Proyek Penurunan Suhu Udara Singapura dengan Sains Sederhana

Sumber: https://www.britannica.com/place/Singapore

 

 

Peningkatan suhu dan pencemaran udara

Akhir-akhir ini, polusi dan pencemaran udara di dunia semakin meningkat. Kualitas udara buruk sebagian besar disebabkan oleh pemanasan global ekstrem yang dipicu oleh penggunaan batu bara, minyak bumi, dan gas alam dalam revolusi industri. Pemanasan global mengalami peningkatan yang signifikan dalam 100 tahun terakhir. Faktor lain yang turut berperan adalah meningkatnya populasi manusia yang berdampak pada peningkatan penggunaan bahan bakar fosil (CNA Insider, 2019).

Dampak dari kepadatan penduduk di Singapura

Singapura, sebagai salah satu negara maju di Asia tidak terlepas dari peningkatan pemanasan dan pencemaran udara. Kepadatan penduduk yang tinggi mempengaruhi suhu udara di wilayah tersebut. Pada tahun 2023, Singapura mengalami pemanasan dua kali lebih cepat dibandingkan rata-rata global dengan suhu rata-rata harian global mencapai 28,2 derajat Celcius (Xinhua, 2024).

Peningkatan kepadatan penduduk dan lingkungan menyebabkan pembangunan yang lebih banyak. Sehingga panas matahari cenderung terperangkap di permukaan yang menyerap panas, seperti aspal, beton, dan atap bangunan (Bloomberg Originals, 2021). Hal ini juga diperparah oleh Urban Heat Island (UHI), suatu kondisi di mana suhu di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. UHI juga disebabkan oleh aktivitas industri, asap kendaraan, dan penggunaan AC, yang mempengaruhi kualitas udara di Singapura (CNA Insider, 2019).

Langkah pemerintah Singapura dalam mencegah kenaikan suhu ekstrem

Dalam upaya mencegah kenaikan suhu ekstrem negaranya, pemerintah Singapura bekerja sama dengan lembaga dan instansi. Proyek ini dinamakan Cooling Singapore yang dipimpin oleh Singapore-ETH center (SEC), bekerja sama dengan National University of Singapore (NUS) dan Singapore Management University. Bertujuan meningkatkan kualitas udara dan efisiensi energi negara.(Bloomberg Originals, 2021).

Cooling Singapore merupakan serangkaian proyek yang dilakukan oleh pemerintah Singapura untuk mengatasi kenaikan suhu ekstrim dan meningkatkan kenyamanan termal di kota yang terbagi menjadi tiga fase. Pada fase pertama, Cooling Singapore 1.0 (2017-2018), fokus ada pengembangan metrik dan alat untuk mengukur Fenomena Pulau Panas Urban (Urban Heat Island/UHI) dan Kenyamanan Termal Luar Ruangan (Outdoor Thermal Comfort/OTC). Langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesenjangan dalam pengetahuan dan teknologi serta mengurangi dampaknya (Bloomberg Originals, 2021).

Fase kedua, Cooling Singapore 1.5 (2019-2020), berfokus pada penyusunan strategi dan pengembangan sistem untuk mendukung pengambilan keputusan terkait OTC. Langkah ini juga melibatkan perancangan ulang perkataan yang menjadi penyebab utama perubahan iklim di Singapura. Fase terakhir, Cooling Singapore 2.0 (2021), melibatkan kolaborasi natar para peneliti dan ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu seperti ahli ilmiah, insinyur, arsitek, geografi, dan ilmu komputer yang bekerja sama untuk mengatasi UHI. Proyek ini tidak hanya berhasil dalam meningkatkan kualitas lingkungan, tetapi juga menciptakan banyak lapangan kerja baru (Bloomberg Originals, 2021).

Di masa mendatang, kebutuhan energi sehari-hari diprediksi akan beralih ke sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Disertai dengan dekarbonisasi yang signifikan dalam sektor industri dan listrik. Penataan kota juga akan diubah, dengan jalan-jalan yang diberikan vegetasi seperti taman dan pepohonan di pinggir jalan. Selain itu, sistem air bawah tanah dan kolam dengan kedalaman tertentu akan dibangun untuk membantu menekan suhu udara, dimana air berfungsi sebagai penghalau panas. (Bloomberg Originals, 2021).

Proyek Cooling Singapore didukung pemerintah Singapura dengan membangun Digital Urban Climate Twin (DUCT), yang digunakan untuk melakukan simulasi berbagai aspek proyek sebelum pelaksanaan fisik. Dengan DUCT, para pemangku kepentingan dapat melihat secara langsung efek dari tindakan seperti peningkatan vegetasi dan dekarbonisasi, sehingga tidak perlu lagi mengandalkan perkiraan. Hanya jika dampaknya sesuai, maka pembangunan akan dilakukan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi proyek secara keseluruhan (Bloomberg Originals, 2021).

Selain menggunakan teknologi, penataan kota juga dilakukan dengan cara pewarnaan bangunan yang lebih cerah dan reflektif. Pendekatan ini jika diterapkan secara luas dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Dapat secara signifikan menurunkan suhu udara kota secara keseluruhan (Bloomberg Originals, 2021).

Referensi
CNA Insider. (2019, January 12). Why Singapore is heating up 2x faster than the planet [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=UrQ9zjvmD6k

Bloomberg Originals. (2021, March 17). How Singapore uses science to stay cool [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=PM101DvvG4Q

Xinhua. (2024, March 24). El Nino disebut berpotensi tingkatkan suhu udara Singapura pada 2024. Antara News. https://www.antaranews.com/berita/4026198/el-nino-disebut-berpotensi-tingkatkan-suhu-udara-singapura-pada-2024

Evana