Tindakan Agresif Trump dalam Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat
Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat jelas akan membawa rezim baru terhadap perekonomian negara tersebut terutama di sektor perdagangan domestik dan internasional. Hal ini terbukti dalam publikasi agenda perdagangan baru Amerika Serikat.
Pada 1 Maret 2017, Staf Pemerintah Trump mempublikasikan dokumen agenda yang mengumumkan bahwa akan adanya perubahan yang cukup signifikan dalam kebijakan perdagangan Amerika Serikat.
Dalam agendanya, Staf Pemerintah Trump berjanji akan mengambil prosedur agresif untuk menghapuskan ketidakadilan dalam sistem perdagangan dan meningkatkan persaingan sehat dalam perdagangan pasar dunia. Ketidakadilan yang dimaksud adalah keadilan yang dianggap Amerika Serikat telah dilakukan oleh China dalam sistem pasar dunia dengan menggandakan suku uang negara mereka.
Dalam agenda tersebut dinyatakan bahwa ini adalah waktu yang tepat bagi Amerika Serikat untuk menerapkan kebijakan perdagangan baru demi mempertahankan sekaligus meningkatkan kedaulatan Amerika Serikat dengan memberlakukan hukum perdagangan yang lebih ketat seperti menaikan dan membedakan pajak impor dan ekspor ke negara tertentu.
Usaha ini akan didukung dengan melakukan negosiasi perjanjian yang baru dengan lebih adil dan efektif baik bagi Amerika Serikat sendiri maupun untuk sistem perdagangan dunia dan juga dengan menggunakan pengaruh Amerika Serikat dalam pasar dunia untuk membuka pasar internasional yang lebih baik. Pengaruh Amerika Serikat dapat dipastikan dengan nilai suku bunga dolar yang tinggi dan digunakan sebagai alat jual beli di pasar dunia. Indikasi lainnya, Amerika Serikat adalah negara penghasil ekonomi terbesar di dunia dimana setiap gerakan yang diambil negara ini akan mempengaruhi sistem pasar dunia.
The report menyebutkan bahwa Staf Pemerintah Trump menyatakan untuk tidak mentolerir segala jenis sistem perdagangan yang dinilai tidak adil dan akan menerapkan tindakan yang agresif untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
Berikut beberapa jenis tindakan yang tidak akan di tolerir:
- Manipulasi Mata Uang
- Subsidi Pemerintah yang tidak adil
- Pencurian kekayaan intelektual
- Badan Usaha Milik Negara
Staf Pemerintahan Trump juga menyebutkan bahwa Amerika Serikat akan menerapkan tarif ekspor dan impor yang berbeda terhadap negara-negara yang dianggapnya menerapkan praktek perdangan yang tidak adil, seperti dengan mitra perdagangan terbesar Amerika Serikat yaitu, China dan Jerman.
Ini memperjelas bahwa dibawah Pemerintahan Trump, hukum perdagangan Amerikat Serikat akan diganti dengan hukum perdagangan yang baru. Sebagai akibatnya, hal ini juga akan melanggar salah satu peraturan inti yang telah dibuat oleh World Trade Organization (WTO) dengan negara anggota lainnya. Dimana salah satu peraturan inti tersebut menjelaskan bahwa tarif impor dan ekspor ke negara sesama anggota WTO tidak boleh di beda-bedakan, dengan kata lain tidak boleh ada diskriminasi diantara sesama anggotanya.
Staf Pemerintah Trump tidak segan-segan menyebutkan bahwa Cina yang mempunyai setengah defisit perdagangan Amerika Serikat telah melakukan kecurangan dalam praktek perdagangan dengan cara memanipulasi mata uang. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa fokus kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang baru adalah untuk menghapuskan segala jenis ketidakadilan dalam perdagangan dunia, tidak dapat diragukan lagi bahwa Amerika Serikat tidak akan takut untuk mengambil langkah Agresif terhadap Cina.
“Tidak seperti presiden sebelumnya, Trump memberi isyarat kesediaan untuk memberlakukan pembatasan impor — terutama untuk melawan negara seperti Cina – dimana peraturan perdagangan yang seharusnya diterapkan oleh China dan dibuat oleh WTO perlu dipertanyakan.” Kata Chad Bown, Rekan Senior dan Ahli Perdagangan di Institut Peterson untuk Ekonomi Internasional di Washington. Ia juga mengatakan bahwa penerapan yang dilakukan Amerika Serikat ini dapat dipastikan 100% akan memicu negara lainnya untuk menerapkan kebijakan perdagangan yang sama.
Kebijakan Perdagangan baru Trump ini masih akan terus berkembang terutama di dalam lingkup paska pemilu ini. Namun, kebijakan ini tidak menjadi kejutan bagi para ahli ekonomi dan kritikus seperti Peter K. Yu, Co-Director dari the Center for Law and Intellectual Property, Universitas A&M Texas. Sebaliknya, kebijakan baru ini disebut konsisten dan dapat ditelusuri kembali ke masa kampanye presiden tahun lalu.
Referensi:
AFP-JIJI. 2017. Top Trump Adviser Outlines Agressive Trade Policy, Sees Deficit a Threat to National Security. The Japan Times – Business / Economy, dalam http://www.japantimes.co.jp/news/2017/03/07/business/economy-business/top-trump-adviser-outlines-aggressive-trade-policy-sees-deficit-threat-national-security/#.WMBJHVfww0p
KYu, Peter. 2017. The Conversation – Business + Economy, dalam https://theconversation.com/trumps-trade-policy-is-more-predictable-and-less-isolationist-than-critics-think-72243
Lee, Don. 2017. Trump Trade Policy Report Suggests He Might Resist WTO System. Los Angeles Times, dalam http://www.latimes.com/business/la-fi-trump-trade-agenda-report-20170301-story.html
Paletta, Damian and Swanson Anna. 2017. Trump Suggests Ignoring World Trade Organization in Major Policy Shift. The Washington Post, dalam https://www.washingtonpost.com/news/wonk/wp/2017/03/01/trump-may-ignore-wto-in-major-shift-of-u-s-trade-policy/?utm_term=.77902420d5e
The Economist – Finance and Economics. 2017. The Trump Administration’s Trade Strategy is Dangerously Outdated, dalam http://www.economist.com/news/finance-and-economics/21717998-it-will-be-hard-deal-china-today-if-it-were-japan-1980s-trump