FPCI Chapter BINUS University Merayakan Suksesnya Acara Open Foreign Policy Discussion

Jakarta – Pada tanggal 13 September 2025 Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) Chapter BINUS University menggelar acara Open Foreign Policy Discussion, sebuah acara forum inovatif yang digelar untuk umum dan laksanakan via zoom. Dalam acara ini, FPCI Chapter BINUS University mengundang dua pembicara ternama. 

Acara ini adalah sebuah forum diskusi terbuka untuk umum. Acara ini diorganisir oleh FPCI Chapter Binus University. Acara ini mengangkat topik “ASEAN Between The Two Giants : US-China Rivalry in 2025 dan diisi oleh Dr. Sineenat Sermcheep dari Chulalongkorn University dan Ms. Dayu Nirma Amurwanti dari Binus University yang juga memegang posisi Senior Natural Resources Management Specialist di The World Bank. Acara ini dimoderasi oleh Fatimah Azzahra dari Foreign Policy Community Indonesia, dan diselenggarakan secara virtual menggunakan zoom. 

Sesi tanya jawab bersama Dr. Sineenat dan Ms. Dayu

Acara ini dimulai pada pukul 13:00 dan dimulai dengan sambutan dan perkenalan dari Bapak Rangga Ph.D. dan Ridho Afandi Sinulingga selaku President Director FPCI Chapter BINUS University. Setelah itu, kedua pembicara dan moderator diperkenalkan ke audiens Open Foreign Policy Discussion. Acara dilanjutkan dengan presentasi dari kedua pembicara yang dimulai oleh Dr. Sineenat, dimana beliau menjelaskan pengaruh, investasi, dan kerjasama yang dimiliki oleh Amerika dan China dalam ASEAN.

Ia juga menjelaskan cara negara-negara ASEAN menavigasi hubungan mereka dengan kedua negara adidaya ini dan juga perbedaan kondisi masing-masing negara ASEAN. Acara kemudian dilanjut dengan Ms. Dayu yang menjelaskan fungsi, sejarah, peran dan strategi ASEAN ke depannya menghadapi kompetisi antara Amerika dan China. Kedua presentasi menjunjung ide-ide yang sama yaitu diversifikasi pasar oleh ASEAN, keeratan hubungan ASEAN, dan juga kalau ASEAN tidak dapat memihak dalam persaingan ini.

Acara kemudian masuk ke segmen tanya jawab/diskusi dengan para peserta. Pertanyaan-pertanyaan tersebut bervariasi banyak, pertanyaan audiens dan jawaban narasumber adalah sebagai berikut:

Pertanyaan Jawaban
Bagaimana hubungan Amerika-China kedepannya? Kompetisi akan berlanjut bahkan jika Trump sudah tidak menjadi presiden, karena Amerika memang pesaing China secara strategis.
Bagaimana kalau ASEAN mendapat retaliasi/antagonisasi/tekanan dari salah satu negara adidaya? Kemungkinan besar tidak akan terjadi. Ini karena keduanya ingin mencari teman bukan lawan, dan mengerti kalau penggertakan yang berlebihan bisa merusak posisi mereka.
Bagaimana kalau ada konflik yang nyata (militer/kinetik) antara kedua pihak? ASEAN selalu menjunjung tinggi perdamaian dan stabilitas. Jikalau konflik bersenjata pecah antara Amerika dan China maka ASEAN kemungkinan besar akan mencoba menengahi dan mencari solusi damai.
Apa pendapat anda soal strategi Indonesia sekarang dalam menavigasi persaingan ini? Sesuai dengan kondisi karena administrasi sekarang tidak mengantagonisasi pihak manapun dan terus mendemonstrasikan kebersahabatan Indonesia dengan Amerika dan China.

Open Foreign Policy Discussion ini diharapkan menjadi sesi yang mendidik dan membangun untuk seluruh peserta baik dari mahasiswa secara umum maupun bagi anggota Foreign Policy Community Indonesia. Acara ini diperuntukkan mendidik para peserta dan panitia soal topik persaingan A.S-R.R.T yang sedang berlangsung dan juga memberi insight mengenai posisi ASEAN dalam persaingan ini karena relevansinya ke kehidupan kita semua baik secara akademik maupun dalam kehidupan sehari-hari. Ini dikarenakan persaingan ini memang berpusat di Indo-Pasifik dimana ASEAN, termasuk Indonesia menjadi pusat persaingan. 

Tim FPCI Chapter BINUS mempersiapkan, melaksanakan, dan memantau seluruh acara secara on-site

Diharapkan kedepannya, akan bisa lebih banyak acara yang membangun dan mendidik seperti ini agar jurusan Hubungan Internasional BINUS University bisa terus unggul dan memantapkan kemahiran kita. Kami berharap acara-acara kedepannya bisa sama kalau tidak lebih baik dampaknya bagi para partisipan.

Joey Abrahm Siahaja