Bagaimana NATO melihat Ukraina?

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) dan Sekjen NATO Jens Stoltenberg (kanan)
(Sumber: Situs resmi NATO)

 Kenapa NATO Bisa Berhubungan Dengan Ukraina

NATO dan Ukraina membentuk awal hubungan setelah kemerdekaan Ukraina pasca Uni Soviet runtuh pada 1991. Pembentukan NATO dibentuk dengan fakta bahwa Soviet  merupakan ancaman untuk NATO. Dengan ekspansi yang dilakukan menunjukan ketidakpuasan kekuasaan oleh Rusia di hadapan NATO. Aneksasi Krimea oleh Rusia di tahun  2014 memulai perlawanan pada Ukraina, menandai sebuah perubahan dalam keamanan Eropa dan mendorong Kyiv condong ke arah aliansi. Setelah deklarasi kemerdekaan Ukraina di tahun 1991 menghasilkan minim akses Rusia ke Laut Laut Hitam dibutuhkan enam tahun untuk negosiasi. Walaupun telah menandatangani Perjanjian Persahabatan Rusia Ukraina, hubungan antara Ukraina – NATO kian menguat karena keengganan Moskow mengakui perbatasan Ukraina (Bentzen, 2016).  Pada tahun 2008 NATO setuju bahwa Georgia dan Ukraina akan menjadi anggota NATO di masa depan di bawah ‘open door policy’ atau ‘kebijakan pintu terbuka’. Namun, Presiden Victor Yanukovych menghentikan proses melalui undang – undang tahun 2010 tentang status non-blok untuk meningkatkan hubungan dengan Rusia. Di tahun 2014, saat krisis Ukraina memuncak, NATO memprotes intervensi militer illegal oleh Rusia dan menangguhkan semua kerjasama sipil dan militer dengan Rusia. Pada bulan Desember, parlemen Ukraina menghapus status non-blok dan membuka potensial untuk bergabung dengan NATO (Al Jazeera, 2022) (North Atlantic Treaty Organization, 2022).

 

Trust Fund NATO untuk Ukraina

Trust fund merupakan bagian dari program Partnership for Peace (PFP) sebuah kerja sama keamanan antara NATO dan masing – masing negara mitra. Kebijakan ini ditetapkan pada September 2000 dan bertujuan untuk membantu negara – negara Mitra dalam penghancuran aman ranjau darat anti personil yang ditimbun (North Atlantic Treaty Organization, 2021). Trust fund diberikan untuk membantu Ukraina dalam modernisasi struktur dan kemampuan C4 dengan meningkatkan kemampuan Ukraina untuk menyediakan keamanannya sendiri. Dilansir dari press release USAID, Amerika Serikat sudah menyumbangkan 500 juta ke Trust fund untuk Ukraina. Implementasi ini sejalan dengan komitmen Presiden Biden untuk tetap mendukung Ukraina dan rakyatnya setelah invasi Rusia, yang dianggap tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan.

 

Pengaruh Ukraina ke NATO

Dikutip dari pernyataan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton setelah KTT NATO Januari 1994, bahwa ekspansi NATO tidak lagi menjadi pertanyaan namun menjadi kapan dan bagaimana. Clinton yakin bahwa ekspansi NATO tidak bergantung dengan munculnya ancaman baru di Eropa, melainkan menjadi instrumen untuk memajukan keamanan dan stabilitas seluruh kawasan (Brown, 1995). NATO perlu mempertimbangkan dampak dari ekspansi di Ukraina, sementara Ukraina bukan kandidat untuk keanggotaan Uni Eropa atau NATO. Namun kemerdekaan Ukraina adalah kunci kepentingan bagi Barat, posisi masa depan Ukraina akan menjadi faktor yang mempengaruhi keseimbangan kekuatan masa depan di Eropa Tengah (Asmus et al., 1995).

