Uniknya Perbedaan di Dalam Kesamaan Dalam Suku di Sumatera utara

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan dalam suku, bahasa dan, budaya.  Hingga saat ini tercatat lebih dari 200 kelompok etnik di suatu suku bangsa dan lebih dari 1000 suku bangsa yang tercatat dalam sensus penduduk di tahun 2010 (Indonesia.Org, 2017).

Banyaknya suku yang berada di Indonesia tentunya memiliki karakteristik yang berbeda – beda walaupun terdapat dalam satu wilayah provinsi. Salah satu suku di Indonesia yang dapat dijadikan contoh adalah suku Batak Toba dan suku Batak Karo.

Batak merupakan salah satu suku yang sangat populer dikalangan masyarakat sekaligus merupakan suku dengan populasi ketiga terbanyak di Indonesia. Berdasarkan sejarah suku Batak berasal dari Tapanuli dan berasal dari sumatera timur yang hingga saat ini belum diketahui terkait tahun spesifik mereka menetap. Sifatnya yang nomaden mengakibatkan adanya perpindahan dari taiwan hingga ke filipina dan dalam sejarahnya suku batak merupakan orang  penutur bahasa Austronesia (Bellewood, 1997).

Walaupun berasal dari satu nenek moyang yang sama, namun terdapat beberapa perbedaan yang memberikan ciri khas pada kedua suku tersebut seperti marga pakaian adat, dan upacara besar seperti pernikahan.

Batak Toba dan Batak Karo dicirikan sebagai Suku yang memiliki marga yang cukup familiar di telinga masyarakat Indonesia. Dalam suku Batak Karo terdapat 5 marga besar yang terdiri dari Ginting, Karo-karo,Tarigan,Sembiring, Perangin-angin, namun di setiap marga besar tersebut terdapat pecahan pecahan marga (sub marga) yang beraneka ragam (Karokab.co.id, n.d.).

Berbeda dengan suku Batak Toba, Batak Toba memiliki banyak sekali marga. Dalam sebuah artikel yang di tuliskan oleh (Rohman, n.d.) menyatakan bahwa setidaknya terdapat 497 marga didalam suku batak toba. Lebih lanjut dalam artikel yang sama juga menyebutkan bahwa suku batak menjadi sorotan karena beragamnya marga dan bahasa tersebut.

Selain dari marga, terdapat juga ciri khas dari keuda suku tersebut dalam melaksanakan acara besar seperti acara pernikahan.

Gambar di atas merupakan salah satu rangkaian acara pernikahan dari Suku Batak Karo.  Sebelum adanya acara pernikah, terdapat sebuah acara yang di bernama Mbaba Belo Selambar  yang mana mempertemukan antara lelaki dan perempuan untuk ditanyakan perihal kesiapan sebelum melanjutkan pernikahan. (Ani, 2019)

Selanjutnya calon pasangan suami-isteri akan melalui proses yang dikenal dengan istilah Ngantin Manuk. Ngantin manuk merupakan proses dimana kedua keluarga calon pengantin bertemu untuk membahas detail-detail pernikahan. (Ani, 2019)

Selanjutnya pada hari pernikahan atau juga bisa disebut kerja adat, pengantin melakukan doa yang bertujuan agar pernikahan tersebut dapat membawakan berkat dan dilanjutkan dengan melakukan tarian adat Karo yang disebut dengan Landek menggunakan baju adat yang diberi nama Uis nipes. (Ani, 2019)

Pada foto di atas menunjukan sebuah pernikahan adat batak Toba. Dalam adat Toba sendiri memiliki setidaknya terdapat beberapa proses dalam terjadinya pernikahan. Mangalehon Tanda  merupakan sebuah istilah terhadap pemberian tanda yang dilakukan oleh pria dan perempuan. Lebih spesifik pihak pria biasanya memberikan uang kepada perempuan yang kerap kali dikenal sebagai sinamot sedangkan perempuan menyerahkan kain sarung kepada laki-laki sehingga keduanya telah terikat satu sama lain. Marhusip Merupakan pembicaraan yang dilakukan oleh kedua keluarga untuk membicarakan tentang seserahan yang berupa emas, namun pembicaraan ini bersifat rahasia karena apabila tersebar maka akan terjadi kegagalan dari pernikahan tersebut.

Marhata Sinamot merupakan proses dimana pengantin pria membicarakan tentang Sinamot (seserahan) yang dapat berupa emas, jumlah undangan, jumlah ulos ( baju adat yag berasal dari suku Batak Toba) dan , lokasi pernikahan berlangsung.

Martonggo Raja merupakan sebuah proses dimana semua keluarga harus berkumpul untuk acara pernikahan. Manjalo pasu-pasu Parbangson dimana kedua pengantin telah di berakti di gereja atau di tempat ibadah yang sesuai dengan kedua pasangan yang sedang menikah. Setelah pemberkatan maka kedua pasangan suami istri tersebut boleh pulang kerumah untuk mengadakan acara adat batak Toba. Marunjuk proses pemberkatan yang di lakukan oleh keluarga agar pernikahan yang dijalankan membawakan berkat begi semua orang (Kayana, 2019).

Walaupun terdapat persamaan geografi dari kedua suku tersebut yaitu dari Sumatera Utara, namun ternyata masih memiliki perbedaan yang relatif signifikan. Lebih lanjut perbedaan tersebut hanya menjadi ciri khas dari suku tersebut dan bukan menjadi sebuah keunggulan yang melemahkan suku yang lain. Maka dari itu perbedaan tersebut harus bisa diterima demi rasa persatuan dan kesatuan baik antara masyarakat di Sumatera Utara maupun di Indonesia.

Referensi

Ani, K. (2019). Memiliki Makna, Inilah 7 Tahapan Melamar Gadis Suku Batak Karo. https://www.idntimes.com/life/relationship/kristiani-2/tahapan-melamar-gadis-suku-batak-karo-c1c2

Bellewood, P. (1997). Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago, Revised edition.

Indonesia.Org. (2017). Suku Bangsa. Suku Bangsa. https://indonesia.go.id/profil/suku-bangsa/kebudayaan/suku-bangsa#:~:text=Indonesia%20memiliki%20lebih%20dari%20300,menurut%20sensus%20BPS%20tahun%202010.

Karokab.co.id. (n.d.). ADAT DAN BUDAYA Marga dan Sub Marga. https://www.karokab.go.id/id/profil/adat-dan-budaya/728-marga-dan-sub-marga

Kayana, H. (2019). Prosesi Pernikahan Adat Batak. https://www.popbela.com/relationship/married/hyrasti-kayana/prosesi-pernikahan-adat-batak/9

Rohman, T. (n.d.). 497 Marga Suku Batak di Sumatera Utara, Haruskah Hafal? https://phinemo.com/497-marga-suku-batak-di-sumatera-utara-haruskah-hafal/

HIMHI