Krisis Danau Chad: Perebutan antara Niger, Nigeria, Chad, dan Cameroon

Sumber : ANTARANEWS, 2016

  Secara geografis, danau Chad diapit oleh 4 negara yaitu, Niger, Nigeria, Chad dan Cameroon. Keempat negara ini memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi, bahkan 2 diantaranya mencapai setengah dari total populasi. Menurut United Nation Development Programme, Nigeria memiliki 37%, Cameroon dengan 31,5%, Niger 55,1% dan Chad mencapai 56,2% tingkat kemiskinan (UNDP, 2008). Hal ini tentu sangat memprihatinkan.

  Lalu, apa yang menyebabkan tingkat kemiskinan ini tak kunjung menurun? Salah satu jawabannya adalah faktor ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya alam yang semakin langka. World Bank menyatakan bahwa volume danau Chad telah menurun dari 25000 km2 pada tahun 1960, sampai hanya 1350 km2 di tahun 2014 silam. Padahal 60% total warga dari keempat negara yang mengelilingi danau tersebut adalah petani dan nelayan (Boko, 2007). Di sisi pertama, petani membutuhkan air yang cukup untuk sistem irigasi yang baik. Sedangkan nelayan bergantung pada sumber daya alam seperti ikan yang terkandung untuk dijual dan menghidupi keluarga.

  Berdasarkan penjelasan di atas, tak mengherankan apabila tingkat penggangguran bertambah. Belum lagi eskalasi tensi dalam memerebutkan sumber daya alam yang ada di danau antara masyarakat 4 negara. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan sengketa ini keempat negara dapat menggunakan hukum  The 1992 Transboundary Watercourse Convention. Konvensi ini menyatakan bahwa danau seharusnya dipergunakan bersama secara adil, dan tidak dimanipulasi oleh satu pihak saja, apalagi ketika aksi tersebut memberikan dampak negatif.

   Sayangnya, konvensi ini bersifat tidak mengikat. Akibatnya implementasinya pun tidak bisa maksimal. Itulah alasan mengapa The Lake Chad Basin Comission (LCBC) didirikan. Komisi ini bertugas untuk menjadi penengah antar 4 negara. Apabila komisi ini gagal menemukan solusi, maka masalah ini baru bisa dibawa ke International Court of Justice.

  Namun sejauh ini, perkembangan sengketa air di danau Chad masih belum dapat menemukan titik temu. Bahkan pada tanggal 24 February 2017, Norway, Jerman, AS, dan Inggris berkumpul untuk menghadiri konferensi humanitarian. Pada pertemuan tersebut, keempat negara ini berkomitmen untuk memberikan bantuan secara politis dan finansial (Aljazeera, 2017).

Referensi :

Boko, M., et al. Intergovenmental Panel on Climate Change. Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, Cambridge: Cambridge University Press, 2007.

UNDP. (2008). 2008 Statistical Update. Diunduh dari: http://hdr.undp.org/en/countries/alphabetical2008/index.htm, diakses pada 5 July 2016

RH, Priyambodo. (2016). Danau Chad Krisis Paling Terabaikan Meski Berbahaya. Di akses dari: http://www.antaranews.com/berita/603273/danau-chad-krisis-paling-terabaikan-meski-berbahaya, diakses pada 8 Maret 2017

Assay Lovelianty Farmin