HUBUNGAN KENAIKAN TARIF AS DENGAN KEBIJAKAN ‘MADE IN CHINA 2025’
Sumber: shine.cn
IRB NEWS – Tanggal 3 April 2018 lalu, Amerika Serikat (AS) mengumumkan tarif yang akan diberlakukan kepada lebih dari 1.300 produk teknologi seperti peralatan industri —termasuk robot, satelit, semikonduktor, dan berbagai macam mesin— transportasi, dan medis dari China sebesar 25% atau sebesar 50 Miliar US Dollar. (Gillespie & Horowitz, 2018)
Lalu pada keesokan harinya (4/4/2018), China langsung membalas perlakuan AS dengan mengeluarkan daftar produk-produk AS yang juga akan mengalami kenaikan tarif. Produk-produk tersebut antara lain adalah kacang kedelai, jagung, mobil, dan pesawat terbang. China mengancam akan memberlakukan tarif sebesar 25% persen terhadap produk-produk tersebut apabila AS tidak menarik kembali kebijakannya. (Xinhua, 2018)
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa kenaikan tarif yang dilakukan oleh AS tersebut bermaksud untuk menghambat rencana pemerintah China yang dikenal sebagai Made in China 2025. Hal tersebut dapat dilihat dari produk teknologi China yang menjadi sasaran utama dari kebijakan kenaikan tarif AS. Sampai sekarang China masih bergantung pada peralatan teknologi dari luar negeri dalam mewujudkan kebijakan Made in China 2025, maka dari itu dengan adanya kenaikan tarif tersebut akan membebani pemerintah China dalam pelaksanaannya.
Made in China 2025 adalah rencana pembangunan nasional jangka panjang milik China yang berfokus kepada pengembangan Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan. Pertama kali diperkenalkan kepada publik pada tahun 2015 silam oleh Perdana Menteri Li Keqiang. Terinspirasi dari Industri Jerman 4.0, Pemerintah China berencana untuk mendorong berbagai pihak, mulai dari sektor swasta, lembaga penelitian, hingga lembaga militer, untuk terlibat dan mendorong kebijakan tersebut hingga sukses. Inisiatif ini sendiri adalah tahap pertama dari tiga tahapan yang telah direncanakan untuk menjadikan China sebagai pemimpin ‘Global Manufacturing Power’ di tahun 2049 mendatang.
Dikutip dari The Guardian, Jude Blanchette, seorang penasihat senior Crumpton Group, mengatakan bahwa, “Made in China 2025 akan membawa perubahan besar pada dunia global terutama dalam bidang industri.”
Meskipun kebijakan Made in China 2025 dilihat akan membawa banyak perubahan, namun AS menganggap bahwa rencana tersebut tidak sejalan dengan peraturan World Trade Organization (WTO) dan membuat perusahaan teknologi asing kurang menguntungkan, karena salah satu rencana kebijakan tersebut adalah memproduksi berbagai macam teknologi yang akan dikembangkan menjadi AI di dalam negeri. (Jaramaya, 2017)
Dalam mewujudkan kebijakan Made in China 2025, China diperkirakan akan menghabiskan biaya sebesar lebih dari 1,5 Triliun US Dollar. Banyak kemajuan yang telah terwujud dari kebijakan tersebut, mulai dari perkembangan transportasi hingga kecepatan internet. Pemerintah negara tersebut juga telah berhasil membangun 5 pusat inovasi dan pembangunan nasional dan 48 pusat inovasi dan pembangunan provinsi. (Yang, 2018)
Referensi
Gillespie, P., & Horowitz, J. (2018, April 3). News: CNN Money. Retrieved from CNN Money: http://money.cnn.com/2018/04/03/news/economy/us-tariffs-china/index.html
Jaramaya, R. (2017, October 5). Ekonomi: Republika. Retrieved from Republika: http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis-global/17/10/05/oxc294383-perusahaan-as-terancam-dengan-kebijakan-investasi-cina
Xinhua. (2018, April 4). News: Xinhua. Retrieved from XINHUANET: http://www.xinhuanet.com/english/2018-04/04/c_137088276.htm
Yang, Y. (2018, March 23). Technology: South China Morning Post. Retrieved from South China Morning Post (SCMP): http://www.scmp.com/tech/enterprises/article/2138680/what-happens-made-china-2025-trade-war-fears-grow
Reporter : Rona Nabila | IRB NEWS
Editor : Intan Fatona | IRB NEWS