Perang Saudara di Yaman Kembali Memburuk

Source: BBC Indonesia

 

Perang saudara yang terjadi di Yaman dari tahun 2015 hingga saat ini merupakan salah satu konflik yang sangat memprihatinkan. Perang ini bahkan dijuluki sebagai perang dengan krisis kemanusiaan terburuk oleh PBB pada tahun 2018 (PBB, 2018). Perang di Yaman ini telah menewaskan kurang lebih 70.000 orang, sekitar 2.300 anak menjadi korban dan terperangkap ditengah – tengah aksi baku tembak, dan terdapat lebih dari tiga juta penduduk Yaman yang harus mengungsi (UNRefugees.org, 2019). Pada tanggal 20 Maret 2021 lalu, UNICEF juga mengatakan bahwa dalam bulan tersebut, sudah ada delapan anak yang tewas dan 33 anak luka – luka. Selain itu, karena perang ini melibatkan serangan – serangan dari udara dan sejumlah blockade, sulit bagi pengungsi untuk mencari sumber penghidupan.

Mulanya situasi di Yaman tidak seperti sekarang yang penuh dengan konflik. Pada tahun 2011, terjadi revolusi di Yaman, dimana revolusi tersebut mengakhiri kepemimpinan Ali Abdullah Saleh di pemerintahan Yaman yang telah berjalan selama 22 tahun (Edroos, 2017). Berakhirnya kepemimpinan Ali Abdullah Salleh ini membawa ketidakjelasan pada masa depan Yaman. Sehingga posisi presiden Yaman diserahkan kepada wakil presiden Saleh, yaitu Abdrabbuh Mansur Hadi. Namun kepemimpinan Hadi sebagai presiden banyak di tentang oleh berbagai pihak, diantaranya adalah kelompok revolusioner Houthi dan orang – orang Ali Abdullah Saleh (Park, 2015). Kondisi di Yaman pun semakin memburuk karena Presiden Hadi kerap gagal dalam menjalankan serangkain reformasi yang telah ia janjikan, maka dari itu pemerintahan Hadi dinilai gagal dalam merangkul sejumlah kelompok politik di Yaman, seperti elit politik pada era Saleh (BBC, 2018). Sehingga situasi yang terus memburuk membuat kelompok revolusioner Houthi mulai memberontak pada tahun 2014, dengan mengambil kendali atas sejumlah wilayah bagian utara Yaman.

Posisi dari kelompok revolusioner Houthi pun semakin kuat dan membuat Ali Abdullah Saleh akhirnya tertarik dan bergabung ke dalam kelompok pemberontak Houthi, yang mana ia menjadi salah satu orang yang berperan penting atau figure sentral dalam pemberontakan Houthi (Serebrov, 2017). Pemberontak Houthi pun akhirnya berhasil menduduki ibukota Yaman Sana’a, dengan memukul mundur pasukan pemerintah Presiden Hadi ke kota Aden di Selatan Yaman dan Presiden Hadi dilarikan ke Riyadh, Arab Saudi untuk meminta pertolongan kepada Arab Saudi. Sehingga pada 26 Maret tahun 2015, militer Arab Saudi dan koalisinya mulai menginvasi Yaman (Stenslie, 2015).

Sebenarnya terdapat banyak aktor – aktor yang ikut terlibat dalam perang ini, yaitu pemberontak Houthi, Presiden Hadi dan pemerintahannya yang didukung oleh Arab Saudi dan koalisinya (Kuwait, UEA, Qatar, Senegal, Bahrain, Maroko, Sudan, Mesir, Yordania), Dewan Transisional Selatan, hingga Al- Qaeda. Dalam perang saudara ini, Arab Saudi dan koalisinya menjadi sorotan utama karena memulai serangan udara pada tahun 2015. Dimana mulanya serangan yang dilakukan oleh Saudi dan koalisinya hanya ditujukan untuk memukul mundur pemberontakan dengan menargetkan pangkalan udara, kamp milik Houthi, dan sebagainya. Namun serangan tersebut justru berakhir pada kematian massal dari warga sipil Yaman (Laraswati, 2019). Transfer senjata yang dilakukan oleh negara lain juga terjadi di perang Yaman. Seperti Amerika Serikat yang secara terang – terangan membantu dengan memberikan dukungan senjata kepada Arab Saudi dan koalisinya. Sehingga untuk jangka waktu yang lama, hal ini berkontribusi untuk memperburuk situasi perang. Adapun peran Iran yang ikut serta dalam membantu pemberontak Houthi dengan melakukan transfer senjata dan asset – asset lainnya yang dapat digunakan untuk perang (Selvik, 2015).