 

Offensive Realism

Dalam sistem internasional yang penuh dengan ketidakpastian mengenai niat negara, sifat militer negara kemampuan dan bantuan negara lain dalam perjuangan melawan negara-negara yang bermusuhan. Mearsheimer berargumen cara terbaik baik bagi great powers untuk memastikan kelangsungan hidup mereka dengan mementingkan kepentingan nasional  di atas segalanya. Mengejar hegemoni di regional dan global memunculkan persaingan keamanan dengan potensi perang, disebut dengan “Tragedy of Great Power Politics”: negara-negara dipaksa untuk terlibat di dalam konflik untuk menjamin keamanan mereka. Teori offensive realism Mearsheimer berpendapat bahwa negara tidak pernah bisa benar – benar aman dan hanya melalui pemaksimalan kekuasaan dapat menjamin keamanan negara. Menurutnya untuk negara great power, strategi paling cocok adalah menjadi hegemon secara global. Namun menjadi hegemon secara global lebih sulit daripada secara regional (Steinsson, 2014) (Percy et al., 2017). offensive realism melihat bahwa negara – negara yang terancam ancaman terkadang memilih untuk buck passing daripada bergabung dengan koalisi untuk penyeimbang. Mereka berusaha membuat negara lain memikul beban untuk memeriksa kekuatan lawan, sementara mereka tetap berada di pinggir lapangan. Perilaku seperti ini yang biasa ada di great power, juga menciptakan peluang untuk agresi (Smith et al., 2013).

 

NATO Memaksimalkan Kekuatan

Offensive realism percaya bahwa status quo merupakan langkah di dunia politik, sistem international dirancang untuk negara mendapatkan kekuatan sebanyak-banyaknya. Argumen ini ditegaskan dengan tujuan akhir negara adalah untuk menjadi hegemon di sistem internasional. Visi Mearsheimer bahwa great powers hanya akan melakukan expansi apabila keuntungan melebihi risiko dan bahaya (Synder, 2002). Ekspansi NATO dengan strategi membawa Ukraina keluar dari orbit Rusia dan mengintegrasi ke barat. Di waktu yang sama ekspansi Uni Eropa ke arah timur dan dukungan barat kepada pergerakan pro – demokrasi di Ukraina yang dimulai dengan Orange Revolution di 2004. Pengaruh barat  ke Ukraina dengan menyebarkan nilai – nilai demokrasi, dikutip oleh Victoria Nuland (asisten menteri luar negeri AS untuk urusan Eropa dan Eurasia) diperkirakan di Desember 2013 Amerika Serikat telah menginvestasikan lebih dari $5 Miliar sejak 1991 untuk membantu Ukraina. Hasil dari ekspansi terlihat pada November 2013, mantan Presiden Ukraina Yanukovych menolak kesepakatan ekonomi yang sudah dinegosiasikan bersama Uni Eropa. Yanukovych sebaliknya memilih menerima dana sebesar $15 Miliar dari Rusia, keputusan yang memunculkan demonstrasi anti pemerintah menyebabkan tewasnya seratus pengunjung rasa (Mearsheimer, 2014) (BBC, 2013).

 

Tujuannya adalah Untuk Menjadi Hegemon Regional, jika bukan Global.

Dengan Amerika Serikat dan NATO yang tetap melakukan ekspansi, keputusan provokatif dengan menambahkan tiga republik Baltik. Negara tersebut tidak hanya menjadi bagian dari Uni Soviet namun pernah menjadi bagian kekaisaran Rusia selama era Czarist. Ekspansi yang dilakukan membuat NATO berada di perbatasan Federasi Rusia, kesabaran Rusia dengan perilaku mengganggu NATO semakin tipis. Dikutip dari annual Munich security conference, “ekspansi NATO merupakan provokasi serius yang mengurangi tingkat rasa saling percaya. Dan kita berhak bertanya: terhadap siapa perluasan ini dimaksudkan? Dan apa yang terjadi dengan jaminan yang dibuat oleh mitra barat kita setelah pembubaran Pakta Warsawa?”, ujar Presiden Rusia Vladimir Putin (Carpenter, 2022). Ekspansi ini tidak terletak pada dugaan kebohongan dan provokasi NATO bertentangan dengan pernyataan Putin, Barat tidak melanggar janji untuk tidak melakukan ekspansi NATO karena pada awalnya janji tidak pernah dibuat. NATO juga tidak mendorong Ukraina untuk bergabung dengan aliansi, selama masa kepresidenan Kuchma dan Yushchenko permintaan kerja sama yang lebih erat datang dari Ukraina. Sampai dengan pemerintahan Yanukovych untuk membatalkan tujuan bergabung dengan aliansi, NATO menghormati keputusan itu (Roininen, 2017).

