonesia. Diakses Jumat 20 September 2019 pukul 22.00 WIB.

Sleman, Cabang. 2019. Hmisleman. Kupu-Kupu? Faktor berpengaruhi yang hilang. https://www.hmisleman.org/kupu-kupu-faktor-berpengaruhi-yang-hilang/, Diakses Sabtu 21 September 2019 pukul 07.00 WIB.

Diskusi Nusantara ke-80, Forci Development Fakultas Kehutanan IPB. 2016. forestry-information-center.ipb. PERAN DAN MANFAAT KUPU-KUPU. http://forestry-information-center.ipb.ac.id/berita2.html, Diakses Sabtu 21 September 2019 pukul 07.00 WIB.

Sumber jurnal:
Widhiono, Imam. 2015. Diversity of butterflies in four different forest types in Mount Slamet, Central Java, Indonesia. BIODIVERSITAS. 16(2): 196-204.
Link: http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D1602/D160215.pdf
Diakses  21 September 2019 pukul 07.00 WIB.

Basukriad, adi dan Rahayu, Sri Estalista. 2010. The Richness and Diversity of  Butterflies (Lepidoptera; Rhopalocera)  in the Urban Forest of Muhammad Sabki, Jambi Province, Indonesia. Kelimpahan dan Keanekaragaman : 41-48.
Link: https://online-journal.unja.ac.id/biospecies/article/view/645/573
Diakses Rabu 18 September 2019 pukul 20.00 WIB