Etnis muslim Uighur, Xinjiang: Reedukasi atau Opresi?

Peta wilayah Provinsi Xinjiang, Cina
(VOA Indonesia)

Sejarah singkat etnis muslim Uighur di Xinjiang, Tiongkok

Asal usul etnis muslim Uighur diawali dengan sekelompok suku Uighur yang melakukan migrasi dari Mongolia tengah utara ke barat laut Cina. Sekitar tahun 1884 Beijing mengambil alih wilayah barat laut Cina dan menetapkan secara resmi sebagai provinsi Xinjiang, pada saat itu etnis muslim Uighur merupakan kelompok mayoritas di wilayah tersebut. Setelah menetapkan barat laut Cina sebagai provinsi Xinjiang, tahun 1950 Cina mendirikan daerah otonom Xinjiang dan mendorong etnis Han untuk bermigrasi ke Xinjiang dan menyaingi etnis muslim Uighur yang pada saat itu merupakan etnis terbesar di provinsi Xinjiang. Kedatangan etnis Han ke Provinsi Xinjiang membuat persaingan sengit antara etnis Han dengan etnis muslim Uighur, persaingan tersebut terjadi karena faktor ekonomi dan budaya. Keberhasilan proyek pembangunan memberikan keuntungan besar bagi provinsi Xinjiang dan menarik anak-anak muda etnis Han dari provinsi timur, masyarakat suku Han mendapatkan kesuksesan secara ekonomi sehingga memunculkan kecemburuan oleh etnis muslim Uighur (BBC News Indonesia, 2018; Tempo.co, 2019).

Etnis muslim Uighur mendapatkan perilaku yang tidak adil dari pemerintah Cina karena mereka membatasi budaya suku Uighur dan pembatasan segala hal yang berbau Islam seperti masjid dan sekolah-sekolah berbasis agama Islam. Warga Uighur melakukan aksi protes terhadap perlakuan tidak adil tersebut, tetapi  pemerintah Cina merespons para demonstran suku Uighur dengan aksi polisional sehingga menewaskan ratusan jiwa suku Uighur.  Peristiwa serangan teroris di Amerika Serikat pada 11 September 2001 membuat pemerintah Cina semakin yakin akan tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap suku Uighur merupakan aksi melawan terorisme, dan semakin banyak warga Uighur yang tewas akibat keputusan pemerintah Cina dalam memerangi suku muslim Uighur karena dianggap sebagai bagian dari teroris (Tempo.co, 2019). 

 

Pelanggaran Hak asasi manusia berdalih “Reedukasi”

(Merdeka.com)

Banyak saksi mata yang mengatakan bahwa pemerintah Cina tidak memperlakukan suku Uighur dengan manusiawi. Hasil temuan sidang pengadilan tidak resmi di Inggris menunjukkan bahwa pemerintah Cina melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan mendapat tuduhan melakukan genosida karena melakukan pemaksaan sterilisasi atau pengendalian kelahiran terhadap suku muslim Uighur. Dalam panel tersebut juga ditemukan bukti penyiksaan dan kekerasan seksual kepada etnis muslim Uighur., Nus Ghani sebagai anggota parlemen Partai Konservatif mengatakan bahwa pengadilan di Iinggris ini dibentuk dengan berdasarkan hukum tertinggi dan bukti-bukti yang dilampirkan ke pengadilan merupakan bukti kuat bahwa adanya niat pemerintah Cina untuk melakukan genosida. Nus Ghani juga menyatakan bahwa genosida yang dilakukan ditargetkan kepada perempuan dan fokusnya untuk pencegahan kelahiran. Beberapa ahli mengungkapkan fakta bahwa ada satu juta etnis muslim Uighur ditangkap dan ditahan di kamp-kamp ekstra yudisial. Mantan tahanan kamp rahasia tersebut juga menjadi saksi atas terjadinya pemaksaan sterilisasi dan pelecehan seksual, pengadilan Uighur mendapatkan lebih dari 70 saksi dalam dua rangkaian sidang di London (Gunter, 2021).

