Trisakti ‘98 : Kilas Balik Kronologi Penembakan

Sumber: BBC News Indonesia

 

Kilas Balik Kejadian ‘98

Terdapat banyak pelanggaran HAM yang terjadi pada era orde baru, terutama pada tahun 1998. Salah satu contoh krisis yang paling terkenal adalah krisis moneter di Asia Tenggara yang dimana berdampak pada sektor ekonomi Indonesia yaitu melemahnya mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat. Hal itu menyebabkan nilai Rupiah mencapai Rp16.000,00 per 1 Dollar. Beberapa dampak lain yang ditimbulkan dari krisis tahun 1998 adalah yang pertama, harga bahan pokok naik. Kedua, banyak perusahaan mengalami kebangkrutan dikarenakan ketidakmampuan mereka dalam membayar hutang, serta harga kebutuhan pokok yang tinggi sehingga menimbulkan juga pengangguran besar. Ketiga yaitu sebagian besar bank di Indonesia mengalami kredit macet. Keempat yaitu terjadi demo besar-besaran hingga presiden Soeharto turun dari jabatannya. Terakhir, hilangnya kepercayaan negara asing, terutama investor. Namun ada juga salah satu tragedi yang juga memiliki dampak serta sorotan dari publik, yaitu tragedi Universitas Trisakti yang terjadi juga pada tahun 1998. Banyak yang bilang bahwa tragedi Trisakti hanyalah sebuah rumor yang disebarkan luaskan oleh pemerintah demi menekan opini publik. Namun bukti kejadian serta saksi yang ada menjadikan hal tersebut valid bahwa kejadian tersebut benar adanya. 

 

Kejadian serta Latar Belakang menjelang tragedi Trisakti ‘98

Tragedi Trisakti dilatar belakangi oleh beberapa faktor seperti krisis politik, ekonomi, kepercayaan, dan hukum. Ekonomi Indonesia yang mulai goyah pada awal 1998, terpengaruh oleh krisis finansial Asia sepanjang 1997-1999 menyebabkan demonstrasi yang dilakukan semenjak awal 1998. Aksi tersebut semakin terbuka menyusul pengangkatan Soeharto menjadi presiden untuk ketujuh kalinya lewat Sidang Umum MPR pada 10 Maret 1998. Pemerintahan Presiden Soeharto juga dinilai otoriter dan tidak menerima kritikan, kekuasaan kehakiman berada dibawah kontrol dan campur tangan Presiden Soeharto. Para aktivis menilai jika pemerintahan Orde Baru telah melakukan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), hingga menyeret negara ke dalam krisis moneter. Hal ini membuat para demonstran semakin memanas hingga membuat para mahasiswa dan masyarakat melakukan demonstrasi besar-besaran di bulan Mei 1998. Puncaknya yaitu pada tanggal 12 Mei 1998, Kala itu mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke Gedung Nusantara, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti. Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri dan militer yang datang kemudian. Beberapa mahasiswa pun mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri. 

 

Terjadinya Penembakan; Oknum M dan Aparat Keamanan

Situasi mulai memanas pada pukul 17.00, massa setuju untuk mundur kembali ke Kampus Trisakti. Tiba-tiba, seseorang yang mengaku alumni Trisakti (tidak lulus) bernama Mashud, meneriaki kata-kata kasar ke arah mahasiswa. Sontak, ia dianggap petugas yang menyamar, menyebabkan massa berbondong-bondong berbalik arah. Kericuhan memuncak ditandai dengan tembakan aparat yang mulai membabi buta. Gas air mata dilemparkan di setiap sisi jalan, terjadi pemukulan, popor senjata, dan para mahasiswi yang ikut mengalami kekerasan fisik hingga pelecehan seksual.

Sebagian aparat bersiap di gerbang Universitas Trisakti, menembaki ke arah dalam gedung menyebabkan total lima belas korban penembakan. Empat diantaranya merupakan korban tewas yang lekat akan kasus Trisakti ‘98, mereka adalah Elang Mulia Lesmana (mahasiswa Teknik Arsitektur), Hafidin Royan (mahasiswa Ekonomi), Heri Hartanto (mahasiswa Ekonomi) dan Hendriawan Sie (mahasiswa Ekonomi). Angka pasti total korban dari tragedi yang terjadi masih simpang siur. Publik bahkan dengan berani menunjuk bahwa ini semua adalah bagian dari rencana pemerintah untuk menutupi kekejaman aparat di lapangan. Oknum yang memicu kericuhan pun diasumsikan memang benar seseorang yang menyamar, agar terlihat seakan-akan kericuhan pecah karena aksi anarkis mahasiswa sebagai demonstran. Benarkah ini semua merupakan upaya pemerintah untuk menggiring opini publik agar demonstran segera bungkam?

