Representasi Perempuan di Perfilman Hollywood
Representasi yang Baik Dalam Media Film
Representasi dalam media merupakan gambaran sekelompok orang di sebuah media yang akan diterima oleh publik. Media memiliki dampak dalam mengendalikan persepsi dan pandangan masyarakat kepada suatu kelompok dalam masyarakat. Hal ini juga termasuk bagaimana masyarakat akan memandang perempuan dan kelompok marginal lain. Banyak film yang masih menggambarkan perempuan sebagai karakter yang mempunyai watak yang dangkal atau mengobjektifikasi perempuan. Hal tersebut merupakan mirepresentasi yang dapat menimbulkan stereotipe yang tidak baik terhadap perempuan (Jenkins, 2022).
Representasi perempuan dari masa ke masa
Para sineas perempuan sudah terlibat dalam pembuatan film sejak awal saat film ditemukan. Alice Guy-Blaché merupakan salah satu pelopor pelaku film perempuan di era film bisu. Ia memulai karirnya di Prancis pada tahun 1896 dengan film “La Fée aux choux”. Setelah menikah, ia melanjutkan karirnya di Amerika Serikat. Guy-Blachè telah membuat lebih dari 1000 film pendek sepanjang hidupnya, namun sebagian besar filmnya hilang. Setelah berpisah dengan suaminya di tahun 1920an, ia kembali ke Prancis bersama anak-anaknya. Di Prancis, Guy-Blache mencoba mencari pekerjaan di industri perfilman. Namun ia tidak mendapat pekerjaan walaupun pada saat itu industri film sudah mulai meluas (Dargis, 2019).
Pada tahun 1922 sampai 1959, representasi aktris, sutradara perempuan, dan produser perempuan sempat menurun berdasarkan sebuah riset yang dirilis pada tahun 2020 mengenai disproporsi gender dalam industri film Hollywood sejak tahun 1911 sampai 2010. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kandidat perempuan yang tertarik dan memenuhi kualifikasi dalam bidang lain. Namun hal tersebut tidaklah mungkin memengaruhi industri perfilman karena survey lainnya menunjukan bahwa perempuan remaja lebih tertarik pekerjaan di bidang seni daripada laki-laki sebayanya (Amaral et al., 2020).
Beranjak beberapa waktu setelahnya, representasi perempuan di film sudah meningkat secara perlahan terkhusus pada era kontemporer. Namun, di ajang penghargaan dan festival film internasional bergengsi masih belum mengakui lebih banyak film karya perempuan. Selain itu, Penghargaan Oscars juga sering dikritik oleh publik karena kurangnya keberagaman pada nominasi utama yang tidak berbasis gender (film terbaik, sutradara terbaik, dan skenario terbaik). Dalam Penghargaan Oscars, hanya terdapat tiga dari delapan sutradara perempuan yang berhasil memenangkan penghargaan sutradara terbaik sejak acara tersebut pertama kali diselenggarakan pada tahun 1929. Pada tahun 2009, Kathryn Bigelow menetapkan sejarah sebagai perempuan pertama yang memenangkan di kategori film terbaik dan sutradara terbaik. Terdapat 22 perempuan sudah pernah mendapat nominasi sutradara terbaik sejak 96 tahun acara penghargaan tersebut berjalan (Davis, 2024).
Dari Oscars ke 96 yang dilaksanakan pada Maret lalu, 32% perempuan mendapatkan nominasi (Gender Overall, 2024). Hal tersebut merupakan awal dari perubahan menuju kemajuan bagi para penyelenggara Oscars. Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa representasi tersebut juga kurang inklusif terhadap perempuan dengan jenis warna kulit berbeda dan kelompok minoritas lain.