Pada tahun 2021, Arab Saudi mengajukan rencana baru terkait perdamaian untuk mengakhiri perang saudara di Yaman. Arah Saudi mengusulkan untuk melakukan gencatan senjata antara pemerintah Yaman yang di dukung oleh Arab Saudi serta koalisinya dengan pemberontak Houthi yang didukung oleh Iran, dimana gencatan senjata ini akan diawasi langsung oleh PBB. Arab Saudi juga mengusulkan pemulihan hubungan diplomasi diantara pihak – pihak yang terkait. Selain itu, pemberontak Houthi diperkenankan untuk menguasai sebagian besar wilayah Yaman, sebagai bentuk penerimaan gencatan senjata jika pemberontak Houthi setuju dengan rencana dari Arab Saudi.

Namun menurut kelompok pemberontak Houthi, rencana perdamaian yang diusulkan oleh Arab Saudi tidak menawarkan suatu hal yang baru dan kelompok pemberontak Houthi merasa pemerintah Yaman (yang diakui internasional) serta Arab Saudi dan koalisinya tidak akan memenuhi permintaannya terkait pencabutan blokade di bandara ibu kota Sana’a dan pelabuhan Hudaydah di bagian barat secara menyeluruh. Para petinggi Arab Saudi juga terus berkoordinasi dengan PBB dan Amerika Serikat untuk meningkatkan upaya agar bisa mengakhiri perang yang berkepanjangan ini. Belum sempat mencapai kesepakatan, kelompok pemberontak Houthi menolak rencana gencatan senjata nasional, sekaligus meningkatkan serangan rudal dan drone ke infrastruktur energi serta keamanan Arab Saudi. Akhirnya pasukan dari Arab Saudi dan koalisinya kembali melakukan serangan seperti pengeboman ke kota Sana’a. Rencana perdamaian Yaman di 2021 ini bukan satu – satunya rencana perdamaian yang gagal.

 

Reference:

BBC. (2018, June 13). Yemen conflict explained in 400 words. BBC News. https://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-44466574.

BBC. (2021, March 23). Konflik Yaman: Arab Saudi usulkan rencana perdamaian untuk mengakhiri perang saudara selama hampir enam tahun. BBC News Indonesia. https://www.bbc.com/indonesia/dunia-56492423.

Edroos, F. (2017, December 5). Yemen: Who was Ali Abdullah Saleh? Houthis News | Al Jazeera. https://www.aljazeera.com/news/2017/12/5/yemen-who-was-ali-abdullah-saleh.

  1. (n.d.). Yemen | | UN News. United Nations. https://news.un.org/en/focus/yemen.

UNHCR. (2021, March 2). Yemen Crisis Explained. How to Help Refugees – Aid, Relief and Donations. https://www.unrefugees.org/news/yemen-crisis-explained/#:~:text=After%20six%20years%20of%20war,has%20never%20been%20more%20acute.

LARASWATI, M. (2019). Intervensi Arab Saudi Dalam Konflik di Yaman dan Implikasinya Terhadap Humanitarian Crisis.

Park, S. (2015). Fact Sheet: Yemen. Washington, DC: American Security Project.

Priambodo, S. (2017). MOTIF INTERVENSI ARAB SAUDI TERHADAP KONFLIK PERANG SAUDARA DI YAMAN.

Selvik, K. (2015). The War in Yemen: The view from Iran. Expert Analysis.

Serebrov, S. N. (2017). Yemen Crisis: Causes, Threats and Resolution Scenarios.

Stenslie, S. (2015). “Decisive Storm”: Saudi Arabia’s attack on the Houthis in Yemen. Norwegian Peacebuilding Resource Center1, 1-3.

 

Author: Syadilla Rachmanda Cardosh | IRB News

Editor: Uttari Kandha Ariwangsa | IRB News

Syadilla Rachmanda Cardosh