Menurut pemerintah Cina, warga-warga Uighur yang diculik dan dimasukkan ke dalam kamp-kamp tersebut bertujuan untuk program “Reedukasi” mereka, kamp tersebut dijalankan secara rahasia dan berada di luar sistem hukum. Setiap individu yang dijebloskan ke dalam kamp rahasia tersebut dipaksa menjalankan indoktrinasi politik Cina, dipaksa untuk mempelajari bahasa Mandarin, dan bernyanyi lagu pujian terhadap Partai Komunis. Selain itu, pemerintah Cina juga mengeluarkan kebijakan pelarangan menjalankan segala ajaran agama Iislam seperti berpuasa di bulan Ramadhan dan perempuan suku Uighur dilarang untuk menggunakan burka dan niqab. Melihat dari bagaimana etnis Uighur diperlakukan di dalam kamp jelas bukan untuk tujuan reedukasi, melainkan sebuah tindakan operasi karena segala kebijakan yang dikeluarkan sangat membatasi kebebasan etnis Uighur serta tindakan kekerasan dan pelecehan yang dilakukan sangat menyengsarakan mereka (Fatikasari & Fithriana, 2019).

Menurut kesaksian Orynbek Koksybek yang ditahan di dalam kamp rahasia, tangan Koksybek diborgol, kakinya diikat, dan mereka membuangnya ke dalam lubang. Terlebih lagi, Koksybek mengatakan pada saat itu sedang musim dingin dan mereka menyiramnya dengan air. Selanjutnya, Koksybek dibawa ke suatu tempat dan dipaksa untuk mempelajari bahasa dan lagu-lagu Cina. Mereka mengatakan akan melepasnya apabila sudah menghafal 3.000 kata (Abdurasulov, 2019). Sayragul Sauytbay merupakan seorang guru yang juga ditangkap dan dimasukkan ke dalam kamp. Dalam memberikan kesaksiannya, Sauytbay mengatakan bahwa seluruh tahanan dipaksa untuk meminum obat dan disuntik dengan tujuan pencegahan penyakit, para tahanan juga dijadikan sebagai kelinci percobaan medis mereka, banyak dari mereka yang dijadikan kelinci percobaan mengalami penurunan fungsi kognitif. Para tahanan juga disiksa dengan cara ditusuk dengan paku, pencabutan kuku, dan disetrum. Semua tindakan penyiksaan tersebut dilakukan di dalam ruang gelap (Wijaya, 2019). 

 

Author: Farissa Tirani Alyoumi

Editor: Dustin Rashidi Hasan, Hafsyah Azzahra, Jennifer Clara Aprilia & Viranty Yulia Putri

 

Referensi:

Abdurasulov, A. (2019, February 14). Operasi Muslim Uighur: “Selama tujuh hari saya berada di dalam kamp neraka Cina.” BBC News Indonesia. https://www.bbc.com/indonesia/majalah-47216216

BBC News Indonesia. (2018, December 23). Mengapa terus terjadi ketegangan antara pemerintah Cina dan suku Uighur? Retrieved from https://www.bbc.com/indonesia/dunia-46601641.amp

Fatikasari, R., & Fithriana, A. (2019). Kontroversi Kebijakan Re-edukasi Terhadap Etnis Uighur oleh Pemerintah Tiongkok dalam Perspektif Hak Asasi Manusia. Balcony3(2), 177–185.

Gunter, J. (2021, December 9). China melakukan genosida atas etnik Uighur lewat sterilisasi paksa, ungkap pengadilan independen di Inggris. BBC News Indonesia. https://www.bbc.com/indonesia/dunia-59598129

Tempo.co. (2019, December 24). Sejarah Kekerasan terhadap Etnis Uighur di Xinjiang. Dunia Tempo.Co. Retrieved from https://dunia.tempo.co/amp/1287193/sejarah-kekerasan-terhadap-etnis-uighur-di-xinjiang

Wijaya, P. (2019, November 20). Muslim China Ungkap Perlakuan Kejam di Kamp Tahanan, Disiksa Sampai Diperkosa Massal. Merdeka.Com. https://www.merdeka.com/dunia/muslim-china-ungkap-perlakuan-kejam-di-kamp-tahanan-disiksa-sampai-diperkosa-massal.html

Farissa Tirani Alyoumi (IRB News - Politics)