Perubahan Iklim Di Balik Pandemi Covid-19
Sumber : Shinobu Sugiyama/Flickr
Pada era milenial sekarang khususnya di tahun 2020, masyarakat milenial di hadapi oleh berbagai tantangan yang bisa dikatakan sangat berat. Bagaimana tidak? Diawal tahun 2020, kita sudah digemparkan dengan Presiden Donald Trump yang memerintahkan serangan pesawat tak berawak AS terhadap Jenderal Iran Qasem Soleimani, hal ini sempat dianggap dapat memicu terjadinya World War III . Di Indonesia pada awal tahun 2020 sudah digemparkan dengan banjir yang melanda Jabodetabek pada 1 Januari 2020 yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi sejak 31 Desember 2019. Isu yang menjadi perhatian publik sampai saat ini adalah serangan virus Covid-19 yang melanda dunia hingga menyebabkan banyak perubuhan yang signifikan terhadap setiap kondisi di beberapa Negara.
Isu covid-19 yang berdampak pada melemahnya sistem dalam negeri, menurunnya angka ekonomi yang mengharuskan pemerintah fokus untuk menyeimbangkan antara ekonomi yang mulai melemah dan pendapatan Negara yang sangat dibatasi karena adanya protokol covid-19. Sehingga perhatian publik ke perubahan iklim menjadi prioritas kedua karena teralih oleh isu covid-19. Saat ini perubahan iklim menjadi masalah dunia yang mengkhawatirkan karena dampaknya yang membahayakan masyarakat dunia dan alam. Tak dipungkiri bahwa perubahan iklim tersebut 90% karena ulah manusia.
Pertumbuhan populasi yang tinggi menjadi salah satu faktor terjadinya perubahan iklim, karena menyebabkan tingginya kenaikan angka pada emisi gas rumah kaca seperti melakukan deforestasi hutan yang membuat hutan digunduli untuk membuka lahan perumahan. Efek dari perubahan iklim akan menyebabkan perubahan pada suhu udara dan mengubah pola cuaca yang bisa menyebabkan terjadinya cuaca buruk, intensitas curah hujan yang tinggi, banjir, gelombang panas dan kekeringan.
Perubahan iklim juga mengakibatkan sejumlah populasi binatang kehilangan tempat tinggalnya karena deforestasi hutan yang mengakibatkan sejumlah binatang hutan kehilangan habitatnya dan menyebabkan hewan-hewan tersebut mati karena tidak bisa beradaptasi dengan tempat yang baru. Juga akibat perubahan suhu, lapisan es/gletser mencair sehingga menyebabkan pengasaman laut dan menghancurkan terumbu karang dan ekosistem lainnya. Dengan kata lain perubahan iklim menyebabkan kepunahan bagi beberapa spesies.
Di balik protokol kesehatan yang dikeluarkan oleh badan organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) untuk melakukan social distancing atau menjaga jarak demi merespons pandemik Covid-19 ini adalah dengan tujuan melindungi masyarakat dari tersebarnya virus covid-19. Sebagai langkah pertama yang dilakukan adalah dengan berdiam dirumah masing-masing dan tidak keluar rumah jika tidak ada keperluan penting. Sebagian besar langkah tersebut tidak berdampak pada perubahan iklim namun justru berdampak baik pada iklim.
Dikutip dari Greenpeace.org, penurunan polusi udara di kota Jakarta sempat menurun akibat diberlakukannya social distancing pada 10 April indeks kualitas udara berada pada posisi yang aman. Hal tersebut terjadi karena adanya penurunan aktivitas baik dari transportasi masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum maupun dari industri karena diberlakukannya lockdown di kota Jakarta. Walaupun hal tersebut tidak berlangsung lama hanya beberapa jam saja , namun hal ini merupakan kabar baik bagi pecinta iklim di seluruh dunia.
Referensi
Populations Matters “Climate Change” from https://populationmatters.org/the-facts/climate-change?gclid=EAIaIQobChMIrJ6pyNz76wIVRnZgCh1gzQpZEAAYASAAEgINVPD_BwE
Shofiana, R. ( 14 April 2020). Pandemi Menurunkan Polusi? Bukan Itu yang Semestinya Terjadi from https://www.greenpeace.org/indonesia/cerita/5001/pandemi-menurunkan-polusi-bukan-itu-yang-semestinya-terjadi/
Author : Berlian Anjung Sari | IRB News
Editor : Andini Jasmin H.G | IRB News