Dampak dari Representasi yang Kurang Baik
Representasi yang kurang baik muncul dari penulisan naskah yang kurang baik. Naskah memperkenalkan cerita dan juga karakter dari suatu film. Film dengan representasi yang baik harus ditulis oleh penulis naskah yang mampu untuk menulis tokoh perempuan dengan gambaran yang positif dan realistis. Yaitu seperti mengambil dari kenyataan, tidak mengobjektifikasi perempuan, dan membuatnya relevan dengan inti ceritanya (Burke, 2020).
Salah satu pengaruh dari representasi di media yang kurang baik adalah munculnya istilah male gaze. Secara harfiah, male gaze diterjemahkan sebagai tatapan laki-laki. Isilah tersebut mengacu kepada pandangan perempuan dari sudut pandang dari laki-laki heteroseksual, yaitu perempuan dipandang sebagai sebuah objek hasrat untuk laki-laki (Loreck, 2023). Pengaruh male gaze di media adalah hal tersebut mempromosikan objektifikasi seksual terhadap perempuan di dunia nyata.
Beberapa contoh dari male gaze di film adalah dari film-film yang disutradarai oleh Christopher Nolan. Dalam filmnya, tokoh-tokoh perempuan sangat kurang dikembangkan. Karakter perempuan di filmnya digambarkan hanya sebatas pelengkap dari karakter laki-lakinya. Ia juga mengkategorisasi karakter perempuannya menjadi beberapa kategori. Yaitu pasangan yang sudah meninggal untuk memotivasi peran utama laki-laki, perempuan yang butuh penyelamatan, penjahat perempuan yang sudah mati, dan seorang rekan kerja perempuan (Seth, 2023).
Kesimpulannya, representasi yang akurat dalam media untuk kelompok minoritas sangatlah penting supaya tidak akan menimbulkan stereotip yang buruk terhadap suatu kelompok. Di era kontemporer ini, Hollywood sudah meningkatkan inklusivitas terhadap perempuan dan kelompok minoritas walaupun tidak begitu pesat. Selain representasi, Hollywood juga masih memiliki banyak hal yang harus diperbaiki seperti isu pemakaian Artificial Intelligence, tenaga kerja yang dibayar dibawah upah minimum, dan lain-lain.
Referensi:
Amaral, L. A. N., Moreira, J. A. G., Dunand, M. L., Navarro, H. T., & Lee, H. A. (2020). Long-term patterns of gender imbalance in an industry without ability or level of interest differences. PLoS ONE, 15(4), e0229662–e0229662. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0229662
Burke, L. (2020, July 9). Léon at 25: representations of girlhood need to be real and relevant – not distorted by the male gaze. The Conversation. https://theconversation.com/leon-at-25-representations-of-girlhood-need-to-be-real-and-relevant-not-distorted-by-the-male-gaze-141262
Dargis, M. (2019, September 6). Overlooked No More: Alice Guy Blaché, the World’s First Female Filmmaker. The New York Times. https://www.nytimes.com/2019/09/06/obituaries/alice-guy-blache-overlooked.html
Davis, C. (2024, February 14). All Oscars Best Picture Nominated Movies Directed by Women. Variety; Variety. https://variety.com/lists/best-picture-women-directed-movies-listed/lost-in-translation-2003-2/
Gender Overall. (2024). Inclusionlist.org. https://www.inclusionlist.org/oscars/gender
Jenkins, R. (2022, August 25). Millions of adults feel misrepresented in movies, due to overused stereotypes and a lack of diversity. The Scotsman; The Scotsman. https://www.scotsman.com/read-this/millions-of-adults-feel-misrepresented-in-movies-due-to-overused-stereotypes-and-a-lack-of-diversity-3819568
Loreck, J. (2023, May 4). Apa yang dimaksud dengan “male gaze” dan “female gaze”? The Conversation. https://theconversation.com/apa-yang-dimaksud-dengan-male-gaze-dan-female-gaze-204037
Seth, R. (2023, July 22). Justice For The Women Of “Oppenheimer.” British Vogue; British Vogue. https://www.vogue.co.uk/article/oppenheimer-female-characters