 

Kesimpulan

Langkah ekspansi yang dilakukan oleh NATO, tidak dirancang sebagai pergerakan untuk membenci Rusia atau anti-Rusia, melainkan dilakukan untuk pergerakan penyatuan benua yang terbuka. Dengan demikian, tidak ada “titik akhir” yang secara moral dapat dibenarkan dengan mempertimbangkan Piagam Helsinki 1975 yang menyatakan bahwa negara berdaulat berhak untuk memilih aliansi mereka. Janji tanpa ekspansi yang ditegaskan NATO ke Rusia hanyalah mitos yang digunakan oleh Moskow sebagai dalih untuk membenarkan argumen yang dimiliki. Pada kunjungan ke Ukraina di tahun 2011 Sekretaris Jenderal NATO saat itu Anders Fogh Rasmussen, menekankan bahwa NATO sama sekali tidak menekan Ukraina untuk bergabung dengan military – political alliance dan menghormati status non-sekutu negara itu.

 

Author: Bernadette Bibang

Editor: Sarah Putri Haryadi, Hafsyah Azzahra, Jennifer Clara Aprilia & Viranty Yulia Putri

 

References

Al Jazeera Staff. (2022, February 15). NATO and the Ukraine-Russia crisis: Five key things to know. Al Jazeera. Retrieved June 6, 2022, from https://www.aljazeera.com/news/2022/2/15/explainer-nato-and-the-ukraine-russia-crisis

Asmus, R. D., Kugler, R. L., & Larrabee, F. S. (1995). NATO expansion: The next steps. Survival: Global Politics and Strategy, 37(1995), 7-33. https://www.tandfonline.com/journals/tsur20

BBC. (2013, November 30). Polisi bubarkan protes di Ukraina. BBC. Retrieved June 13, 2022, from https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/11/131130_ukraineprotest

Bentzen, N. (2016, July). Ukraine – NATO partnership in a time of crisis. European Parliament.

Brown, M. E. (1995). The flawed logic of NATO expansion. Survival: Global Politics and Strategy, 37(1), 34-52. https://www.tandfonline.com/doi/citedby/10.1080/00396339508442775?scroll=top&needAccess=true

Carpenter, T. G. (2022, February 28). Many predicted Nato expansion would lead to war. Those warnings were ignored | Ted Galen Carpenter. The Guardian. Retrieved June 14, 2022, from https://www.theguardian.com/commentisfree/2022/feb/28/nato-expansion-war-russia-ukraine

Mearsheimer, J. J. (2014). Why the Ukraine Crisis Is the West’s Fault: The Liberal Delusions That Provoked Putin. Foreign Affairs, 93(5), 77 – 89. https://www.jstor.org/stable/24483306?read-now=1&refreqid=excelsior%3A47d15c0b87c8e0535c418a584d6c54be&seq=5

North Atlantic Treaty Organization. (2021, February 15). Trust Funds: supporting demilitarization and defence transformation projects. NATO. Retrieved June 6, 2022, from https://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_50082.htm

North Atlantic Treaty Organization. (2022, May 18). Topic: Enlargement and Article 10. NATO. Retrieved June 6, 2022, from https://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_49212.htm

Percy, S., Devetak, R., & George, J. (Eds.). (2017). An Introduction to International Relations. Cambridge University Press.

Roininen, A. (2017). Myths & Pretexts: NATO and Origins of the Ukraine Crisis. Ústav mezinárodních vztahů. Retrieved June 14, 2022, from https://www.iir.cz/lies-provocations-or-myths-pretexts-nato-and-the-ukraine-crisis

Smith, S., Kurki, M., & Dunne, T. (Eds.). (2013). International Relations Theories. OUP Oxford.

Steinsson, S. (2014, March 6). John Mearsheimer’s Theory of Offensive Realism and the Rise of China. E-International Relations. Retrieved June 12, 2022, from https://www.e-ir.info/2014/03/06/john-mearsheimers-theory-of-offensive-realism-and-the-rise-of-china/

Synder, G. H. (2002). Mearsheimer’s World-Offensive Realism and the Struggle for Security: A Review Essay. International Security, 27(1), 149 – 173. https://www.jstor.org/stable/3092155?seq=5

 

Bernadette Bibang (IRB News - Peace & Conflict)