Dibalik Kunjungan Raja Salman ke Asia Pasifik
Ditengah keramaian akan kunjungan Raja Salman ke Indonesia, perlu diketahui bahwa selain untuk berinvestasi, kunjungan sang Raja menyiratkan kepentingan Arab Saudi di Asia. Selama 31 hari Raja Salman akan berkunjung ke negara-negara Asia Pasifik, diantaranya Malaysia, Indonesia, Brunei, Maladewa, Tiongkok, dan Jepang. Kunjungan Raja Salman bermaksud untuk melancarkan sebuah program reformasi ekonomi terbaru yaitu National Transformation Plan (NTP), yang merupakan elemen dari Vision 2030, dan telah dicanangkan oleh Deputi Putra Mahkota Mohammad bin Salman. Program tersebut bertujuan untuk mendiversivikasi ekonomi Arab Saudi sebanyak 85% yang bersumber dari minyak dan untuk memodernisasikan tatanan masyarakat Arab Saudi.
Program tersebut diluncurkan sebagai respon Arab Saudi terhadap penurunan harga minyak dunia. Kerajaan Arab Saudi mengalami defisit sebanyak 98 milyar dollar AS di tahun 2015 dan sebanyak 297 milyar Riyal di tahun 2016 (Alkhalisi, 2017). Untuk menutupi defisit tersebut, Arab Saudi telah berhutang untuk pertama kalinya sejak 1990 sebanyak 10 milyar dollar AS kepada Bank U.S, Eropa, dan Jepang. Dari jumlah awal 6 milyar, kemudian menjadi 8 milyar dollar AS, dikarenakan permintaan yang tinggi. Arab Saudi merencanakan untuk mereduksi defisit tersebut di tahun ini. (Arnold & French, 2016).
IMF telah memprediksi akan adanya pelemahan pertumbuhan ekonomi Arab Saudi menjadi 0,4% tahun ini dikarenakan pemotongan harga minyak yang telah disetujui seluruh anggota OPEC. Pendapatan Arab Saudi selama ini bergantung pada penjualan minyak. Oleh karena itu dibutuhkan peningkatan di sektor lainnya untuk menutupi dampak dari penurunan harga minyak. Selain itu, aspek sosio-ekonomi masyarakat Arab Saudi turut merasakan dampak dari pemotongan harga minyak tersebut, dimana terjadi peningkatan pengangguran sebanyak 12% di tahun 2016 sebagai salah satu rencana diversifikasi ekonomi Arab Saudi. Selain itu untuk melancarkan program NTP akan dilakukan pemotongan subsidi, kenaikan pajak, dan penjualan atau privatisasi aset negara, termasuk perusahaan minyak raksasa Aramco.
Dengan situasi seperti ini, Arab Saudi pun mulai mengkiprahkan diri ke dalam investasi asing dan melihat ke Timur, terutama Tiongkok dan Jepang. Kedua negara tersebut telah memiliki hubungan yang baik dengan Kerajaan Arab Saudi dan keduanya juga merupakan importir minyak dunia terbesar dengan Tiongkok mendahului Amerika Serikat di tahun 2016. Dalam kunjungan Deputi Putra Mahkota Mohammad bin Salman sebelumnya, PM Abe Shinzo dan Presiden Xi Jinping telah mengutarakan dukungannya untuk mempromosikan investasi di Arab Saudi. Selain perihal ekonomi, terdapat pula suatu pengimbangan geopolitik antara Tiongkok dan Amerika Serikat oleh Arab Saudi dikarenakan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dibawah pemerintahan Donald Trump yang cenderung mengesampingkan Timur Tengah.
Kemudian, kunjungan Arab Saudi di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Maladewa pun memiliki kepentingan khusus, baik secara ekonomi maupun geopolitik. Perlu diingat bahwa keempat negara tersebut adalah negara dominasi Islam dan merupakan anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Kunjungan Raja Salman di Malaysia membuahkan kerja sama senilai 7 milyar dollar AS dimana Aramco akan berinvestasi ke perusahaan negara Malaysia yakni Petronas (Panda, 2017). Sedangkan di Indonesia, Arab Saudi menyuntikkan dana 6 milyar dollar AS yang setara dengan Rp. 80 triliun dalam bentuk joint venture antara Pertamina dan Aramco. Dan 1 milyar dollar AS atau Rp. 13 triliun dari Saudi Development Fund untuk pembangunan infrastruktur, air minum, dan perumahan. (Hidayat, 2017).
Selain untuk berinvestasi, Arab Saudi juga bermaksud untuk mengekspansi posisinya sebagai salah satu negara yang anti-terorisme di dunia Muslim. Pada tahun 2016, Deputi Putra Mahkota Mohammad bin Salman bertemu dengan menteri pertahanan Indonesia, Brunei, dan Malaysia untuk membahas inisiasi Islamic Military Alliance, yang merupakan aliansi untuk melawan terorisme oleh ISIL.
Kunjungan Raja Salman di Indonesia juga bertepatan dengan gencarnya demonstrasi Islam. Beberapa hari sebelum kedatangan Raja Salman pun terjadi pengeboman di Bandung yang diduga dilakukan oleh kelompok Islam radikal lokal, Jamaah Ansharut Daulah. Reputasi Indonesia sebagai negara toleran dan sekuler terancam. Dengan kunjungan Raja Salman, diharapkan akan membantu restorasi kemoderatan Islam di Indonesia, khususnya dengan didirikannya sekolah di Indonesia oleh Raja Salman.
Pengimbangan fokus antara ke barat dan ke timur merupakan hal yang dapat diduga dari Arab Saudi, terutama disaat pusat kekuatan dunia mulai berpindah dari barat ke timur. Kunjungan Arab Saudi di negara-negara kawasan Asia Pasifik memiliki kepentingan yang lebih dari sekedar ekonomi dan penyokong agenda domestik NTP Arab Saudi, tetapi juga untuk menguatkan posisi sebagai counterterror utama di negara-negara mayoritas Islam.
Referensi
Alkhalisi, Zahraa. 2017. CNN Money. http://money.cnn.com/2017/01/17/news/economy/imf-slashes-saudi-growth/
Black, Ian. 2016. Guardian. https://www.theguardian.com/world/2016/apr/25/saudi-arabia-approves-ambitious-plan-to-move-economy-beyond-oil
Hidayat, Rafki. 2017. BBC Indonesia. http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39130419
Panda, Ankit. 2017. Al Jazeera. http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2017/02/saudi-king-salman-seeks-asia-170228095334605.html