Tingkatkan Jumlah Pasukan Militer, Rusia Mendekati Kapasitas Militer China

Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato Tahun Baru di markas Distrik Militer Selatan, Rostov-on-Don, 31 Desember 2022. (Foto: Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin via REUTERS)

 

Prospek Militer Rusia di Masa Depan

Ukraina dikenal sebagai negara yang berbatasan dengan beberapa negara, termasuk salah satu kekuatan besar di kawasan tersebut. Melalui adanya kepentingan strategis serta keadaan geopolitik dan geoekonomi di sekitar Ukraina, Rusia memiliki posisi yang dominan (Olszanski, 2001). Rusia yang dikenal sebagai negara Great Power di kawasan Eropa Timur dinilai memiliki keunggulan di bidang militer. Jika dibandingkan dengan negara-negara di sekitar kawasan Rusia, Rusia dianggap memiliki kapabilitas militer yang lebih unggul dan ditakuti secara kolektif.  Rusia juga dikenal sebagai kekuatan militer terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat dan salah satu pengekspor senjata terbesar di dunia. Hal ini dibuktikan dengan Tambahan 180.000 tentara angkatan darat Rusia yang diperintahkan langsung oleh Presiden Vladimir Putin pada hari Senin (16/9) sehingga totalnya menjadi 1,5 juta anggota. 

Dalam Langkah Strategis, Rusia Berupaya Menyamai Kekuatan Militer China dengan Perluasan anggota Hingga 1,5 Juta

Melalui langkah ini, militer Rusia akan menyeimbangi jumlah militer China dan Putin mengeluarkan instruksi tersebut. Kemudian instruksi yang diunggah terdapat pada situs web Kremlin. Presiden Rusia memerintahkan pasukannya untuk meningkatkan jumlah angkatan bersenjata menjadi 2,38 juta anggota, yang dimana 1,5 juta di antaranya adalah anggota yang bertugas aktif. Berdasarkan data yang tersedia dari Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) melaporkan bahwa sebagai hasil dari peningkatan ini, Rusia akan memiliki lebih banyak tentara tempur aktif daripada AS dan India.  IISS juga mencatat bahwa selain Amerika Serikat dan India, China juga memiliki lebih dari 2 juta anggota aktif dalam militer. Kepala komite pertahanan majelis rendah parlemen Rusia, Andrei Kartapolov, menyatakan bahwa angkatan bersenjata sedang diorganisasikan. Seperti restrukturisasi anggota, perubahan doktrin militer, hingga modernisasi peralatan. Ini mengindikasikan adanya upaya restrukturisasi atau reformasi dalam tubuh militer negara itu. Andrei Kartapolov menjelaskan bahwa tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan level pasukan secara progresif sesuai dengan kondisi yang ada saat ini. Andrei Kartapolov juga mengatakan perlu adanya pembentukan struktur serta unit militer baru untuk menjamin keamanan daerah Barat Laut. 

Tindakan ini bukanlah kali pertama dilakukan oleh Rusia. Terdapat penambahan pasukan ketiga sejak Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari 2022. Tentunya penambahan tersebut bertepatan dengan serbuan militer Rusia ke wilayah 1.000 kilometer di timur Ukraina.Dengan populasi tiga kali lipat dari Ukraina, Rusia mampu menarik banyak sukarelawan untuk berperang bagi mereka dengan menawarkan kontrak yang besar. Namun, militer Rusia juga tidak dipungkiri telah menderita dan menelan banyak korban dalam pertempuran. Rusia menghabiskan 11,4 persen dari total anggaran negara, atau 61,7 miliar dolar AS untuk belanja militer (Stockholm Institut Penelitian Perdamaian Internasional, 2022). 

Menurut perspektif great power, posisi Rusia sebagai kekuatan besar di Balkan dan Eropa Timur, memainkan peran penting dalam memberikan pembenaran atas serangannya terhadap Ukraina. Rusia yang menjadi aktor kekuatan besar pada kawasan Eropa Timur, tentunya memiliki karakter ofensif yang ditandai oleh beberapa faktor. Hal ini termasuk mempertahankan dominasi, menjaga kepentingan, waspada terhadap perkembangan yang berpotensi membahayakan, fokus pada keamanan (regional), dan memaksimalkan kekuasaan. 

Fakta bahwa Rusia adalah pewaris nyata dari Uni Soviet membuat faktor mempertahankan keunggulan ini menjadi logis. Sebagai kekuatan besar, Rusia juga sangat sensitif terhadap perubahan yang mempengaruhi keamanan di wilayah sekitarnya. Melalui penekanan negara-negara bekas Uni Soviet untuk bergabung dengan North Atlantic Treaty Organization (NATO), Amerika Serikat telah menggunakan aliansi untuk menggeser lingkup pengaruh Rusia dari posisinya sebagai kekuatan dominan.

Ketika NATO dan Amerika Serikat berhasil memperluas pengaruh mereka di Ukraina dan menerima Ukraina sebagai anggota, Rusia menjadi semakin memperkuat kekuatan. mengindikasikan bahwa NATO dan Amerika Serikat merupakan ancaman terbesar bagi Rusia. Oleh sebab itu melalui penambahan jumlah anggota militer dan memperkuat pengaruhnya di negara-negara bekas Uni Soviet. Rusia  berusaha menunjukan watak ofensifnya  yang sangat peduli dengan pengendalian keamanan kawasan untuk kepentingannya sebagai kekuatan besar di kawasan tersebut. 

Referensi

Sudira, I. N. (2022). Analisis kebijakan luar negeri federasi Rusia dalam intervensi militer di perang sipil Suriah. https://repository.unpar.ac.id/handle/123456789/15734 

Grahanusa Mediatama. (2024, September 17). Putin perintahkan peningkatan jumlah pasukan militer Rusia menjadi 1,5 juta. kontan.co.id. https://internasional.kontan.co.id/news/putin-perintahkan-peningkatan-jumlah-pasukan-militer-rusia-menjadi-15-juta 

Reuters. (2024, September 17). Putin perintahkan penambahan personel angkatan Darat Rusia jadi kedua terbesar setelah China. VOA Indonesia. https://www.voaindonesia.com/a/putin-perintahkan-penambahan-personel-angkatan-darat-rusia-jadi-kedua-terbesar-setelah-china/7787417.html 

Jason Samuel