ASEAN dan Nasionalisme: Tantangan Integrasi?
Asia merupakan kawasan yang sangat dinamis. Cukup sulit untuk mendefinisikan dinamika kawasan ini, baik secara teori maupun praktis. Hal ini dikarenakan perkembangan antar negara-negara di kawasan Asia cukup tidak imbang, terutama dengan status “negara berkembang” yang mendominasi di kawasan ini.
Namun demikian, apabila kita kembali berbicara mengenai dinamika kawasan, terbentuknya ASEAN merupakan sebuah harapan baru, terutama bagi negara di Asia Tenggara, untuk dapat membuktikan eksistensinya dalam ranah politik internasional.
Hingga saat ini, munculnya ASEAN sebagai institusi regional, menghadirkan pula berbagai macam diskusi untuk membandingkan ASEAN dan Uni Eropa, yang mana Uni Eropa dianggap sebagai bentuk regionalisasi yang paling sukses saat ini, terlepas dari fenomena Brexit.
Dr. Alexander C. Chandra, Assosiate Fellow di The Habibie Center, dalam wawancara bersama tim IRB News, mengemukakan bahwa Uni Eropa merupakan sumber inspirasi, namun bukanlah model integrasi ASEAN. Terdapat hal-hal yang membedakan keduanya, seperti ditinjau dari segi historis.
Negara-negara ASEAN yang memiliki pengalaman dijajah, akan memiliki tingkat nasionalisme yang tinggi. Sulit bagi negara-negara tersebut untuk dapat sepenuhnya berintegrasi, meski pada lingkup regional yang dalam konteks ini memiliki posisi historis yang kurang lebih sama.
Dengan demikian, mengkonseptualisasi dinamika kawasan ini menjadi tantangan baru, terutama bagi para peneliti. Hal ini bukan hanya masalah Political Will, namun siapkah masyarakat ASEAN berintegrasi?