Jakarta Harus Menyesuaikan Diri dengan Perubahan Lingkungan Akibat Pemanasan Global

Contoh Soal Pemanasan Global Beserta Jawaban dan Penjelasannya – Adjar (grid.id)

 

Fenomena Pemanasan Global dan Kenaikan Suhu Global

Masalah yang paling mendesak di dunia saat ini adalah perubahan iklim. Adanya badai, angin topan, hujan lebat, serta pergeseran musim tanam adalah contoh-contoh anomali cuaca yang semakin sering terjadi. Selain itu, terjadinya kebakaran hutan, kepunahan banyak spesies ikan, kerusakan terumbu karang, ancaman badai tropis, tsunami, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan bahkan krisis air bersih. Resiko dari perubahan iklim, membuat lebih besar penyakit parasit seperti malaria dan demam berdarah (DBD), serta peningkatan prevalensi alergi, gangguan pernapasan, dan radang otak. Mayoritas ahli percaya bahwa kejadian-kejadian ini disebabkan oleh pemanasan global yang merupakan konsekuensi dari meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca.

Peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca, termasuk uap air, gas metana (H2G4), gas 𝐶𝑂2, dan gas 𝑁2𝑂, dikenal sebagai pemanasan global (Al-Ghussain, 2019). Sejak tahun 2006 suhu rata-rata global adalah 1,2°C lebih tinggi dari rata-rata abad ke-20. Menurut kacamata pengamatan para ilmuwan dari berbagai negara yang tergabung dalam Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), suhu bumi meningkat dengan kecepatan 0,15 hingga 0,3°C antara tahun 1990 dan 2005. Pulau-pulau kecil telah tenggelam sebagai akibat dari naiknya permukaan air laut yang disebabkan oleh mencairnya es di Greenland dan Antartika (sekitar 1 meter per tahun), di antara isu-isu lainnya.

Berbagai proses efek balik yang diciptakannya, seperti penguapan air, menjadi salah satu indikator yang berdampak pada penyebab pemanasan global selain efek gas rumah kaca. Pertama, pemanasan akan menyebabkan konsentrasi uap air di atmosfer semakin meningkat. Karena uap air adalah gas rumah kaca, pemanasan akan terus meningkatkan jumlah uap air di atmosfer hingga mencapai konsentrasi keseimbangan. Keadaan ini, efek rumah kaca yang ditimbulkannya lebih besar daripada efek rumah kaca yang ditimbulkan oleh gas CO2 saja. Meskipun peristiwa efek balik ini dapat meningkatkan kandungan air absolut udara, kelembaban relatif udara tetap relatif konstan atau bahkan sedikit turun saat menghangat. Usia CO2 yang panjang di atmosfer maka efek balik ini secara perlahan dapat dibalikkan (Soden and Held, 2005).

Pemanasan Global Membuat Jakarta Perlu adanya Perubahan

Akibat dampak pemanasan global, Jakarta menjadi salah satu ibukota yang menghadapi tantangan pemanasan global secara signifikan. Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sarwono Kusumaatmaja, menegaskan bahwa perilaku dan gaya hidup manusia sangat erat kaitannya dengan perubahan iklim. Ia menyatakan bahwa gaya hidup yang boros sering kali berperan dalam kerusakan lingkungan dan alam. Selain itu, penggunaan sumber daya alam yang berlebihan akan mengganggu keseimbangan alam, yang akan mendorong perubahan lingkungan. Ada beberapa cara untuk memerangi pemanasan global, menurut Wahyu Marjaka, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim dan Direktur Mobilisasi Sumberdaya Sektoral dan Daerah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dalam menghadapi perubahan lingkungan yang akan datang, kota besar seperti Jakarta harus melakukan langkah-langkah adaptasi sebagai upaya untuk menanggulangi ancaman akan adanya pemanasan global. Pemerintah dan masyarakat harus memberikan perhatian khusus dan menangani sejumlah masalah lingkungan yang disebabkan oleh pemanasan global.

Pemerintah mulai mengambil tindakan proaktif melalui penyebaran informasi dan pengetahuan tentang isu-isu iklim. Menanam vegetasi adalah salah satu cara untuk mempercepat terciptanya ruang terbuka hijau. Upaya ini juga diperkirakan akan berhasil menurunkan suhu di wilayah Jakarta yang gersang.

Hal kedua yang dapat dilakukan adalah membuat masyarakat lebih fleksibel dalam mengelola efisiensi. Keberadaan area hijau dan terbuka dapat menurunkan jumlah listrik yang digunakan. Selain itu, cara selanjutnya dapat dimulai dengan memperhatikan suhu pendingin ruangan. Tindakan tersebut adalah langkah sederhana namun penting. Hal ini dinilai penting karena akan menurunkan konsumsi energi secara signifikan. Transportasi berkontribusi pada peningkatan suhu di Jakarta, begitu pula dengan energi yang digunakan untuk pendingin ruangan. Pentingnya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim harus dipahami oleh masyarakat. Hal ini karena dampaknya sangat luas sehingga semua orang harus bekerja sama untuk mengatasi perubahan iklim. 

REFERENCE: 

Bmkg. (n.d.). Anomali suhu udara bulan September 2024 | BMKG. BMKG | Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika. https://www.bmkg.go.id/iklim/anomali-suhu-udara-bulanan.bmkg?p=anomali-suhu-udara-bulan-september-2024&tag=&lang=ID 

Maolani, R. A., Dalimunthe, N. a. S., Haryanto, N. D., Bifa, N. R., Azzahra, N. P., Juwita, N. C., & Suryamika, N. P. E. (2021). Perluasan Hutan Mangrove dalam Mitigasi Risiko Bencana Pemanasan Global: Kegiatan PkM di Kawasan Pesisir Muara Angke Jakarta. Dinamisia Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(6), 1380–1388. https://doi.org/10.31849/dinamisia.v5i6.8096 

Maydita, P. (2022). Pemanasan Global, Jakarta Perlu Adaptasi Terhadap Perubahan Lingkungan. In Radio Republik Indonesia. https://www.rri.co.id/daerah/107367/pemanasan-global-jakarta-perlu-adaptasi-terhadap-perubahan-lingkungan 

Triana, V. (2008). PEMANASAN GLOBAL. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 2(2), 159–163. https://doi.org/10.24893/jkma.v2i2.26 

Utina, R. (2008). PEMANASAN GLOBAL: DAMPAK DAN UPAYA MEMINIMALISASINYA. Sainstek (E-journal), 3(03). https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/ST/article/download/320/313 

Wahyuni, H., & Suranto, S. (2021). Dampak Deforestasi Hutan Skala Besar terhadap Pemanasan Global di Indonesia. JIIP Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 6(1), 148–162. https://doi.org/10.14710/jiip.v6i1.10083 

Jason Samuel