 

Tuntutan Publik dan Tanggapan Pemerintah

Tim Relawan Kemanusiaan kemudian menyatakan bahwa total sebanyak tujuh belas orang warga sipil dikabarkan tewas, ratusan korban mengalami luka tembak, dan bersamaan dengan itu banyak sekali aktivis yang dikabarkan hilang tanpa jejak. Hal ini jelas memicu reaksi publik. Sebagai tanggapan, pada Januari 2002 sembilan terdakwa pelaku penembakan mahasiswa Trisakti dijatuhi hukuman penjara tiga sampai enam tahun dan diikuti dengan dugaan pelanggaran HAM berat kepada lima puluh perwira TNI/POLRI.  Namun disamping itu, publik menganggap penanganan hukum yang diberikan tidak sepadan dengan apa yang telah terjadi akibat tragedi tersebut. Sehingga, kasus ini diminta untuk dibuka kembali. Akan tetapi, Kejaksaan Agung menolak. Tuntutan ini dijawab oleh prinsip ne bis in idem, yang berarti para pelaku yang terlibat tidak dapat dituntut dua kali dalam satu kasus yang sama. 

 

Analisis Berdasarkan Perspektif Teori Konstruktivisme

Berdasarkan pandangan teori konstruktivisme, kita bisa melihat bahwa tragedi penembakan di Universitas Trisakti tahun 1998 merupakan konflik sebab akibat yang cukup jelas. Berawal dari masalah utama yang terjadi yaitu ekonomi yang mengalami krisis finansial dari tahun 1997 hingga pada akhirnya menimbulkan masalah yang berkelanjutan yaitu terjadinya demonstrasi oleh mahasiswa. Belum lagi diperburuk dengan adanya kegagalan dalam pemerintahan presiden Soeharto serta banyaknya KKN dalam pemerintah Indonesia pada saat itu membuat situasi krisis tersebut semakin kritis. Mulai dari melemahnya rupiah serta hilangnya rasa percaya masyarakat hingga pada akhirnya berujung pada demonstrasi pada bulan Mei 1998 dan salah satunya adalah demonstrasi di sekitaran gedung Trisakti dan terjadilah tragedi tersebut. Hal ini membuat kita sebagai masyarakat berpikir, bahwa pemerintah itu tidak baik. Hal tersebut dapat terjadi karena berdasarkan teori konstruktivisme bersifat ‘membangun’ yang dimana dalam kasus ini dapat terlihat dari adanya KKN di pemerintahan pada tahun 1998, kurang efektifnya pemerintahan Soeharto setelah menjabat sekian lama dan masih banyak lagi.

 

Author: Azka Indira Pashya & Muhammad Nur Wajih Rafi’i

Editor: Sarah Putri Haryadi, Hafsyah Azzahra, Jennifer Clara Aprilia & Viranty Yulia Putri

 

Daftar Pustaka

Kurniasih, L. D. (2021, September 24). Tragedi Trisakti: Sejarah, Latar Belakang dan Kronologinya. Okezone.com. https://edukasi.okezone.com/read/2021/09/22/65/2475054/tragedi-trisakti-sejarah-latar-belakang-dan-kronologinya

Lestari, S. (2018). Kasus Penembakan Mahasiswa Trisakti, semanggi I Dan II, Belum Selesai Setelah 20 Tahun Reformasi. BBC News Indonesia. Retrieved May 17, 2022, from https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43940189

Fajri, D. L. (2022, Februari 15). Penyebab dan Dampak Krisis Moneter Masa Reformasi 1998. Katadata.co.id. https://katadata.co.id/intan/berita/620b718b6068c/penyebab-dan-dampak-krisis-moneter-masa-reformasi-1998#:~:text=dan%20isu%20rasisme.-,Penyebab%20Krisis%20Moneter,utang%20jatuh%20tempo%20beserta%20bunganya.

Wijiasih, R. (2016). PROSPEK PENYELESAIAN KASUS PELANGGARAN HAM DALAM TRAGEDI TRISAKTI. Harmony: Jurnal Pembelajaran IPS Dan PKN, 5(2), 5–10. https://doi.org/10.15294/harmony.v5i2

Azka Indira Pashya & M. Nur Wajih Rafi'i (IRB News - Peace & Conflict)