Mundurnya Pejabat PBB Pasca Tuduhan Terhadap Israel
Pada tanggal 18 maret 2017, seorang pejabat PBB bernama Rima Khalaf memutuskan untuk mundur dari PBB setelah menulis laporan tentang Israel yang menurutnya adalah negara apartheid atau negara yang cenderung melakukan diskriminasi. Rima adalah seorang yang berkebangsaan Yordania, dan bertugas di PBB sejak 2010. Rima sendiri menjabat sebagai kepala badan yang mempromosikan pembangunan di negara-negara Arab, dan juga sekretaris eksekutif dalam Economic and Social Commission for Western Asia (ESCWA) (Gladstone and Sengupta, New York Times, 2017).
Rima Khalaf sendiri mengumumkan untuk mundur dari PBB saat dia sedang berbicara di ibu kota Lebanon, Beirut. Dia telah menyatakan untuk mundur dan mengirimkan surat pengunduran dirinya kepada sekretaris jenderal PBB yang baru, yaitu Antonio Guterres. Rima mengirimkan surat pengunduran dirinya dua hari setelah laporannya dipublikasikan dan sempat bersikukuh untuk tidak menarik laporan itu.
Laporan tersebut dipublikasikan pada tanggal 15 Maret 2017, oleh lembaga Economic and Social Commission for Western Asia (ESCWA), yang mana dalam pembuatan laporan ini dipimpin oleh Rima Khalaf sendiri (BBC News, 2017). Laporan ini menjadi sangat kontroversial karena dalam laporan tersebut terdapat tuduhan yang menyatakan bahwa Israel telah melakukan kejahatan apartheid, terutama kebijakan-kebijakannya terhadap negara Palestina, namun laporan tersebut telah dihapus dari website ESCWA sehari setelah publikasi. Laporan tersebut sebetulnya memiliki persamaan dengan pendapat dari mantan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry. Pada tahun 2014, John Kerry berpendapat bahwa Israel memiliki potensi untuk menjadi negara yang apartheid apabila solusi dua negara tidak segera dilaksanakan (BBC News, 2017).
Akan tetapi, laporan yang dikeluarkan oleh ESCWA tersebut mendapat berbagai kecaman dan ketidaksetujuan, terutama oleh Sekjen (Sekretaris Jenderal) PBB, Antonio Guterres. Guterres sendiri telah mengakui untuk menjaga jarak dengan laporan tersebut, karena menurutnya laporan tersebut adalah laporan yang berasal dari sudut pandang penulisnya dan tidak bersifat objektif (BBC News, 2017). Selain Guterres, Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, juga memberikan kesan yang negatif dan mengecam laporan tersebut. Danny mengatakan laporan tersebut adalah “Upaya untuk mengotori dan secara keliru menyebut satu-satunya praktik demokrasi yang sesungguhnya di Timur Tengah dengan membuat sebuah analogi palsu yang tercela dan merupakan kebohongan yang mencolok”. (BBC News, 2017)
Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Nikki R. Haley, juga berpendapat bahwa laporan tersebut bersifat anti-Israel. Haley berpendapat bahwa ketika seseorang melakukan dan memberitakan sebuah isu yang tidak relevan dengan mengatasnamakan PBB, sudah seharusnya orang tersebut untuk mengirim surat pengunduran diri (Gladstone and Sengupta, New York Times, 2017).
Menanggapi semua itu, Rima Khalaf bersikeras bahwa laporan tersebut bukan laporan yang palsu, karena menurutnya laporan tersebut dibuat berdasarkan penyelidikan ilmiah dan memiliki bukti-bukti yang berlimpah. Rima juga telah memperhitungkan segala konsekuensi yang akan dihadapinya ketika mengeluarkan laporan itu, dengan mengatakan “Kami tentunya memperkirakan bahwa Israel dan Sekutunya akan melakukan tekanan terhadap sekretaris jenderal PBB jadi dia akan menyangkal laporan itu, dan mereka akan meminta dia untuk menariknya” (BBC News, 2017)
Para pendukung dari laporan tersebut sebetulnya berharap bahwa laporan ini akan menjadi momentum bagi dunia internasional untuk melakukan boycott ataupun embargo terhadap Israel. Ini adalah sebuah peluang yang cukup besar, melihat kejadian seperti ini mengingatkan kepada kejadian sebelumnya yang terjadi di Afrika Selatan, dimana kampanye tertekannya ekonomi di Afrika Selatan membantu berakhirnya apartheid disana pada awal tahun 1990.
Dengan kejadian ini sebetulnya sangat jelas bahwa Israel dan sekutunya (AS) memiliki pengaruh yang cukup besar untuk menekan institusi internasional seperti PBB. Bahkan, seorang pejabat PBB sendiri telah menyadari bahwa tekanan dan pengaruh dari Israel dan sekutunya ini sangat besar dan bahkan bisa mengancam posisinya di PBB.
Referensi :
Gladstone, Rick, and Somini Sengupta, 2017. U.N. Diplomat Behind Report Accusing Israel of Apartheid Quits. New York Times, dalam
https://www.nytimes.com/2017/03/17/world/middleeast/un-rima-khalaf-quits-israel-apartheid.html?_r=0dalam
BBC. 2017. Pejabat PBB Rima Khalaf Mundur Karena Laporan yang Menuduh Israel Apartheid, dalam http://www.bbc.com/indonesia/dunia-39313579