Indonesia Mewujudkan Perdamaian Dunia melalui Penyelesaian Konflik Moro di Filipina Selatan

(via historia.id)

 

ASEAN dan KTT ASEAN untuk Mewujudkan Misi Perdamaian

          Dalam hidup berbangsa dan bernegara, setiap negara di dunia tentu membutuhkan negara lain untuk melakukan hubungan diplomasi. Hubungan diplomasi ini dapat berupa perjanjian, perdagangan maupun urusan militer. Hubungan diplomasi ini dapat dilakukan melalui hubungan bilateral atau diplomasi dalam organisasi. Organisasi internasional berfungsi untuk menjadi wadah dari para aktor untuk bekerja sama serta melakukan kebijakan luar negeri. Salah satu contoh organisasi internasional adalah ASEAN atau Association South East Asia Nation. ASEAN adalah organisasi sub-regional yang terdiri dari negara-negara di Asia Tenggara. Indonesia sendiri merupakan negara yang aktif di dalam organisasi ini. Hal tersebut dapat dilihat dari seberapa sering Indonesia terlibat dalam mediasi negara yang berkonflik serta menjadi tuan rumah KTT ASEAN. KTT ASEAN diketahui adalah konferensi yang dihadiri oleh kepala negara untuk membahas isu global maupun regional negara tuan rumah. Indonesia telah beberapa kali menjadi tuan rumah KTT ASEAN. Bahkan di tahun 2023, Indonesia kembali terpilih kembali menjadi tuan rumah KTT ASEAN. Dalam misi perdamaian, ASEAN berperan sebagai mediator dari masalah yang terjadi di kawasan Asia Tenggara. Masalah-masalah di kawasan Asia Tenggara kemudian akan dibahas dalam KTT, kemudian akan dicari solusi terbaik untuk situasi terkait. ASEAN menjunjung tinggi prinsip non-intervensi yang mana negara-negara anggota tidak dapat mencampuri urusan dalam negeri atau urusan domestik dari negara lain. 

Peran Indonesia sebagai Anggota ASEAN dalam Penyelesaian Konflik Moro di Filipina

          Konflik separatisme di Filipina Selatan yang dilakukan oleh Moro Nationalism Liberation Front (MNLF) telah menunjukkan bahwa penyelesaian konflik tanpa adanya keterlibatan pihak ketiga telah mengalami kegagalan. MNLF merupakan organisasi separatisme yang dicetuskan oleh seorang tokoh politik Islam Filipina bernama Nur Misuari. Bangsa Moro yang merupakan kaum minoritas yang beragama Islam di Filipina menyadari kenyataan bahwa adanya kesenjangan yang besar antara penduduk mayoritas yang beragama Khatolik dengan masyarakat Muslim. Bangsa Moro melihat tidak adanya usaha pemerintah Filipina untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat Muslim yang menjadi terpinggirkan semenjak proses Kristenisasi pada tahun 1940. Proses Kristenisasi ini seolah-olah terlihat seperti menyuarakan ketidaksukaan pemerintah Filipina terhadap eksistensi masyarakat Muslim Moro. Peristiwa marginalisasi dan situasi kesenjangan inilah yang menyebabkan pembentukan organisasi separatisme MNLF untuk melawan pemerintah Filipina. Konflik berkepanjangan ini menyebabkan kondisi negara Filipina menjadi tidak stabil dan hal tersebut mempengaruhi hubungan luar negerinya dengan negara lain. 

          Indonesia sebagai negara tetangga dan sesama negara anggota ASEAN berusaha membantu penyelesaian konflik dalam rangka mengembalikan stabilitas dan menciptakan perdamaian di Kawasan Filipina Selatan. Kontribusi dan keterlibatan Indonesia sebagai fasilitator dan mediator aktif antara pemerintah Filipina dengan MNLF tersebut menjadi salah satu langkah penting Indonesia dalam tujuan untuk memperjuangkan perdamaian dunia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu, fakta sejarah Indonesia menunjukkan bahwa banyak kasus separatisme yang pernah terjadi di Indonesia. Hal tersebut memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada Indonesia untuk mencegah dan mengatasi kasus atau konflik serupa. Terlebih lagi, segala pengalaman dan pengetahuan tersebut didukung oleh sikap dan prinsip Indonesia yang menghormati keutuhan dan kedaulatan nasional Filipina serta keinginan kuat untuk menjaga stabilitas kawasan ASEAN sehingga dapat mempercepat pembangunan di kawasan. 

          Pada  pertengahan  1990-an, di bawah kepemimpinan Soeharto, Indonesia menawarkan jasa sebagai mediator untuk menengahi konflik separatisme.  Tawaran  tersebut  direspon  positif oleh Misuari sebagai ketua MNLF dan Presiden Ramos. Perundingan yang dilakukan dengan Indonesia sebagai mediator berhasil menghasilkan sebuah Final Peace Agreement yang merupakan perjanjian akhir perdamaian antara Pemerintah Filipina dengan MNLF yang ditandatangani oleh kedua belah pihak yang bertikai sehingga bersifat mengikat dan sebagai pedoman perdamaian (Rahmatsyah, 2016: 66). 

Referensi: 

Alunaza, H. & Anggara, D. (2018). Peran Indonesia dalam Upaya Penyelesaian Konflik antara Pemerintah Filipina dan Moro Nationalism Liberation Front (MNLF). Jurnal Indonesian Perspective, 3(1), 52-64. https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ip/article/view/20178/13869 

Bank Indonesia. (2023). KTT ASEAN 2023: Indonesia Resmi Jadi Ketua ASEAN 2023!. Bank Indonesia. Dilansir pada 12 Maret 2023, dari https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/cerita-bi/Pages/KTT-ASEAN-2023.aspx#:~:text=KTT%20ASEAN%202023%20akan%20diselenggarakan,Bulan%20September%202023%20di%20Jakarta 

Mustika, F. S. A. (2014). Peran Indonesia dalam Upaya Penyelesaian Konflik Separatis Moro di Filipina Selatan (1993-2012). [Skripsi, Universitas Paramadina]. Diperoleh dari https://catalogue.paramadina.ac.id/index.php?p=show_detail&id=26390&keywords= 

Pamungkas, G. H. (2022, 19 Juli). ASEAN: Pengertian, Negara Anggota, Sejarah dan Tujuan. CNBC Indonesia. Dilansir pada 12 Maret 2023, dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20220719171803-4-356822/asean-pengertian-negara-anggota-sejarah-dan-tujuan 

 

Authors:

  • Theresa Evlind | Staff of Journalist Team
  • Natasha Vinora | Staff of Journalist Team

Editor:

  • Joey Susilo | Head of Journalist and Reporter Team
IRB News - Journalist Team